18.Sebuah Teka Teki

281 46 0
                                    

Atmosfer di dalam mobil itu akan membuat siapapun tak nyaman. Begitu juga dengan Agatha yang hanya bisa mencuri pandang pada Dania yang tengah mendiamkannya.

Ya, quality time mereka hancur setelah kejadian tadi. Padahal Agatha sudah menunggu moment ini.

"Ma?" Panggil Agatha pelan.

Dania masih dengan pendiriannya mendiamkan sang anak. Jujur, ia tidak ingin begini. Tapi naluri nya sebagai wanita menginginkan hal ini.

"Mama, Agatha minta maaf" Lirih Agatha.

"Sejak kapan kamu nyimpen kesedihan kamu sendirian?" Pertanyaan itu terucap begitu saja dari mulut Dania yang masih enggan menatap sang putri.

"Ma, aku gak papa" Jawab Agatha pelan.

Dania menghela nafas berat sebelum kini menatap Agatha. Di raihnya tangan mungil yang tengah saling tertaut itu.

"Tha, mama ini siapa sih? Mama ini mama kamu, mama tau gimana hubungan kamu sama Aksara. Dan mama tau pasti anak mama gak baik-baik aja sekarang" Jelas Dania lembut.

Tatapan Agatha kini berubah sendu. Ya, ia jelas tidak baik-baik saja. Tapi apa yang bisa Agatha lakukan?

"Apa aja yang udah mama lewatkan?" Lagi, pertanyaan itu menghantam relung hati sang anak.

Dengan mata yang mulai berkaca-kaca, Agatha mengangkat wajahnya untuk menemukan mata sang lawan yang tak jauh berbeda dengannya.

"Aku sama Aksara udah putus dari 2 bulan yang lalu" Aku Agatha yang berhasil membuat Dania menatap kaget. Bagaimana ia bisa biasa saja saat ia tau bagaimana baiknya kisah asmara putrinya itu. Ia bahkan sudah mempercayakan Agatha pada pemuda bernama Aksara itu.

"Alasannya?" Tanya Dania serius.

Agatha sedikit meragu sekarang. Haruskan ia memberitahu Dania tentang kejujuran Agatha yang masih belum ia percayai kebenaranya.

"2 bulan putus dan dia udah dapat gandengan baru. Jangan bilang kalau kamu di selingkuhin?!" Tanya Dania tepat sasaran.

Kini Agatha semakin menunduk dengan jari yang saling bertaut. Rasanya Agatha ingin bilang bahwa Aksara bukan pemuda seperti itu seperti sebelumnya. Ya, ia bisa saja berkata begitu jika bukan Dania yang bertanya. Tapi sekarang? Agatha harus apa?

"Jadi bener!" Marah Dania.

Lagi, Agatha hanya diam saja. Dania yang melihat itu menarik kesimpulannya sendiri. Seketika dada ibu 1 orang anak itu terasa sesak seolah ada benda keras yang menghujam di sana.

"Astaga?! Terus kenapa kamu diem aja tadi? Harusnya kamu tampar, kamu jambak, atau kalau perlu kamu pukul dia Agatha!" Seru Dania emosi.

Kali ini Agatha mendongak menatap sang mama yang tengah sangat emosi itu. Wajahnya merah tanda menahan amarah di tambah matanya yang melotot. Jujur, ia belum pernah melihat sang mama semarah ini.

"Kamu kenapa bodoh banget sih, Tha! Kenapa kamu bisa di selingkuhin?!" Lagi, Dania berkata dengan emosi meledak-ledak.

"Mama gak besarin kamu buat jadi perempuan bodoh kayak gini, Agatha!" Lagi, Dania meledakkan emosinya.

Hal itu membuat Agatha menatap sang papa tak bergeming. Ini bukan seperti Dania mama nya. Dania tidak pernah seperti ini. Ia adalah sosok ibu yang lembut dan penuh kasih sayang.

"Ma?" Lirih Agatha dengan tangan yang menggangtung di udara. Tadinya ia ingin memegang bahu Dania. Tapi sebelum itu terjadi Dania malah menutup wajahnya dengan kedua tangan dan mulai terisak di sana. Sangat mirip dengan Agatha jika sedang menangis bukan?

Di Antara RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang