22.Puncak

340 32 4
                                    

Pagi ini Agatha tengah di sibukkan dengan segala macam rencana yang akan ia dan keluarganya lakukan di malam tahun baru.

"Ma, pa, ayo liburan" Ajak Agatha.

Dania menatap anaknya kaget. Lalu pandangannya beralih pada Reno yang tengah menatap kearah putri mereka itu. Helaan nafas berat terdengar jelas karena ia menyangka sang suami pasti tidak akan mau. Keharmonisan yang Reno tunjukan di hadapan Agatha kemarin tidak lebih dari sebuah sandiwara.

"Sayang, next time yah. Papa pasti gak bi-"

"Ayo, mau kemana kita?" Sela Reno yang berhasil membuat Dania kaget. Jangan lupakan raut kecewa di wajah Agatha yang perlahan berganti dengan binar bahagia.

"Mama ada recomendasi tempat liburan gak?" Tanya Reno lembut.

Pemandangan seperti inilah yang dirindukan Agatha. Sama halnya dengan Dania, wanita itu juga merindukan sosok suaminya yang seperti ini. Sosok suami yang sudah hilang sejak 5 bulan yang lalu.

"Mmm, puncak? Gimana papa sama Agatha seguju gak?" Tanya Dania ragu.

"Ayo, mau banget ke puncak" Jawab Agatha senang.

"Kalau kamu gimana, mas?" Tanya Dania lagi.

Reno tersenyum lembut sebelum menjawab.  "Ayo, aku gimana 2 bidadari cantik ini aja"

Agatha jelas bahagia tapi Dania lah yang paling bahagia disini. Walaupun ia tidak tau apa semua ini hanya sandiwaranya Reno atau memang suaminya itu telah berubah.

"Iss si papa, tuh liat mama mukanya merah" Tunjuk Agatha pada Dania yang wajahnya sudah semerah tomat.

"Iya, merah banget ya kayak tuan krab" Ucap Reno bercanda.

Bukannya marah, Dania malah menatap suaminya itu dengan senyum tulus terpatri di bibirnya. Ia berharap semoga semua ini bukan kepura-puraan.

Tanpa disangka, Reno juga membalas senyum Dania. Lalu lelaki itu mendekat dan merangkul bahu istrinya lembut.

" Kamu lucu kalau mukanya merah gitu" Bisik Reno di telinga Dania.

"Ihh malah mesra-mesraan. Eh gak papa deh, soalnya udah lama Agatha gak liat kalian kayak gini" Ucap Agatha yang berhasil menyadarkan kedua orang tuanya itu.

"Yaudah, papa sama mama janji akan sering kayak gini" Ucap Reno.

Dania menatap suaminya itu lekat. Mencari setitik kebohongan di mata hitam pria itu. Tapi, kenapa Dania melihat kejujuran dan penyesalan di sana?

"Awas aja kalau dingin dingin lagi" Balas Agatha dengan mata memicing.

Hal itu berhasil membuat kedua orang tuanya salah tingkah. Jadi, selama ini Agatha memperhatikan perilaku mereka.

"Sekarang mending kita catat apa aja yang mau di bawa ke puncak" ucap Agatha yang membuat Dania dan Reno segera menghampirinya.

Lihatlah betapa antusiasnya gadis itu. Harapnya hanya satu, kedua orang tuanya tetap seperti ini.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Aksara menatap Clara bingung. Sedari tadi mama nya itu sibuk bolak balik dengan ponsel di genggamannya.

"Ma" Panggil Aksara.

Clara berhenti melangkah lalu menoleh sebentar sebelum kembali mengulang hal yang sama.

"Ada apa?" Lagi, Aksara bersuara.

Clara kembali berhenti dan mulai mendudukkan dirinya di sebelah Aksara. "Kayaknya kamu bakal seneng saat tau masalah mama"

Sebelah alis tebal pemuda itu terangkat heran. Dimana ada anak yang senang saat orang tersayangnya mendapat masalah?

"Dia jauhin mama" Lanjut Clara.

Kembali Aksara menunjukkan raut tak mengerti. Kata 'Dia' yang digunakkan sang mama membuat Aksara berpikir sejenak sebelum otaknya menangkap maksud dari ucapan mamanya barusan.

"Senengkan kamu, Sa?" Tuduh Clara.

Aksara menghembuskan nafas lelah. Jika mamanya bersedih karena seorang pria yang bukan suami orang, mungkin Aksara akan sedih. Tapi, jika itu suami orang sepertinya yang diucapkan Clara benar. Aksara senang dan ia merasa lega.

"Udah beberapa hari ini dia gak angkat telpon mama, bahkan pesan mama cuma di baca aja" Jelas Clara sedih.

"Seharusnya emang gitu, sekarang mama juga harus bisa kayak gitu. Berhenti mah, akhiri semuanya" Nasihat Aksara.

Clara menatap putra semata wayangnya tak percaya. Bukan ini yang ia harapkan dari Aksara.

"Kok kamu ngomong gitu, Sa? Dia gak berhenti, Sa. Mungkin aja dia emang lagi sibukkan" Sangkal Clara.

"Ya, sibuk sama keluarganya. Sama anak dan istrinya" Tembak Aksara.

"Dia gak akan kembali sama istrinya, dia cinta sama mama" kekeh Clara.

"Cinta? Ma, tolong sadar. Perasaan kalian itu bukan cinta" Jelas Aksara.

"Diam kamu, Sa. Emang gak ada gunanya yah mama cerita sama kamu. Kamu sama aja kayak papa kamu yang gak pernah bisa liat mama bahagia" Ucap Clara marah.

"Stop bawa bawa papa, ma. Aku gak tau apa yang buat kalian pisah. Tapi disini, aku gak mau mama jelek jelekin papa begitupun sebaliknya" Ucap Aksara tegas.

"Pokoknya mama akan cari tau semuanya" Ucap Clara sebelum berlalu pergi dari ruangan itu. Menyisakan Aksara yang tengah di buat frustasi dengan tingkah sang mama.

Clara terlalu ambisius untuk hal yang sudah jelas salah. Entah harus bagaimana lagi Aksara menyadarkan sang mama. Jika sebelumnya dia berhasil menyadarkan pria itu. Maka dia gagal menyadarkan mamanya sendiri.

***

Hello!!!! Ada yang kangen sama cerita ini kah?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Di Antara RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang