15

65 6 0
                                    

Sella meninggalkan Bening yang tengah tertidur pulas di kamarnya. Rezkia dan juga Jevan sudah menunggu di depan pintu kamar menanti Sella keluar.

'Dia udah tidur sekarang' ujar Sella menatap Rezkia yang terlihat cemas.

'Bagus deh, gue kesel setengah mati gara-gara Naka' ujar Rezkia kesal.

'Yang, udah jangan ngamuk terus anak kita kasian ih' ujar Jevan mengelus bahu Rezkia berharap amarah istrinya itu reda.

'Bukan sepenuhnya salah Naka sih, dia juga gak tahu kalau Winda adiknya Haekal. Dia baru tahu tadi pas gue ngamuk' ujar Sella sambil menghela nafas.

'Iya juga sih. Btw minggu lalu mereka datang ke butik buat bikin desain gaun pernikahan. Katanya buat nikahan Mahesa' ujar Jevan.

'Iya bener, Gara-gara ketemu mereka bertiga Bening sering mimpi buruk. Kita sering denger dia ngigau "Jangan pergi" gitu' ujar Rezkia sedih.

'Lu kan tau mimpi dia itu kadang suka kejadian. Jadi gue minta tolong jagain adek gue. Gue bakal sering dateng buat bantuin kalian jagain Bening' ujar Sella.

'Tenang aja, kita semua disini sayang sama Bening' ujar Nenek Hima menghampiri ketiganya.

'Eh Nenek Hima, makasih banyak udah jagain adek saya nek' Sella menghampiri nenek Hima dan memeluknya.

'Iya sama-sama, sebaiknya kamu pulang. Ini sudah mau malam gak baik anak perempuan keluyuran jam segini' ujar Nenek Hima sambil tersenyum.

Sella yang mendengar ucapan nenek Hima pamit pulang dengan perasaan lega. Rezkia dan Jevan mengantar kepergian Sella hanya sampai ke teras rumah.

Disisi lain...

Seorang anak laki-laki lucu menghampirinya, bola mata berwarna cokelat senada dengan warna rambutnya yang ikal. Senyumnya terasa hangat di pipi yang tembam. Bening pun duduk berjongkok di hadapan anak laki-laki itu. Anak kecil itu juga mengampirinya. Disentuhnya pipi Bening dengan lembut sambil mengusap air mata yang terjatuh entah sejak kapan.
'Yang kuat ya, aku akan hadir sebentar lagi. Tidak akan ada seorang pun yang akan menyakitimu lagi. Jadi jangan sedih lagi ya. Tunggu aku sebentar lagi' anak laki-laki itu menghilang menjadi kunang-kunang yang sangat cantik.

Air matanya mengalir deras mendengar ucapan anak itu. Dirinya terbangun dengan pipi yang basah penuh air mata. Ia sampai menangis di dunia nyata juga.

Sambil mengelus perutnya ia merasakan tendangan penuh semangat disana. Ia tertawa, bahkan anaknya sampai datang ke mimpinya untuk memberi semangat pada dirinya.

Bening tengah sibuk membuat sarapan di dapur. Nenek Hima terkejut melihat dirinya yang sibuk pagi itu lalu menghampiri dengan wajah cemas yang tidak bisa di sembunyikan.

'Eh-eh udah Nining, jangan capek-capek kamu ini lagi hamil loh. Jangan angkat yang berat-berat ini galon 5 liter nekat sekali kamu angkat duh Gustii' Nenek Hima panik melihat Bening hendak mengangkat galon air ke wadah khusus air minum.

'Aduh Nek, ini bukan angkat. Narik doang astaga' Bening hendak menarik galon itu tapi tangannya malah di tepis nenek Hima.

'Jangan coba-coba Nining, atau nanti nenek buatkan kamu jamu terpahit buat memulihkan tenaga' ancam nenek Hima.

'Wah ancamannya parah banget Nek, ya udah Ning nyerah deh hehehe' Bening menyentuh kedua telinganya tanda ia menyerah, nenek Hima tertawa melihat tingkah gemas Bening.

'Masaknya bantuin nenek motong sayur aja, gak usah aneh-aneh' perintah nenek Hima.

'Siap laksanakan' jawab Bening sambil memberi gesture hormat kepada nenek Hima. Keduanya pun memasak untuk sarapan pagi itu.

In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang