Kenapa kamu masih jadi yang pertama? Di saat aku tau bahwa kamu telah mundur lebih dulu!
***
Suasana di kantin kian riuh kala Inka memeluk tubuh Aksara secara tiba-tiba. Seolah ucapan Agatha tak merubah mood Inka. Padahal jauh di dalam hatinya, Inka tengah merasa marah. Niatnya adalah agar Agatha sakit dan merasa malu. Tapi ini, kenapa Inka yang merasa di permalukan?
"Lepas! " Desis Aksara.
Inka tersenyum remeh kala mendengar nada tak suka dari mulut Aksara. Tapi, bukannya melepaskan pelukannya seperti yang di minta Aksara, Inka malah semakin mempererat pelukannya.
"Aku juga sayang banget sama kamu, Sa! Makasih udah pilih aku lagi yah" Ucap Inka riang.
Seluruh orang di kantin itu bersorak kala mendengar ucapan Inka yang tidak pelan itu. Seolah sengaja agar semua orang tau bahwa Aksara kini miliknya.
Berbeda dengan teman-teman Aksara yang jelas menatap tak suka. Apalagi Fauzi yang langsung pergi meninggalkan kantin. Membiarkan tatapan penuh tanya dari Dellon dan Rizal. Sebab, Fauzi yang biasanya cuek kini malah terlihat terganggu akan moment Aksara dan Inka.
"Anjing!" Maki Fauzi.
Pemuda tampan itu terus berjalan sampai tiba di depan sebuah ruangan. Entah apa yang membawanya hingga tangan itu perlahan membuka knop pintu. Lalu menatap siluet seseorang di balik tirai yang menjadi pemisah antara 2 ranjang.
"Siapa? " Tanya Fauzi dalam hati.
Ya, hanya dalam hati. Fauzi sendiri bukan sosok kepo yang selalu ingin tau. Jika bisa, Fauzi bahkan tidak ingin terlibat dalam masalah apapun termasuk masalah Aksara dan Agatha kini. Tapi, Kenapa Fauzi merasa harus terlibat?
"Hiks... Hiks... Hiks... Kenapa gini, Sa? Kenapa akhirnya gini?"
Setelah sibuk dengan segala pemikirannya. Fauzi kini dibuat terdiam kala telinganya mengenali siapa pemilik suara tangis di balik tirai sana.
"Kamu berubah di saat papa udah mulai hangat lagi! Apa untuk mendapat sebuah kebahagiaan, kita harus merelakan kebahagiaan yang lain? "
Fauzi masih saja diam. Ia sama sekali tidak berniat menganggu gadis di balik tirai sana. Ia bahkan menahan diri untuk tidak menimbulkan suara sekecil apapun yang bisa saja menganggu sang gadis. Seolah membiarkan sang gadis puas meluapkan segala emosinya.
"Selain hebat dalam mencintai! Lo juga hebat dalam berpura-pura yah! " Batin Fauzi.
***
"Tha?! "
"Tha?! "
"Agatha?! "
Rupanya, menangis jug menguras banyak tenaga. Sebab, setelah puas menangis Agatha malah ketiduran di ranjang UKS dengan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Pantas saja Agatha tertidur nyenyak.
"Bagus yah, Tha. Udah nangis langsung tidur! " Celetuk Dara sebal.
Agatha memilih mengabaikan ucapan Dara dan segera beranjak dari ranjang. Kemudian ia sibakkan tirai pemisah ranjang yang di tidurinya dengan ranjang yang satunya lagi. Ia merasa sedikit janggal sekarang. Pasalnya ia dengan jelas melihat bahwa selimut yang melekat di tubuhnya tadi berada di ranjang kosong itu. Lalu bagaimana selimut itu tiba-tiba ada di ranjangnya dan menyelimutinya?
"Astaga, Tha! Nyari apa sih? Aksara lo gak ada di sini! Dia udah pulang sama si pelakor! " Ucap Dara.
Agatha yang mendengar itu seolah dibuat tersadar. Memang apa yang ia harapkan? Apakah Aksara akan datang? Hanya dalam mimpi. Maka dengan segera ia enyahkan nama Aksara dari daftar orang yang mungkin bersamanya di UKS itu.
"Lo bener, Dar! Tapi, lo kan yang selimutin gue? " Tanya Agatha masih penasaran.
