19

108 11 1
                                    

Beberapa hari kemudian setelah Bening melahirkan Baby Haean. Sekarang Bening sudah pulang ke rumah Rezkia. Tapi Baby Haean masih belum di perbolehkan untuk pulang karena berat badannya masih kurang. Oleh karena itu Sella dan Bening bolak balik rumah sakit untuk menjenguk Baby Haean.

Kini waktunya Bening berkunjung sambil membawa asi yang sudah ia pompa sebelumnya. Naka siap siaga menjadi sopir dadakan untuk Bening dan Sella ke rumah sakit, dengan tujuan agar lamarannya tempo hari di terima tapi Bening tetap kekeuh menolaknya.

Sesampainya di rumah sakit, Sella izin mengangkat telpon sebentar dan Naka tetap menunggu di dalam mobil. Bening pun berjalan sendiri menuju ruang NICU, ia melihat pria yang sangat dia kenali. Sambil menghampiri, Bening memberanikan diri untuk sekedar menepuk pundak pria itu.

Haekal berbalik badan melihat seseorang yang menepuk pundaknya yang tidak lain itu adalah Bening. Haekal terdiam sejenak, menelaah kejadian ini.

'Terima kasih untuk bunga lily putihnya tempo hari' ujar Bening sambil menatap Haekal lalu menatap Baby Haean yang ada di ruang NICU.

'Kenapa malah berterima kasih sama aku? bukan aku kok yang ngasih bunga itu' Haekal menyangkalnya dengan mengalihkan wajahnya dari penglihatan Bening, akan tapi Bening cuma tersenyum.

'Apa kakak sudah bertemu Haean?' Bening tersenyum simpul sambil mengganti topik pembicaraan.

'Haean?' Haekal terlihat bingung mendengar nama itu, alisnya sedikit terangkat.

'Haean itu nama putraku, yang saat ini ada di inkubator itu. Dia manis sekali bukan? Aku memberinya nama Hae yang artinya matahari persis seperti nama kakak' Bening meremat tas yang berisi asi untuk bayinya.

'Kenapa memberinya namaku?' Tanya Haekal penasaran.

'Meski kakak menyangkalnya, dia tetap anakmu. Aku juga tidak mengerti, mengapa kakak menganggap aku mengandung anak dari pria lain. Meski itu sedikit mengecewakanku, setidaknya jangan lakukan itu pada Haean. Aku berani bersumpah, bahwa Haean itu anakmu kak. Aku bahkan tidak akan meminta kakak untuk menikahiku, sungguh. Hanya saja, kakak cukup mengakui Haean itu anakmu. Aku pergi dulu' Bening menatap mata Haekal sendu, lalu memilih melangkah pergi meninggalkan Haekal berdiri sendirian.

Haekal terdiam meresapi perkataan Bening. 'Jika benar bayi itu anakku, aku sudah benar-benar keterlaluan' gumam Haekal pelan, seraya menatap punggung Bening yang semakin jauh darinya.

Sella melihat keduanya berbincang dari jauh. Setelah Bening pergi, kini giliran Sella yang menghampiri Haekal. Haekal kembali terkejut melihat Sella sekarang yang berdiri di sampingnya.

'Apa hoby kalian berdua mengagetkan orang?' Tanya Haekal sedikit kesal karena terkejut melihat Sella di sampingnya.

'Kenapa? Enggak suka?' Sella menjawab Haekal dengan singkat dan terkesan jutek.

'Ya bukan begitu, tapi gue punya satu pertanyaan. Boleh tolong lo jawab ?' ujar Haekal menatap Sella penasaran.

'Tanyain aja, selagi gue tahu jawabannya ya gue jawab. Kalau gue enggak tahu, ya gue bakalan diam' jawab Sella santai.

'Sebernarnya apa hubungan Bening dengan Naka?' Haekal menatap Sella, berharap jawaban Sella bisa membuatnya tenang.

'Oh si Naka! Mereka sahabatan dari kecil. Bening sahabatan sama Naka itu udah lama banget, bahkan sebelum gue kenal Bening dulu. Dan Naka selalu ngelindungin Bening udah seperti adiknya sendiri. Trus, kenapa lo nanya kayak begitu?' Sella kembali menatap Haekal yang terdiam, wajahnya terlihat bingung.

Lantas Haekal mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto Bening bersama Naka yang berpelukan di pinggir jalan.

'Bisa tolong lo jelasin foto ini?' Haekal menuntut penjelasan lebih dari Sella.

In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang