"Maksud mama apa?"
Itulah kalimat yang pertama kali keluar dari mulut Aksara setelah ia sampai di rumahnya. Gurat emosi tercetak jelas di wajah tampan yang kini tengah menatap Clara dengan marah.
"Ada apa, Sa? Mama gak ngerti loh, tiba-tiba kamu dateng terus nodong mama sama pertanyaan kayak gitu" Ucap Clara heran.
"Kenapa mama cerita ke Agatha?" Tanya Aksara datar.
Clara menatap Aksara terkejut sebelum akhirnya ia bisa menormalkan ekpresinya lagi. Ia tau bahwa hal ini akan terjadi. Aksara pasti marah karena Clara meminta bantuan pada Agatha.
"Harusnya mama ceritain semuanya ke Agatha, kenapa harus nanggung sih? Kenapa mama bikin aku kelihatan salah di sini? Harusnya mama cerita kalau pacar mama itu, orang yang mama bilang tepat buat mama itu suami orang!" Ucap Aksara enteng. Mungkin Aksara terlihat tidak sopan sekarang. Tapi ia harus membuat sang mama sadar, sadar akan kesalahannya. Ia tidak ingin Clara menjadi penyebab kerusakan rumah tangga orang lain.
"JAGA UCAPAN KAMU AKSARA!" bentak Clara marah.
"Harusnya mama yang jaga kelakuan mama!" Balas Aksara datar sebelum pergi dari sana. Menaiki tangga kemudian membanting pintu kamarnya keras.
BRUK
Aksara benar-benar tidak habis pikir dengan tindakan berani Clara akhir-akhir ini. Tidakkah Clara memikirkan dampak dari semua masalah ini? Aksara saja sampai pusing, marah dan kesal sekarang. Kenapa sang mama masih belum menyerah dengan hubungan toxic nya dengan suami orang. Tidakkah mamanya tau bahwa sudah banyak yang hancur akibat hubungan terlarang mereka termasuk dunia Aksara sekarang.
"Aksa harus apalagi supaya mama sadar? Banyak orang yang bakalan sakit ma!"
***
"Agatha?!"
Entah sudah berapa kali Dara memanggil nama gadis di sebelahnya itu. Agatha tak ubahnya sebuah patung sekarang.
"Agatha?!" Kali ini gadis itu memanggilnya agak keras. Berharap suaranya bisa mengalihkan atensi Agatha.
"Eh iya, Dar? Kenapa? Udah sampe yah?"
Dara menatap Agatha heran sekaligus bingung. "Tha? Lo ngelamun?"
"Nggak!" Jawab Agatha seadanya.
"Alah bohong! Ada apa lagi sih, Tha? Lo masih belum move on dari si Aksara yah?" Tanya Dara penuh selidik.
"Gue gak bohong, Dara. Tapi soal move on, iya gue belum bisa" Jawab Agatha.
Tatapan Dara kian tajam sekarang. Ia memegang bahu sahabatnya itu dengan erat. "Sadar, Agatha. Dia gak pantes bikin lo susah move on"
"Dar, gue turun disini aja. Gue mau ke kanton papa!" Ucap Agatha mengalihkan pembicaraan. Rasanya, ia masih belum bisa menerima hal-hal jelek tentang Aksara.
"Gitu terooos, kalau udah jelek-jelekin si buaya aja lo ngalihin pembicaraan. Gak bisa banget apa denger fakta tentang mantan pacar lo itu" Gerutu Dara.
Agatha menatap Dara maklum. Ia paham betul alasan di balik kebencian Dara pada Aksara sekarang. Jika boleh jujur, Agatha juga begitu. Hanya saja perasaan cintanya pada Aksara jauh lebih besar lagi dari kebenciannya.
"Dar, gue paham, paham banget. Tapi buat sekarang, jujur aja gue lagi gak mood buat beradu opini. Gue duluan yah. Pak Amir, Agatha duluan yah!" Ucap Agatha yang hanya bisa diangguki pasrah oleh Dara dan pak Amir sang sopir.
Akhirnya Agatha turun dari mobil Dara. Sebenarnya ia tidak ada janji dengan Reno hari ini. Agatha hanya mencoba menghindari perdebatan yang hanya akan membuat kepalanya kian penuh.
Padahal cuaca hari ini sangatlah mendung hingga hujan bisa kapan saja turun. Tapi Agatha tidak memperdulikannya sama sekali. Belum ada 5 menit Agatha berjalan, hujan deras benar-benar turun. Dengan segera ia melangkah mencari tempat untuk berteduh. Padahal hanya tinggal menyeberang maka ia akan sampai ke perusahaan Reno.
"Astaga pakek hujan segala. Terobos aja atau gimana yah? Ah tapi nanti baju gue makin basah, terus kalau gue kedinginan gimana?" Celoteh Agatha.
Kebetulan, tempatnya berteduh adalah sebuah restoran yang di datanginya tempo hari. Jadi dengan keadaan yang setengah basah Agatha memilih untuk masuk ke dalam sana untuk memesan minuman hangat guna mengurasi rasa dinginnya.
"Mbak, coklat panas 1" Pesan Agatha saat seorang pelayan menanyakan pesanannya.
Setelah memesan, Agatha segera mengeluarkan smart phonenya. Mencati kontak sang papa untuk kemudian dihubunginya.
"Hal-"
"Iya, Tha? Papa lagi sibuk mau meeting di luar!"
"Yaudah, nanti aku tel-"
"Yaudah yah, sayang!"
Tut
Sambungan itu di putus begitu saja oleh Reno. Agatha hanya bisa tersenyum maklum sekarang. Mungkin sang papa memang tengah sibuk dengan urusan kantor sampai-sampai terburu-buru seperti itu.
Tak lama secangkir coklat panas telah terhidang di hadapan sang gadis. Ia tidak lupa mengucapkan terima kasih pada pelayan yang baru saja mengantarkan minumannya itu.
"Makasih mbak" Ucap Agatha.
Perlahan Agatha mengambil cangkir berisi coklat panas itu. Menggenggamnya erat agar sedikit mengurangi rasa dinginnya.
***
Jangan lupa vote+comment🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Rumit
Teen FictionBenangnya sudah terlanjur kusut. Sudah terlanjur berbelit sampai rasanya sangat susah untuk di urai lagi. Tapi, bisakah Agatha dan Aksara mengembalikan untaiannya? Mengembalikan semua seperti sebelumnya. Mengembalikan semua ketempatnya semula. Ini k...