07

64 4 0
                                    

Karena pernyataan Winda membuat suasana kamar menjadi canggung.
Bening menyadari kecanggungan itu pamit turun alasan haus dan mau ke dapur mengambil air.

Sesampainya di dapur ia melewati ruangan papahnya, karena pintu sedikit terbuka ia tak sengaja mendengar kata perjodohan. Ia pun terhenti dan mencoba menguping sedikit pembicaraan papahnya dan pak Guntara.

'Saya rasa perjodohan ini akan berjalan lancar' ujar pak Guntara.

'Benar putra anda juga terlihat sangat menyukai putri saya Bening' ujar Kai tersenyum lebar.

Bening pun ikut tersenyum mendengar kata putra pak Gunawan.
"Bararti aku gak harus backstreet lagi sama kak Haekal, perjanjian sama papah kalau aku gak boleh pacaran bisa dihapus dong. Aku mesti kasih tahu ini ke kak Haekal" batin Bening senang.

Ia pun tak melanjutkan mendengar pembicaraan itu lagi dan memilih pergi.

'Mahesa sudah cukup umur untuk menikah, mari kita tunggu setelah Bening lulus kuliah maka acara pertunangan baru kita selenggarakan' ujar Guntara sumringah.

'Benar ide bagus. Untuk sementara aku harus menikahkan putraku terlebih dahulu si Dery. Karena aku tidak ingin putriku melangkahi kakaknya untuk menikah' ujar Kai sembari menatap foto keluarganya di meja kerjanya.

Bening menuju halaman belakang rumahnya, ia bertemu dengan Haekal yang berdiri di pinggir kolam renang.

'Kak Haekal??' Bening menghampiri pinggir kolam. Karena lantai yang licin Bening hampir saja terjatuh namun dengan sigap Haekal menahan tubuh Bening agar tak terjatuh.

'Hati-hati Ning, kalau kamu jatuh gimana?' Haekal langsung memeluk Bening ketakutan.

'Yang penting kan kakak nahan aku biar gak jatuh' seraya membalas pelukan Haekal.
'Kak aku gak apa apa' ia mengelus punggung sang kekasih pelan.

'Ning, aku sayang sama kamu' ujar Haekal mengecup bibir Bening namun di balas lumatan oleh Bening. Haekal memperdalam ciuman mereka.

Keduanya terengah-engah karena ciuman panas,
Mereka saling pandang dan menyatukan kening.

'Aku rasa kita harus jujur sama orang tua kita soal hubungan ini' ujar Haekal seraya menyisir rambut Bening kebelakang telinganya.

'Tapi kayaknya orang tua kita udah tau dan mau ngejodohin kita' ujar Bening menikmati helaan nafas Haekal.

'Eumh, kok bisa' Haekal memisahkan kening keduanya membuat Bening sedikit oleng.

'Aduh.. kak.. biasa aja, gak usah kaget' Bening hanya bisa mengaduh kesal.

'Sorry beb' Haekal mengelus kepala Bening. 'Kok kamu bisa tahu? Kita bakal dijodohin ? Serius?' Haekal menggandeng tangan Bening ke arah kursi pinggir kolam.

Bening mengangguk, 'Tadi aku lewat depan pintu kantor papah, trus aku denger papah sama om Gun lagi omongin perjodohan dan nyebut nama aku. Jadi kalau kita dijodohin, kita pura-pura kaget aja' Bening menyenderkan kepalanya di bahu Haekal.

'Bagus deh kalau gitu, berarti aku gak perlu ngomong lagi sama papi kalau aku mau ngelamar kamu' ujar Haekal sambil mengelus tangan Bening yang mungil itu.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 Keluarga Guntara pamit pulang. Bening melambai pada Haekal namun di perhatikan oleh Winda.

"Aku yakin, pasti ada sesuatu diantara kak Ekal dan Bening. Aku mesti cari tahu" batin Winda. Dia pun merogoh ponselnya dan mengirim sebuah pesan.

Winda
Cari tahu tentang Bening Puspa Luminary putri om Kai

Unknow
Baik nona segera saya laksanakan

In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang