16

63 7 0
                                    

Keadaan menjadi buruk karena kemarahan Naka. Jevan dan Winda menahan tubuh Naka agar tidak memukul Haekal. Sementara Haekal ia sibuk dengan fikirannya sendiri.

Bening tak kuasa menahan tangis ia pun memilih meninggalkan mereka. Rezkia mengekori Bening dari belakang. Naka yang melihat kepergian Bening pun semakin marah kepada Haekal ia meraih kerah bajunya.

Winda panik mencoba melerai keduanya sementara Jevan mencoba melepas cengkraman Naka dari kerah baju Haekal. Naka di tarik menjauhi Haekal agar tidak saling baku hantam lagi dengan Winda dan Jevan sebagai penghalang di tengah kursi.

'Begini, sebenarnya ini bukan hak gue buat cerita tentang Bening ke elo apalagi tentang masalah ini. Jadi akan lebih baik kalau dia sendiri yang cerita, biarin Bening tenang dulu sekarang. Jadi salah paham hari ini lebih baik kita sudahi aja' Jevan terlihat tegas kali ini melihat tingkah keduanya yang cukup merepotkan.

'Iya gue setuju sama kak Jevan, lebih baik kita balik aja yuk kak Ekal. Kita mesti obatin luka kakak juga. Kita minta maaf karena udah buat keributan, kita permisi dulu' Jevan dan Naka mengangguk lalu Winda menarik paksa sang kakak keluar dari butik.

Di ruangan kerja Bening, ia susah payah menahan isak tangisnya. Rezkia menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu berharap agar ia merasa lebih tenang. Sambil memejamkan mata Bening menghela nafas kasar.
Dari arah pintu Naka masuk ke kantor di susul oleh Jevan dari belakang. Naka duduk berjongkok di hadapan Bening sambil menyentuh tangannya yang terasa dingin.

'Ning maafin gue' ucap Naka pelan.
Bening membuka mata, melihat sahabatnya berjongkok ia keheranan.
'Naka kok lo jongkok disitu? Bangun ih. Kenapa lo minta maaf ? Maaf buat apa?' Bening menarik tangan Naka untuk berdiri namun Naka tak bergeming.
'Gara-gara gue elo jadi sedih kemaren. Demi persahabatan kita, gue beneran gak tahu kalau Winda itu adeknya si bajingan itu. Gue kesini cuma mau minta maaf, tapi si bajingan itu malah datang entah dari mana dan nonjok gue' Naka menatap Bening serius kali ini.

'Iya Na, gak apa-apa. Lo juga gak salah, ini salah gue karena gak nanya dulu siapa pacar elo hehe. Jadi kita impas' Bening terkekeh namun wajahnya terlihat sedih. Wajah Naka berkerut melihat Bening terlihat sedih seperti itu.

'Sebagai permintaan maaf, gue mau ngajak lo nanti malam makan bareng. Sekalian kita ke pasar malam gimana? Rezkia sama Jevan juga mesti ikut ya sekalian liburan buat bumil gitu' Naka menanti jawaban dari Bening.

'Plaak' lengan Naka di tepuk oleh Bening. Naka terkejut dengan perubahan mood Bening.

'Ide bagus, gue mau ajak Kak Sella juga. Sumpek juga lama-lama gue galau mulu hehehe' Ujar Bening sambil menepuk-nepuk pundak Naka keras. Naka tidak keberatan di geplak terus oleh sahabatnya itu yang penting moodnya baik.

'Kita ikut juga ya sayang' ujar Rezkia menggelayut di lengan suaminya.
'Iya kita ikut juga. Infoin aja kita ngumpul jam berapa, biar kerjaan hari ini bisa kita selesain dengan cepat' Jevan melihat jam tangannya dan tersenyum menatap istrinya.

'Okeh deal ya, nanti malam jam 08.00' ujar Naka semangat.

***
Usai makan malam santai di sebuah restoran mereka pun keluar menuju tempat pasar malam berada yang tak jauh dari restoran. Bening menggandeng Sella dan Naka menuju komedi putar, ia melihat perutnya yang buncit wajahnya cemberut tapi terlihat lucu dimata Sella apalagi Naka yang siap mencubit pipi Bening.

'Kenapa? Mau naik ?" Sella menunjuk komedi putar Bening menggeleng lalu menunjuk perutnya. Sella tersadar Bening sedang hamil besar lalu menggangguk. Naka berlari meninggalkan Sella dan Bening keduanya nampak bingung lalu lanjut melihat Rezkia yang bermain lempar bola bersama Jevan.

Tak lama Naka kembali membawa sebuah balon kerlap kerlip dan 3 buah permen kapas. Nafasnya terlihat ngos-ngosan karena habis berlari. Sambil menyodorkan balon lucu pada Bening ia tersenyum sampai giginya hampir terlihat semua.

In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang