20

65 9 0
                                    

Haekal menyentuh tangan Bening perlahan, keduanya menuju rumah Bening bersama Sella yang berjalan di belakang keduanya. Naka hanya mengantar sampai depan pintu rumah Bening dan pulang kerumahnya.

Sambil menarik nafas panjang ketiganya masuk ke rumah dengan wajah tegang. Tesya tersenyum melihat ketiganya datang. Tapi tidak dengan Kai yang terlihat tidak suka dengan kehadiran Haekal.

'Ayo duduk dulu, bunda buatin minum dulu ya' Tesya meninggalkan mereka berempat di ruang tamu. Suasana cukup canggung, apalagi Haekal yang sedari tadi cukup gugup. Namun Bening menggenggam tangan Haekal agar tidak terlalu tegang.

'Papah, maksud Bening dan Haekal kemari.. kami mau minta restu untuk menikah' ujar Bening mantap, namun Sella yang terlihat gugup setengah mati mendengar ucapan Bening yang tanpa basa basi terlebih dahulu.

'Kenapa harus dengannya?' Tanya Kai singkat.

'Karena saya mau bertanggung jawab karena sudah menghamili Bening om' Haekal menyahut membuat Kai menoleh ke arahnya.

"Plaak" tamparan keras melayang di pipi Haekal dari Kai.

'Papah!' Teriak Bening karena terkejut Haekal di tampar Kai, begitu pula Sella yang terlihat menutup mulut dengan kedua tangannya karena terkejut.

'Ini adalah tamparan untuk kamu, karena sudah menghamili putri saya' ujar Kai menatap Haekal marah. Tangannya masih mengepal menahan emosi.

'Papah, udah pah. Aku mohon jangan marah lagi. Kami datang kemari hanya untuk meminta restu, bukan untuk di tampar begini' Bening meraih dan menggenggam tangan ayahnya itu.

'Maafin saya om, saya menyesal.
Dan ini semua salah saya. Saya terlalu gelap mata karena cemburu. Tapi saya tulus mau bertanggung jawab' Haekal bersimpuh di hadapan Kai, kepalanya mendongak menatap Kai.

Sella merangkul Bening agar sedikit tenang. Bagaimana pun Bening masih dalam proses pemulihan pasca melahirkan. Bening merasa iba melihat Haekal bersimpuh, sudut bibirnya sedikit terluka. Darah segar mencuat menghiasi sudut bibirnya. Pemandangan yang sangat ia takutkan jika Haekal terluka.

'Om, saya benar-benar tulus akan bertanggung jawab. Saya akan meyakinkan keluarga saya juga. Saya akan melakukan apa pun agar om mau menerima saya sebagai menantu om' Haekal menunduk mengharapkan belas kasih dari Kai.

Namun sia-sia saja. Kai mundur beberapa langkah dari tempat Haekal bersimpuh. Ia menghela nafas berat sembari menatap Haekal.

'Maafkan om juga Haekal, om tidak bisa memberikan restu pada kalian. Meski Bening putri om, tapi om tidak bisa membiarkan dia menikah dengan pria yang sudah menyakitinya sampai seperti ini. Om tahu niat kamu baik. Tapi om tetap tidak setuju' Kai menunjukkan wajah tidak suka kepada Haekal.

'Tapi saya mau berubah om, saya tidak akan menyakiti Bening lagi' ujar Haekal masih dalam posisi bersimpuh.

'Sudah!! Cukup!! Saya bilang tidak setuju ya tidak setuju. Silahkan tinggalkan rumah ini' Kai meninggikan nada bicaranya. Membuat seisi rumah terkejut sekaligus juga takut.

Haekal enggan untuk bergeming. Bening tak kuasa menahan tangis, lagi-lagi air matanya menetes membasahi pipinya yang tirus itu.
Sella memeluk Bening berharap adiknya itu tenang. Tesya yang sedari tadi memegang nampan berisi segelas air juga menangis menatap anaknya Bening dan Sella berpelukan.

Kai meninggalkan ruang tamu dengan wajah kesal.
Sambil melangkah perlahan, Tesya menghampiri Haekal. Sambil meletakkan nampan di atas meja. Ia memegangi bahu Haekal dan memintanya untuk berdiri.

'Haekal, pulang aja ya. Biar tante yang coba membujuk om Kai supaya mau merestui hubungan kamu sama Bening. Untuk sementara, jangan datang dulu kemari. Mengerti?' Tesya mengelus kepala Haekal pelan. Haekal mengangguk pelan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang