Ini bukan kali pertama Agatha demam tinggi. Tapi entah mengapa Agatha menjadi lebih pendiam dari biasanya saat ia sakit. Ini adalah hasil dari kekeras kepalaan sang gadis menunggu Reno kemarin. Padahal sang mama sudah berulang kali meminta Agatha untuk pulang. Tapi gadis itu malah nekat menunggu sang papa yang tak kunjung kembali ke kantor hingga larut malam dengan hujan yang tak kunjung selesai. Membiarkan baju yang semula setengah basah menjadi sedikit lebih kering.
Dulu, saat sakit seperti ini Aksara akan jadi orang yang sangat cerewet. Pemuda itu tak ubahnya sebuah alarm yang akan terus berbunyi sebagai pengingat di jam-jam tertentu. Akasara bahkan pernah nekat bolos sekolah demi memastikan Agatha makan dan meminum obatnya.
"Aku kangen kamu, Sa!" Lirih Agatha sebelum kembali menyembunyikan kepalanya dibalik selimut. Dengan harapan ia bisa tidur dan melupakan sedikit masalahnya. Tapi tak lama sebuah bunyi grasak grusuk membuat sang gadis terganggu sebelum suara melengking mengudara di balik pintu yang kemudian di buka kasar.
"SAYANGKUUU!"
Brak
Hancur sudah ketenangan Agatha sekarang. Niat hati ingin mengenang masa lalu bersama sang mantan gagal sudah setelah kehadiran manusia yang dengan tidak tau malunya langsung menerobos masuk kedalam kamar sang puan.
"AGATHA! GUE TAU YAH LO UDAH BANGUN. GAK USAH SOK SOK AN MOLOR YAH. GAK MALU LO NGOROK BEGITU DI HADAPAN FAUZI?!" Teriak Dara.
Agatha memang sengaja pura-pura tidur sambil mendengkur dengan harapan agar Dara segera pergi dari kamarnya. Membiarkannya tenang hanya untuk sehari saja. Tadinya Agatha benar-benar akan mengabaikan sahabatnya itu sebelum otaknya mencerna dengan baik bahwa tidak hanya Dara yang berdiri di sisi kasurnya nya sekarang.
"Fauzi?" Ucap Agatha pelan sebelum membuka kedua matanya.
"Iya, Fauzi. Noh!" Tunjuk Dara pada pemuda yang tengah berdiri di belakangnya.
Agatha menatap Fauzi tak enak. Betapa malu nya ia sekarang. Pasti mukanya sangat tidak aesthetic tadi.
"Ngapain?" Tanya Agatha lemas.
Dara memutar bola matanya malas. Sedangkan Fauzi malah tersenyum kikuk. Merasa bingung dengan alasan ia disini.
"Ya jengukin lo lah, anjir!" Ucap Dara kesal.
Agatha menatap Dara sinis. Ia juga tau tentang itu. Tapi Fauzi? Agatha agak sedikit heran kenapa Fauzi sampai susah payah menjenguknya juga.
"Udah ah. Bukannya bilang makasih juga udah di jengukin" Ucap Dara santai.
Fauzi menatap kedua gadis itu bergantian sebelum akhirnya maju mendekat kearah Agatha.
"Sorry yah. Pasti lo heran kenapa gue disini. Tapi, gue kesini emang fure mau jenguk lo saat temen lo itu cerita kalau lo sakit" Jelas Fauzi.
Agatha mengangguk pelan dengan perasaan tak enak. Takut Fauzi berpikir macam-macam setelah melihat reaksinga tadi.
"Gak perlu, say sorry lagi, Zi. Harusnya gue yang minta maaf udah berlebihan barusan. Makasih banyak udah jengukin gue yah" Ucap Agatha tak enak.
Fauzi menganggukkan kepalanya mengerti. Mereka memang belum sedekat itu. Jadi ia paham betul kenapa Agatha bereaksi demikian.
"Udah ah, mending lo makan nih. Si Fauzi udah bawain makanan kesukaan lo. Ada sop iga, seblak tanpa tulang super pedes, tahu pedas, sama es campur!" Ucap Dara.
Agatha menatap Dara tak percaya sebelum menatap Fauzi. "Lo beneran beli itu semua?"
Fauzi mengangguk sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Iya, makanan kesukaan lo kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Rumit
Novela JuvenilBenangnya sudah terlanjur kusut. Sudah terlanjur berbelit sampai rasanya sangat susah untuk di urai lagi. Tapi, bisakah Agatha dan Aksara mengembalikan untaiannya? Mengembalikan semua seperti sebelumnya. Mengembalikan semua ketempatnya semula. Ini k...