Rasanya Agatha ingin menyangkal. Rasanya Agatha ingin bertanya perihal ucapan Dania. Tapi yang di lakukannya sekarang ialah mengurung diri di kamar. Berharap semua yang terjadi tidak lebih dari sebuah mimpi buruk. Ia harap seseorang akan membangunkannya dan mengatakan bahwa semuanya tak lebih dari sebuah ilusi.
"Apa yang diomongin mama semuanya bener? Itu artinya papa-"
Tidak, Agatha tidak ingin segampang itu mengambil kesimpulan. Bukan, bukan ia tak percaya atas apa yang di dengarnya dari mulut Dania. Hanya saja ego nya menolak percaya. Apalagi tidak ada bukti yang memperkuat ucapan mamanya itu.
"Gak, gue harus ke ruangan papa sekarang" Monolog Agatha.
Ruangan yang gadis itu maksud ialah sebuah ruangan khusus milik papanya. Dimana sang kepala keluarga biasa membawa pekerjaan kantor yang belum sempat di selesaikan. Tepat saat ia membuka pintu kamar, di sana sudah berdiri Reno dengan donut jco di tangannya.
"Eh, sayang. Baru papa mau ketuk"
"Kenapa, pa?" Tanya Agatha kaku.
Reno tersenyum lebar sembari menunjukan sekotak donut itu antusias. "Liat, papa bawa apa? Donut kesukaan kita"
Agatha tersenyum kaku. Ya, itu memang donut kesukaannya dan keluarganya. Dulu mereka senantiasa makan donut bersama sebagai bentuk quality time. Saling mengungkapkan perasaan dan bercerita tentang keseharian mereka di hari itu.
"Ayo, biar aku a-jak mama juga" Ucap Agatha dengan nada yang kedengaran seperti meminta persetujuan.
Reno yang mendengar ucapan sang putri sedikit terkaget sebelum memberikan senyum terbaiknya. Di rangkulnya pundak Agatha sembari mengajaknya berjalan turun menuruni tangga.
"Gak perlu" Ucap Reno.
Langkah Agatha otomatis terhenti kala mendengar perkataan Reno. Matanya membola kaget seolah tidak percaya dengan apa yang di ucapkan papa nya. Sekarang, segala pikiran tentang keretakan rumah tangga kedua orang tuanya seakan benar terjadi.
"Kok kaget gitu? Maksud papa biar papa yang ajak mama turun" Jelas Reno santai.
Agatha menatap Reno bingung. Jujur, pikiran dan hatinya benar-benar kalut. Ia sudah tidak bisa membedakan mana yang asli dan mana yang palsu di sini. Tapi untuk kali ini ia akan mengikuti alurnya.
***
Di lain sisi, Aksara tengah merenung sembari menatap selembar foto di tangannya.
Bukankah mereka terlihat bahagia di foto itu? Ya, mereka sangat bahagia saat itu. Jujur, Aksara rindu.
"Bahagia ya, Tha" Ucap Aksara.
Kembali di usapnya lagi foto itu. Pikirannya melayang ke dalam cerita bagaimana foto itu di ambil.
"AKASARA, SINI!" Teriak Agatha nyaring. Sepertinya gadis itu lupa bahwa mereka tengah berada di tengah kerumunan karena saking senangnya.
"Astaga, sayang. Aku denger gak usah teriak gitu" Ucap Aksara lembut.
Agatha tersenyum malu setelah tersadar di mana mereka sekarang. "Hehe, maaf. Gak kuat aku tuh liat deh gemes banget"
Jangan salahkan Agatha, salahkan saja orang yabg menaruh banyak boneka di sana. Jelas saja gadis itu berteriak histeris saat melihat kumpulan boneka itu.
"Iya iya, si maniac boneka" Ucap Aksara maklum sembari mengelus rambut Agatha lembut.
"Mau kesana" Pinta Agatha seperti anak kecil. Gadis itu menundukkan kepala sambil melihat ujung sepatunya sendiri.Jangan lupakan jari lentik yang saling bertaut itu.
"Gemes" Ucap Aksara sembari mengusak rambut Agatha.
"Boleh?" Kali ini Agtha mendongak dengan mata berbinar.
"Nggak" Jawab Aksara singkat.
"Yaudah, ayo cari sepatu kamu" Ucap Agatha lirih. Sangat kentara bahwa gadis itu merasa kecewa. Tapi, ia tidak ingin berdebat dengan Aksara. Lagipula tujuan mereka datang ke mall ini adalah untuk membeli sepatu baru pemuda itu.
"Gak usah" Lagi, Aksara menjawab dengan nada datar yang berhasil membuat Agatha menunduk lesu.
"Yaudah jangan marah, aku minta maaf gak boneka-boneka lagi Aksara" Ucap Agatha pelan.
Aksara menatap Agatha datar sebelum mengelus pipi sang kekasih lembut. " Apa si pacar aku ini? Orang aku gak marah"
Agatha menatap pemuda itu bingung. "Gak marah tapi dari tadi jawabnya gitu"
"Ya, gak usah, aku emang udah gak minat cari sepatu. Aku maunya liat kamu main boneka tuh di sana" Jelas Akasara.
"Ih, gak mau. Niat awal kan mau cariin kamu sepatu baru" Ucap Agatha tak enak.
"Yaudah, gak papa. Sayangnya aku kan mau main boneka" Ucap Aksara menenangkan.
Agatha tersenyum senang. Aksara selalu mendahulukan keinginannya di atas keinginan pemuda itu sendiri.
"Kok kamu sweet gini sih? Kenapa selalu dahuluin aku coba?" Tanya Agatha.
"Karena aku sayang kamu, cinta kamu" Jawab Aksara mantap.
"Iya, aku tau. Tapi gimana kalau keadaannya beda nanti? Gimana kalau-"
"Percaya sama aku, Tha. Apapun yang aku lakuin nanti itu semuanya buat kamu" Sela Aksara cepat
"Iya, aku percaya" Ucap Agatha.
"Aku harap kamu tetap percaya bahwa yang aku lakuin sekarang itu semuanya buat kamu" Ucap Aksara.
***
Nah siapa yang udah nunggu kelanjutan cerita ini?
Aku ngetiknya sambil gendong bayi loh guys
Sesusah itu emang sekarang tuh.
Jadi terus kasih penulis amatir ini support ya wkwk gampang kok, cukup vote + comment dari kalian
Sekalian juga tulis harapan2 kalian untuk tahun 2024 nanti.
Kasih tau aku juga gimana pendapat kalian tentang yang lagi rame aka jijel dating sama park hyung sik!!!
Bye bye
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Rumit
Teen FictionBenangnya sudah terlanjur kusut. Sudah terlanjur berbelit sampai rasanya sangat susah untuk di urai lagi. Tapi, bisakah Agatha dan Aksara mengembalikan untaiannya? Mengembalikan semua seperti sebelumnya. Mengembalikan semua ketempatnya semula. Ini k...