Sedari tadi Dara tak berhenti di buat risih. Sebab, sahabat karibnya itu tak berhenti menghunuskan tatapan tajam padanya.
"Astaga, Agatha! Ngedip anjir, lama-lama bola mata lo bisa gelinding!" Kesal Dara.
Agatha menatap Dara tak kalah kesal. Ia bahkan berdecih pelan sekarang.
"Gue kan udah jelasin di kelas tadi, Tha! Motor gue mogok, terus pas di bengkel gue ketemu Fauzi, jadi yaudah namanya juga rejeki, Tha!" Jelas Dara lagi.
Kini Agatha menatap Sara jengah sebelum akhirnya menghela nafas lelah. "Ya terus kenapa, Fauzi? Kenapa gak pesen gojek? Grab? Gocar? Kenapa malah minta nebeng sama dia, Dara?"
"Terus apa? Rejeki lo bilang? Kalau lo di tawarin baru namanya rejeki, Dara Mahestri! Kalau lo yang minta mah beda cerita" lanjut Agatha.
"Tha, otak gue gak mikir kesana tadi. Namanya juga orang lagi kecapean" Bela Sara tak mau kalah.
"Ya, tapi kenapa harus Fau-"
"Emang kenapa kalau gue?"
Seketika keributan Agatha dan Dara berhenti begitu saja. Apalagi Agatha yang sudah tidak tau harus bicara apa sekarang. Sebenarnya, ada alasan kuat kenapa Agatha tidak ingin berurusan dengan pemuda itu.
"Gak tau, anjir! Lo pernah buat dosa kali sama bestie gue ini sampai-sampai dia langsung badmood parah setelah keluar dari mobil lo tadi!" Jelas Dara enteng.
Agatha menatap Dara tak percaya. Ia sungguh tidak habis pikir dengan temannya yang super ceplas ceplos itu. Terkadang ia merasa ingin pensiun menjadi sahabat seorang Dara Mahestri.
"Astaga, Dara! Nggak, nggak gitu kok. Justru gue mau bilang makasih buat tebengannya tadi. Terus ini, gue mau balikin sweater lo!" Jelas Agatha sembari memberikan sebuah paper bag berisikan sweater yang sudah ia bawa dari rumah tadi.
Fauzi mengangguk mengerti sembari menerima paper bag itu dan membukanya. Tapi, seketika keningnya dibuat mengkerut karena tidak hanya sweater yang ada dalam paper bag itu. Sebuah kotak bekal berwarna ungu juga ada di dalam sana.
"Bekal?" Tanya Fauzi.
Agatha menatap kotak bekal yang ada di tangan Fauzi. Dimana itu merupakan kotak bekal dari mamanya tadi.
"Astaga, Tha? Lo bawa bekal?" Tanya Dara tak percaya. Sebab, Agatha adalah tipe orang yang tidak suka membawa bekal. Alasan utamanya tidak lain karena Dara selalu mengejeknya. Belum lagi di masa kecil, Agatha pernah di ledek satu kelas karena kedapatan membawa bekal.
"Apaan sih, Dar? Ini ni alasan kenapa gue gak mau bawa bekal!" Ucap Agatha sebal.
Fauzi menatap aksi dua sahabat itu dengan wajah bingung. Tapi ia juga tidak bisa pergi begitu saja dari kantin itu. Ia merasa harus tetap di sana untuk beberapa menit lagi.
"Anak mami Dina!" Celetuk Dara.
Agatha melayangkan tatapan kesalnya pada Dara. Tapi yang di tatap malah balik memberikan tatapan mengejek padanya.
"Dara, sini lo biar gue bejek-bejek muka lo!" Kesal Agatha.
"Wle, wle, wle!" Ejek Sara.
Agatha menatap Dara lelah sebelum akhirnya kembali duduk di kursi. Kemudian ia mengambil kotak bekal di tangan Fauzi dengan tidak santai.
"Gue di bekelin gini juga gara-gara lo yah, Dar! Jadi gue perrintahin buat lo duduk di sini dan bantuin gue makan bekel yang super duper banyak ini!" Perintah Agatha tegas.
Dara menatap Agatha sebal. Ia juga tau bahwa semua ini terjadi karena kesalahannya. Tapi, ia sudah terlalu kenyang untuk hanya makan sesuap nasi sekarang. Sebab, ia sudah menghabiskan setidaknya 1 mangkok bakso dan juga 5 gorengan. Jadi, dengan seribu alasan ia akan membuat Agatha memakan bekal tanpanya.
"Astaga, Tha?!"
"Apa?" Tanya Agatha sewot.
"Santai bos, santai. Ia gue akuin ini salah gue juga dan gue bersedia bertanggung jawab!" Ucap Sara tenang.
"Bagus!" Ucap Agatha angkuh.
"Tapi, Tha? Gue baru inget kalau gue harus memenuhi sebuah panggilan!" Ucap Sara enteng.
Kini Agatha di buat jengah sekaligus jengkel. "Terus? Lo pikir gue mau makan bekal ini sendirian?"
"Mau gak mau lah bestie!" Jawab Sara sembari tersenyum manis.
Agatha menggebrak meja geram. Tidak terlalu kencang tapi sampai membuat telapak tangannya memerah.
"Tha, jangan berubah jadi maung anjir! Malu banyak orang" seru Sara panik.
"Kalau gak temenin, gue gak akan makan!" Ancam Agatha kesal.
"Tha, gue kenyang anjir!" Ucap Dara melas.
Agatha menatap Dara kesal. Sekali lagi tangannya hendak mendarat sempurna ke atas meja keras itu jika saja seseorang tidak menahan tangannya.
"Tangan lo udah merah" Ucap Fauzi yang berhasil membuat Agatha menatapnya kaget. Begitupun Dara yang terbengong melihat perlakuan Fauzi pada sahabatnya.
"Duduk, biar gue temenin!" Ucap Fauzi lagi. Ia bahkan dengan berani menuntun Agatha untuk kembali duduk di kursinya.
"Lo, selesain 'panggilan' lo itu!" Tambah Fauzi pada Dara yang langsung mendapati anggukan penuh kesenangan dari gadis itu.
Tidak taukah Fauzi, bahwa semua orang termasuk Aksara dan gengnya kini menatap kearah mereka. Menyaksikan keributan kecil diantara mereka.
"Si Fauzi ngapain anjir?!" Seru Rizal heboh.
"Anjir, dia suka Agatha selama ini?!" Seru Delon tak kalah heboh.
"Aksa, lo gak cemburukan?" Tanya Rizal penasaran. Sebab, sedari tadi Aksara hanya diam dengan mata yang tengah menatap lurus objek di depan sana.
"Aksa gak cemburu yah, anjir! Aksa udah punya gue sekarang!" Celetuk Inka yang tiba-tiba datang ke meja Aksara.
"Idih, pd banget lo!" Sarkas Delon.
"Iyakan, Sa? Kamu gak cemburukan?" Todong Inka tanpa menghiraukan tatapan julid dari Rizal dan Delon.
***
Nahloh, kira-kira Aksa cemburu gak nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Rumit
Fiksi RemajaBenangnya sudah terlanjur kusut. Sudah terlanjur berbelit sampai rasanya sangat susah untuk di urai lagi. Tapi, bisakah Agatha dan Aksara mengembalikan untaiannya? Mengembalikan semua seperti sebelumnya. Mengembalikan semua ketempatnya semula. Ini k...