08

62 3 0
                                    

Bening berlari menyusuri terowongan gelap, nafasnya tersengal tak teratur. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan namun hanya tempat gelap yang tiada ujungnya.

Karena merasa lelah telah berlari sepanjang terowongan yang bisa ia jangkau, ia memilih duduk jongkok dan menenggelamkan wajahnya di kedua lututnya yang lemas.

"Bening" suara itu menggema di telinganya Bening segera mendongak mendengar namanya di panggil. Ia melihat Haekal berdiri di hadapannya.

'Kak Haekal' Bening berusaha memeluk Haekal namun Ia malah mundur menjauhi Bening.

'Loh, kenapa kak? Kakak gak mau Ning peluk?' Bening bingung dengan sikap Haekal yang tumben menjauhinya.

"Kita seharusnya gak pernah saling kenal Ning, hiks.. Kita gak bisa bersama Ning" Haekal menangis darah.

'Mata kakak berdarah. Sini kak aku obatin, jangan menjauh aku mohon'

Bening mencoba menghapiri Haekal namun ia tetap bersikeras menjauh. Mata Bening tak kuasa menahan air matanya ia pun menangis sesegukan melihat Haekal menjauh namun kakinya sendiri seperti tertahan tak bisa digerakkan. Semakin lama punggung Haekal semakin tak terlihat air mata Bening semakin menjadi dan pandangannya menjadi buram karena air matanya sendiri.

'Aku mohon jangan tinggalin aku hiks hiks, kalau aku salah maafin aku. Kak Haekaaal.. gaaak.. jangaaan!!!!!!'

Bening terbangun dari tidurnya begitu pula Haekal yang terkejut karena ia sengaja menginap di apartemen Bening malam itu.

Tangan Bening bergetar hebat, air matanya benar nyata bukan hanya di mimpi saja. Haekal yang terkejut memeluk Bening untuk menenangkannya.

'Udah, tenang ya.. itu cuma mimpi, mimpi itu bunga tidur. Itu gak akan jadi kenyataan kok' ujar Haekal sambil mengelus punggung Bening yang terasa dingin itu.

'Hiks.. hiks.. mimpiku buruk banget kak hikss.. hikss.. aku takuut hiks hiks.. jangan tinggalin aku, aku mohoon hiks hiks' Suara Bening bergetar membuat Haekal khawatir setengah mati.

'Udah ya itu mimpi sayang, ussh ushh ussh, mau minum gak?' Tanya Haekal namun di balas gelengan.

'Cup cup cup tidur lagi ya, aku disini kok gak kemana-mana' Haekal memilih tiduran sambil memeluk Bening.

Bening yang mulai merasa tenang memejamkan kembali matanya.
Haekal baru kali ini melihat kekasihnya bermimpi buruk sampai menangis terisak seperti itu. Ia merasa tak tega melihat air matanya terus mengalir sementara matanya telah terpejam.
Alhasil ia tak bisa tidur sampai pagi menjelang.

Waktu sudah menunjukan pukul 08.00 pagi, namun Bening masih setia tidur memeluk Haekal. Ia menyentuh kening kekasihnya itu yang terasa panas.

Haekal meniup mata Bening iseng, sang empu semakin mengeratkan pelukan sampai nafas Haekal sempat tertahan.

'Ukhh Beb, kalau kamu meluk aku gini yang ada aku mati di pelukanmu' gurau Haekal yang merasa sesak di peluk terlalu erat.

'Emhz!!' Bening yang menyadari perbuatannya bangun terduduk.

Kepalanya terasa sakit, matanya sembab karena tangisannya semalam.
Haekal mengalami kesemutan karena sudah memangku kepala Bening semalaman.

'Aakh tanganku.. eeeeuuh pegel' gerutunya sambil memegangi sebelah tangannya yang terasa sakit.

'Maafin aku kak, gara-gara aku' tak sempat ia menyelesaikan perkataannya mulutnya terlebih dahulu di tutup oleh tangan Haekal.

In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang