19.Masih Peduli

313 43 5
                                    

Apa titik terendah dalam hidupmu? Jika kalian bertanya pada Agatha, mungkin saat inilah. Kini sang gadis merasa sendirian. Benar-benar sendiri tanpa seorangpun di sisinya. Setelah insiden di mall waktu itu, Dania mulai mendiamkannya. Belum lagi, Reno yang ia harapkan bisa membantunya membujuk sang mama mendadak super sibuk dengan pekerjaannya. Sebenarnya, Agatha merasa lebih baik setelah meluapkan kesedihannya pada Fauzi kemarin malam.

Jika kalian bertanya, kenapa Agatha bisa bersama sang pemuda malam itu. Maka jawabannya adalah tidak tau. Agatha sendiri tidak tau kenapa dia menelepon Fauzi dan mengajaknya pergi keluar saat itu. Sebenarnya orang pertama yang ia hubungi adalah Dara. Tapi gadis itu tengah sibuk dengan urusan keluarganya.

"Agatha!" Seruan heboh dari Dara tidak bisa mengalihkan fokus Agatha pada benda pipih di genggamannya. Benda pipih dengan layar yang menampilkan history chat terakhir ia dengan Dania.

"Astaga, AGATHA LO DI CARIIN FAUZI!" Begitulah perangai seorang gadis dengan kesabaran setipis tisue di bagi dua.

Bukannya menjawab, Agatha malah menghela nafas berat. Kemudian menidurkan kepalanya di atas meja sebelum memejamkan matanya. Barulah setelah itu Dara sadar bahwa sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja.

"Tha, kenapa? Ada masalah?" Tanya Dara lunak. Gadis itu bahkan ikut mendudukkan bokongnya di kursi sebelah Agatha.

"Tha, ada apa sih? Cerita sama gue!" Ucap Dara.

Agatha membuka matanya dengan sorot lelah. "Fauzi dimana?" Tanya Agatha mengalihkan.

Kali ini Dara yang menghela nafas berat. Agatha memang seperti itu, ia tidak akan segamblang itu menceritakan masalahnya sekalipun pada sahabatnya sendiri.

"Di depan kelas" Jawab Dara seadanya.

Agatha mengangguk pelan, tepat sebelum beranjak dari sana ia menyempatkan diri untuk berbicara pada Dara.

"Gue bakal cerita kok, Dar. Tapi nanti yah" Ucap Agatha sembari tersenyum tipis.

***

A

ksara menatap makanannya tanpa minat. Bolehkan ia jujur? Jujur tentang kekhawatirannya terhadap sang mantan. Setelah kejadian di mall kemarin, Aksara menjadi tidak tenang. Tatapan terluka dari dua perempuan itu menghujam Aksara hingga ke ulu hati.

"Aksara?!" Panggil Inka kesal. Sudah berkali-kali sang gadis memanggil pemuda yang kini berstatus sebagai pacarnya itu.

"Ish nyebelin!" Seru Inka marah sebelum beranjak dari kantin. Meninggalkan Aksara yang masih setia mengaduk mie ayamnya.

Aksara tidak tuli, ia mendengar semua ucapan Inka sedari tadi. Pemuda itu hanya sedang malas menanggapi. Lagi pula tidak ada hal penting yang di bicarakan Inka.

"Duduk"

Intruksi itu berhasil mengalihkan atensi Aksara yang kini menatap bangku di depannya. Di sana sudah ada Agatha dan Fauzi yang perlahan mulai menjatuhkan bokongnya di sana.

"Kita ikut duduk di sini yah. Semua bangku penuh soalnya" Jelas Fauzi.

Aksara menatap mereka acuh sebelum mulai memberikan bumbu pada mie yang sudah tidak jelas bentukannya itu. Memilih mengabaikan Fauzi yang sibuk menanyai apa yang ingin di makan Agatha yang senantiasa menunduk.

"Mau pesen apa?" Tanya Fauzi.

"Gak usah, gue gak laper" Jawab Agatha pelan.

"Gak usah bohong, kemarin malam lo gak makan loh. Terus pagi tadi juga, pasti gak sarapan kan?" Tembak Fauzi tepat sasaran.