Dara menggeleng tanda tak tau. Ia mana berani mengganggu Agatha jika sang sahabat tengah dalam kondisi seperti tadi. Ia akan membiarkan Agatha sendiri sampai sahabatnya itu puas untuk meluapkan segala emosinya.
"Terus siapa? " Gumam Agatha.
Dara kembali menggeleng seolah pertanyaan itu di tujukan lagi padanya. Sedangkan Agatha masih sibuk dengan rasa penasarannya. Hingga sebuah dering telepon berhasil membuat atensi Agatha teralihkan. Begitupun Dara yang ikut melihat siapa penelepon yang baru saja masuk ke ponsel Agatha.
"Siapa? " Tanya Dara.
"Bi Tini" Jawab Agatha seadanya sebelum mengangkat panggilan itu. Baru kalimat pertama, tapi sudah berhasil membuat Agatha menutup mulutnya kaget. Jangan lupakan juga matanya yang sudah berkaca-kaca.
"Tha, kenapa? " Tanya Sara khawatir.
"Thatha kesana sekarang juga, bi! " Tutup Agatha tanpa menghiraukan pertanyaan Dara. Ia bahkan mengubah langkah cepatnya menjadi berlari. Mengabaikan beberapa teguran dari orang yang di tabraknya. Teriakan dari Dara bahkan tak bisa menghentikan laju Agatha yang sesekali mengelap kasar air mata yang jatuh membasahi pipinya.
Untung saja bel sekolah sudah berbunyi sehingga Agatha bisa leluasa untuk segera pergi.
"THA! "
"AGATHA! "
Bruk
Agatha benar-benar di buat terpental kala tubuhnya tanpa sengaja menubruk pemilik tubuh tinggi di depan sana. Tapi bukannya meminta maaf atau melihat siapa yang di tabraknya, Agatha yang sudah kepalang panik malah sibuk membereskan beberapa barang yang berceceran keluar dari dalam tasnya. Bukannya beres, semua barang itu malah semakin berantakan kala Agatha membereskannya secara asal.
"Astaga, Tha! Lo kenapa sih? Ada apa? " Tanya Dara sembari membantu Agatha memasukkan semua barangnya.
Agatha mengusap air matanya kasar. Entah kenapa air mata itu kembali mengalir saat Agatha berulang kali menghapusnya.
"Mama, Dar! Ma-"
"Aksara! "
Seruan itu mau tak mau membuat Agatha dan Dara mendongak. Rupanya Aksara ialah pemuda yang di tabrak Agatha.
"Aksa" Lirih Agatha.
Sedetik kemudian Aksara memalingkan wajahnya. Kini ia tak lagi menatap Agatha sebab Inka yang ternyata memanggil namanya.
Bahkan Agatha yang melihat itu ikut-ikutan memalingkan wajahnya juga. Kenapa harapan tentang Aksara masih ada? Kenapa ia tidak bisa membenci pemuda itu? Bahkan di saat Aksara malah menatapnya datar tanpa berniat membantunya?
"Ayo, Tha! " Ajak Dara seolah paham akan situasi yang di hadapi sahabatnya.
Agatha mengangguk kaku dengan air mata yang masih saja mengalir. Tak peduli berapa kali ia usap, ia yakin air matanya akan tetap mengalir juga. Malah kian deras kala semua masalah datang padanya secara bersamaan seperti ini.
"Astaga, Agatha! Gue gak tau kalau kabar balikannya gue sama Aksara bisa bikin lo sekacau ini! " Celetuk Inka.
Rasanya Dara ingin menjejalkan ratusan cabai rawit ke bibir Inka sekarang juga. Tapi sebelum itu terjadi, Agatha segera menarik Dara pergi. Tepat saat ia berpapasan dengan Aksara, ia berucap lirih tanpa menatap pemuda itu lagi.
"Maaf" Lirih Agatha.
***
Kira-kira Agatha kenapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Rumit
Ficção AdolescenteBenangnya sudah terlanjur kusut. Sudah terlanjur berbelit sampai rasanya sangat susah untuk di urai lagi. Tapi, bisakah Agatha dan Aksara mengembalikan untaiannya? Mengembalikan semua seperti sebelumnya. Mengembalikan semua ketempatnya semula. Ini k...