Setelah beristirahat sehari penuh di rumah, Agatha akhirnya di perbolehkan kembali bersekolah oleh sang mama. Tapi Dina terus me wanti-wanti sang putri untuk tidak makan sembarangan. Beliau bahkan sudah mempersiapkan sekotak bekal untuk di bawa Agatha ke sekolah.
"Mama, masa Agatha di kasih bekal sih?" Rajuk Agatha.
Dina tersenyum maklum kala telinganya mendengar rajukan yang sedari tadi terlontar dari mulut sang putri. Agatha memang paling tidak suka di beri bekal karena takut menjadi bahan olok-olokan teman-temannya katanya.
"Untuk beberapa hari aja, sayang" Ucap Dina lembut.
Mau tak mau, Agatha mengangguk pasrah. Ia mengerti bagaimana khawatirnya sang mama saat ia terbaring di rumah sakit kemarin.
"Ada apa sih putri kecil?" Tanya Reno yang baru saja sampai di lantai bawah setelah rapi dengan setelan kantornya.
"Mama kasih aku bekal" Jawab Agatha seadanya.
Reno yang mendengar itu kini menatap Dina datar. Seolah tau letak masalahnya ada dimana.
"Kamu taukan kalau Agatha gak suka di kasih bekal?" Tanya Reno datar.
Agatha yang kaget dengan perubahan ekspresi dan suara Reno menatapnya keheranan. Sedangkan Dina hanya bisa menghela nafas lelah sebelum menunjukan seulas senyum yang terlihat aneh di mata Agatha.
"Aku kasih bekal supaya Agatha gak makan sembarangan dulu" Jawab Dina tenang.
"Ya, tapikan Agatha gak suka. Harusnya kamu pa-"
"Ma, pa, gak papa kok. Lagian mama bener, lambung aku kaget nanti kalau langsung makan-makanan di luar!" Lerai Agatha pelan. Ia tau sangat tidak sopan memotong ucapan orang tua, tapi ia tidak bisa berada di situasi seperti ini.
"Yaudah kalau gitu, udah siapkan? Ayo papa anterin!" Ucap Reno lembut.
Agatha melirik Dina yang tengah menunduk sebelum menatap Reno yang tengah menantikan jawabannya.
"Agatha berangkat bareng Sara, pa. Papa duluan aja gak papa" Jawab Agatha.
Reno menganggukkan kepalanya mengerti. Ia mengusap lembut surai Agatha sebelum membubuhkan sebuah kecupan hangat di sana.
"Papa berangkat!" Pamit Reno.
Agatha mengangguk sembari tersenyum sebelum menangkap sesuatu yang aneh. "Papa gak mau ci-"
"Papa udah telat, papa duluan!"
Lagi, Agatha hanya bisa terdiam. Otaknya yang sudah penuh dengan segala masalah itu di paksa kembali mencerna peristiwa di hadapannya. Di mulai dari cara papa nya bicara pada sang mama, hingga ekspresi berbeda yang di tujukan Reno pada Dina barusan. Kini di benaknya muncul sebuah pertanyaan.
"Sejak kapan? Sejak kapan hal ini terjadi?"
"Sayang? Kenapa bengong? Ayo siap-siap, sebentar lagi Dara jemputkan?" Ucap Dina seolah mengingatkan Agatha.
Sang gadis mengangguk pelan. Ingin bertanya tapi rasanya Agatha tak enak hati.
"Ma? Are you okay?" Tanya Agatha akhirnya.
Dina tersenyum tipis dengan kepala mengangguk. Seolah menegaskan bahwa ia baik-baik saja.
"Yaudah, Agatha pamit yah. Assalamualaikum" Pamit Agatha setelah mencium tangan sang mama.
"Walaikumsalam, anak cantik"
Setelah mendapatkan jawaban salam dari Dina, Agatha segera mengambil paper bag di atas meja makan dan mulai menentengnya keluar. Menemui Dara yang memang sudah menunggunya tepat di depan gerbang. Tapi ada yang berbeda di mata Agatha sekarang. Sang gadis berhenti saat hanya tinggal 3 langkah lagi ia akan sampai di hadapan Dara.
"Tha, ayo! Kita udah hampir telat!" Seru Dara kala melihat Agatha yang hanya menatapnya heran. Baru setelah menyadari sesuatu, Dara menepuk keningnya sendiri sebelum menarik Agatha agar mereka segera pergi ke sekolah.
"Astaga, ayo tuan putri! Kereta kuda lo keburu kabur nanti" Ucap Dara enteng.
Agatha yang masih kebingungan hanya bisa pasrah saat Dara menariknya untuk segera masuk ke dalam mobil.
"Lo di depan yah, Tha. Gue mau ngaso di belakang, capek anjir dorong motor tadi" Ucap Dara yang berhasil membuat mata Agatha membola kaget.
"Terus ini mobil siapa, Dara?" Tanya Agatha pelan.
"Mobil gue!"
Perlahan Agatha menoleh kesamping. Melihat siapa pemilik suara juga pemilik mobil yang kini mereka tumpangi.
"Fauzi?"
Ya, pemilik mobil itu tak lain dan tak bukan ialah Fauzi. Pemuda yang membawanya ke rumah sakit kemarin.
"Kok bisa?" Tanya Agatha lagi. Sebenarnya pertanyaan itu ia tujukan untuk dirinya sendiri tapi Fauzi malah menjawab pertanyaan Agatha barusan.
"Bisa!" Jawab Fauzi singkat.
Agatha menatap Fauzi tak enak. Apalagi mereka tidak begitu dekat untuk bisa seperti sekarang.
"Maaf, pasti ngerepotin" Ucap Agatha pelan.
Fauzi menatap Agatha sekilas tanpa berniat membalas perkataan Agatha barusan. Kemudian pemuda itu memilih kembali fokus ke jalanan.
"Makasih udah nolongin gue kemarin" Ucap Agatha lagi.
Kali ini Fauzi tidak diam saja. Ia mengangguk pelan sebelum menjawab ucapan terima kasih dari Agatha.
"Hm"
***
Nahkan Agatha nya barengan Fauzi🧐
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Rumit
Ficção AdolescenteBenangnya sudah terlanjur kusut. Sudah terlanjur berbelit sampai rasanya sangat susah untuk di urai lagi. Tapi, bisakah Agatha dan Aksara mengembalikan untaiannya? Mengembalikan semua seperti sebelumnya. Mengembalikan semua ketempatnya semula. Ini k...