"Udah sejauh itu ternyata"

"So tau" Ucap Agatha.

Fauzi menggelengkan kepalanya pelan. "Bukan so tau, tapi emang tau" Balas Fauzi dengan nada sebal yang di buat-buat.

"Tapi gue lagi gak ada nafsu makan, di paksain juga percuma gak akan masuk dan gak akan habis, sayang" Jelas Agatha.

Fauzi menatap Agatha dengan mata membola kaget yang di buat-buat. "Apa sayang sayang?" Candanya.

Agatha melotot menatap Fauzi sebelum tersenyum geli. "Ya, makanannya Fauzi, sayang kalau gak habis"

"Ya Allah, Tha. Udah, gue udah gak kuat" Ucap Fauzi lebay.

Lagi, Agatha tidak habis pikir dengan pemuda di sampingnya itu. Padahal awal pertemuan mereka, Fauzi tidak seperti ini. Pemuda itu cenderung bersikap cool seolah tak peduli. Tapi sekarang?

"Ish, tau ah!" Ucap Agatha.

Fauzi tersenyum tipis kala melihat wajah sebal Agatha. "Yaudah, gue pesenin mie ayam"

Agatha menggelengkan kepalanya menolak. Ia memang benar-benar sedang tidak nafsu makan. "Please, gue lagi gak mau makan apapun. Gue nemenin lo aja"

"Tha, lo tuh belum makan. Kalau lo sakit gim-"

"Udahlah, Zi. Gak usah peduliin orang yang gak mau di peduliin" celetuk Aksara santai.

Seketika Agatha tersadar. Ia sadar bahwa bukan hanya ia dan Fauzi yang ada di meja itu. Ia juga sadar bahwa Aksara sudah benar-benar melupakannya. Mereka sudah tak lagi satu rasa.

"Jangan mie ayam deh, Zi. Gue mau somay ikan tenggiri!" Ucap Agatha santai.

Seketika gerakan tangan Aksara terhenti seketika. Sebelah alisnya terangkat dengan otak yang tengah mencerna ucapan gadis di hadapannya.

Sementara Fauzi, pemuda itu mengangguk mengerti dan segera beranjak dari sana guna memesankan makanan yang Agatha sebutkan tadi.

"Gak usah nyari mati" Celetuk Aksara.

Agatha hanya bersikap acuh tak acuh. Jujur sangat tidak nyaman berada di situasi seperti ini. Satu meja dengan mantan yang masih memiliki dampak besar baginya. Sudah ia duga bahwa berada disini, bukanlah hal yang benar.

"Agatha!" Panggil Aksara datar.

Agatha menghela nafas berat sebelum memberanikan diri menatap mata tajam itu. "Apa?"

"Makan!" Suruh Aksara tegas.

Ya, pemuda itu menyodorkan mie ayam miliknya di hadapan Agatha.

"Gak usah so peduli" Ucap Agatha.

Kali ini Aksara yang kedapatan menghela nafas dengan sorot lelah.

"Jangan buat gue semakin merasa bersalah, Agatha" Ucap Aksara sebelum beranjak dari sana. Meninggalkan Agatha yang kini menatap kosong semangkuk mie ayam di hadapannya. Kini pikiran sang gadis di penuhi ribuan pertanyaan. Tidak bisa dipungkiri ada sebagian hatinya yang senang saat mendapati Aksara masih sedikit menaruh rasa peduli padanya.

Tepat saat Aksara meninggalkan meja itu Fauzi juga baru sampai dengan dua piring somay. Sebelum benar-benar pergi, Aksara menyempatkan untuk berbicara pada Fauzi.

"Dia alergi ikan tenggiri" Ucap Tiger sembari menepuk bahu Fauzi beberapa kali.

Fauzi tersenyum miris kala mendapati bahwa Aksara masih sangat peduli pada Agatha.

"Lo, belum benar-benar lepasin dia ternyata"

***

Nah nah kalau udah gini gimana?
Jangan lupa vote+comment please🙏🏼

Di Antara RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang