8.Rumah Sakit

567 80 10
                                        

Sudah lebih dari 2 jam dan Agatha masih belum sadar juga. Alergi yang di derita Agatha memang separah itu jika sedang kambuh. Dara saja cukup heran kala Agatha masih memikirkan tentang Aksara saat ia sesak nafas tadi. Lihatkan seberapa kuat pengaruh Aksara untuk Agatha.

Dengan setia ketiga orang itu dengan sabar menunggu Agatha bangun. Kenapa tiga? Karena ada mama Agatha, Dara dan juga Fauzi yang entah kenapa masih berada di sana.

"Zi!" Panggil Dara sok akrab. Ya, sok akrab karena dasarnya mereka memang tidak akrab. Agatha sendiri saja yang pernah berstatus sebagai pacar dari Aksara tidak se akrab itu dengan Fauzi.

"Fauzi!"

"Heh! Fauzi!"

"Hm" Jawab Fauzi enggan. Pasalnya kegiatannya bermain game online jadi terganggu berkat panggilan tidak santai dari Dara barusan.

"Idih, gue udah manggil nama lo tiga kali dan lo cuma jawab 'hm'. Mubazir tau gak suara merdu gue ini!" Ucap Dara kesal.

"Bukan urusan gue!" Celetuk Fauzi.

Dara memutar bola matanya malas sebelum fokus menatap Fauzi dan ruangan Agatha di depan bergantian.

"Kenapa masih disini? Agatha udah di tanganin dokter! Lagian ada gue sama tante di sini!" Ucap Dara datar. Jujur, ia masih kesal dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Aksara termasuk teman-temannya juga.

"Terus?" Tanya Fauzi yang lebih memilih mematikan ponsel pintarnya sekarang. Memasukkkannya kedalam saku jaket sebelum balas menatap Dara intens.

"Ya-ya, pulang lah!" Ucap Dara terbata.

Kali ini Fauzi kembali menatap Agatha yang tengah terbaring di ranjang dari sebuah kaca kecil di pintu itu.

"Jadi gue akan pulang setelah dokter bilang kalau dia gak papa" Jawab Fauzi tenang.

Dara mengangguk mengerti sebelum kedua bola matanya membulat sempurna setelah otaknya mencerna kalimat yang baru saja keluar dari mulut Fauzi.

"ASTAGA! LO SUKA SAMA AGA-Hmfppt"

"Berisik!" Ucap Fauzi tegas sebelum melepaskan bekapannya pada mulut Sara.

"Ya gak usah di bekap juga, anjir. Kalau gue koid di tempat gimana?!" Ucap Sara marah. Sedangkan Fauzi hanya mengedikkan bahunya acuh.

"Tapi serius, jawab pertanyaan gue. Lo sukakan sama Agatha?"  Tanya Dara ngotot.

"Gue yang bawa dia kesini, itu kenapa gue harus pastiin kalau dia gak papa. Kalau temen lo sampai kenapa-napa nanti gue keseret buat jadi saksi!" Jelas Fauzi datar.

"Wah wah, lo doain sahabat gue mati?!" Seru Dara kesal.

"Dara, Fauzi, Agatha udah sadar ayo masuk!" Ajak Dina -Mama Agatha yang baru saja keluar dari ruang rawat sang putri.

Tentu saja hal itu berhasil menghentikan perdebatan panjang yang akan terjadi antara Dara dan Fauzi.

"Iya, tante!" Jawab Dara senang. Sedangkan Fauzi malah diam tanpa reaksi hingga membuat Dara meradang ditempatnya.

"Lah, tadi katanya mau pastiin Agatha gak papa. Kok sekarang malah bengong sih?" Ucap Dara.

"Kayaknya saya langsung pulang aja deh, Tan. Baru inget kalau Fauzi ada janji sama orang" Ucap Fauzi sopan.

Dina mengangguk mengerti sembari tersenyum hangat. "Padahal Agatha pengen banget ketemu sama orang yang bawa dia kesini katanya!"

Fauzi tersenyum tipis sebelum menatap Dina tak enak. Ia juga mengabaikan tatapan penuh selidik dari Dara di sampingnya.

"Lain kali Fauzi kesini lagi deh, tan. Sekarang Fauzi harus pergi dulu!" Ucap Fauzi sopan.

Lagi, Dina mengangguk mengerti sebelum membiarkan Fauzi pergi setelah menyalimi tangannya.

"Fauzi pamit, tan. Assalamualaikum" Pamit Fauzi.

***

"Ngapain di sini?!"

Pertanyaan dengan nada dingin itu terlontar begitu saja saat netra Aksara menangkap siluet pria yang tengah duduk santai bersama mamanya di tuang tamu.

"Eh, Aksa udah pulang. Sini sayang, salim sama om!" Panggil mama Aksara lembut.

Aksara berjalan mendekat ke arah dua orang dewasa itu. Bukan, bukan untuk menuruti permintaan mamanya. Karena ia lebih memilih berdiri di hadapan mereka dengan mata yang menghunus tajam pada pria di hadapannya itu.

"Ngapain di sini?" Ulang Aksara dengan suara rendah yang kian menusuk siapa saja yang mendengarnya.

"Sa, gak boleh gitu, gak sopan tau gak" Ingat sang mama.

Kini Aksara tersenyum miring sambil menatap keduanya bergantian. "Terus kalian pikir yang kalian lakuin ini sesuai dengan tata krama?"

Kini kedua orang dewasa itu menghela nafas pelan. Sebelum sang mama meraih tangan Aksara hendak membawanya menjauh.

"Ingat istri, om! Kalau gak ingat istri, ingat anak seenggaknya!" Celetuk Aksara.

"Sa, cukup!" Mohon mamanya.

Aksara menatap mamanya lelah sebelum melepaskan cekalan tangan itu. Sang pemuda berhenti di sana sebelum menatap kedua orang dewasa itu tajam.

"Seharusnya saya yang bilang seperti itu,. 'Tolong, cukup, saya mohon!' Bukankah seharusnya begitu?!"

***

Na Jaemin as Fauzi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Na Jaemin as Fauzi

Note : Karakter Fauzi disini author imajinasiin sebagai jaemin alias nana nct ya guys. Tapi kalau kalian punya idol lain yang sekiranya menurut kalian cocok juga its okay kok. Se sreg nya kalian aja.

***

Hallo!!!! Minal Aidzin Walfaidzin para reeders kesayangan author.

Maafkan author yang jarang update ini yaaaaa wkwk

Semoga ceritanya semakin greget dan nyambung yaaaaw dan tentunya kalian makin suka. Doain aja biar author rajin up setelah ini wkwk

Jan lupa voment

Di Antara RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang