12

58 3 1
                                    

Bening sedang menangis sesegukan di kamarnya. Kepalanya terasa nyeri karena sudah menangis terus sejak bangun. Ia fikir selama ini dengan menyembunyikan kehamilannya semua akan baik-baik saja.

*Flashback*

Bening tengah pulang ke apartemen miliknya sambil membawa sebungkus kantong plastik kecil. Ia melihat noda darah yang menempel di dinding lalu teringat pada kekasihnya Haekal. Ia pun melepas sepatunya dan memilih menuju kamar mandi.

Sebuah benda kecil bergaris 2 merah pudar membuatnya pusing setengah mati. Ia menjambak rambutnya kasar.

'Ning bego, dasar bego.. giliran positif gue panik.. padahal gue yang aaakkkh dahlah' gerutu Bening sambil mengacak-acak rambutnya.

'Aaaarrgh Ning bego, mana kak Haekal gak ada kabar lagi..
gue mesti gimana? Ishhh dasar bego, gue lupa minum pil kontasepsi terakhir kali, pantes mens gue gak teratur aakh goblok Ning goblok...' ia menepuk-nepuk dahinya pusing.

Naka masuk ke apartemen karena pintunya tak terkunci. Ia khawatir karena tadi tangan Bening terluka dan membawa obat yang tertinggal di mobilnya.

Ia melihat Bening sedang meringkuk di depan pintu kamar mandi. Ia berlari menghampiri Bening yang ternyata tengah menangis.

'Ning lu kenapa? Apa tangan lu sakit banget? Liat nih, Gue bawain obat lu..' Naka menyodorkan obat yang ia bawa ke hadapan Bening.
'Naka.. hueeeeee' tangis Bening pecah.

Bening memilih memeluk Naka dan menangis sejadi-jadinya.
Naka mengelus kepala Bening perlahan, namun matanya melihat sebuah alat tes kehamilan tergeletak di samping Bening. Ia memilih bungkam dan menenangkan sahabatnya itu.

*Flashback end*

Bening memilih bungkam di kamarnya. Sella yang sedari tadi menunggu Bening membuka pintu kamarnya semakin gelisah.

Dery yang melihat Sella yang gelisah berdiri di depan pintu kamar Bening pun mulai menghampiri adiknya itu.

'Sel, bisa ikut abang bentar' ujar Dery.

'Iya bang' Sella mengekori abangnya sampai berada di tepi kolam renang.

Dery menatap langit, matanya berkaca-kaca. Segitu tak bergunanya dia, sampai tak bisa menjaga adiknya. Sella memghampiri Dery yang tengah bersedih itu.

'Abang Dery kenapa manggil Sella?' Sella berdiri di samping Dery.

'Siapa lelaki yang berbuat begini pada Bening?' Ujar Dery dengan suara sedikit parau.

'Pacarnya Haekal' ujar Sella tanpa ragu.

'A-aapa? Haekal? Kamu bercanda Sella?' Dery sedikit tak percaya.

'Ngapain Sella bohong, padahal Sella udah janji untuk gak ceritain masalah ini. Tapi ini sudah di luar batas, dia pria kurang ajar' Sella melipat kedua tangannya di dada.

Dery yang tak percaya pada perkataan Sella sontak memegangi pundak adiknya.

Ia terkejut bukan main, karena Dery tahu bahwa Bening akan di jodohkan dengan Mahesa bukan Haekal. Mau di taruh dimana muka papahnya jika tahu hal ini.

'Sella segera masuk ke kamar dan kakak minta untuk jangan keluar kamar ok!'
Sella pun menuruti perkataan Dery dan masuk ke kamarnya.

Dery memasuki ruang kerja Kai dengan wajah sedikit takut, namun ia harus memberi tahukan masalah ini pada Papahnya. Ia tak ingin masa depan adiknya hancur karena masalah ini.

In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang