Semua orang mungkin bisa berubah, kecuali dia
***
Taksi itu melaju kencang membelah jalanan yang kini di guyur hujan. Semesta seolah mendukung segala rasa milik Agatha.
Deraian air mata yang turun di sambut derasnya air hujan. Suara petir seolah mewakili Agatha yang rasanya sudah kehilangan kemampuannya untuk hanya sekedar mengeluarkan suara.
"Tha, lo boleh teriak! Gue bisa minta izin sama supir taksinya biar lo bebas teriak! " Ucap Dara sedih.
"Jangan nangis dalam diam, Tha. Enggak-enggak, lebih baik lo gak nangis kayak gini " Tambah Dara.
Sedari tadi Agatha memang hanya diam dengan air mata yang terus membanjiri wajah cantiknya. Semuanya terlalu mengagetkan bagi gadis cantik itu. Masih tak percaya rasanya jika Aksara mampu melakukan hal yang menyakitinya. Pemuda itu seperti bukan Aksaranya.
"Tha? " Panggil Dara lirih. Sungguh Dara juga bisa merasakan kesedihan Agatha sekarang. Terakhir kali Agatha begini ialah saat sang mama masuk rumah sakit.
"Dia bukan Aksara gue, Dar " Lirih Agatha.
Dara menganggukkan kepalanya setuju. Ia bahkan juga ikut marah pada Aksara yang tega menyelingkuhi Agatha. Sebab ia sudah sangat percaya jika Aksara bisa menjaga sahabatnya itu.
"Hati manusia siapa yang tau, Tha. Semua orang bisa berubah! " Ucap Dara realistis.
Memang benar bukan?
"Semua orang mungkin bisa berubah, kecuali dia! " Jawab Agatha yang langsung menyulut emosi sahabatnya itu.
"Lo udah liat buktinya, Tha. Tolong berpikir realistis! Sekarang gunain logika lo! Cowok kayak Aksara gak pantes lo tangisin kayak gini! " Ucap Dara tegas.
"Tapi, Dar-"
"Stop yah, Tha. Gue udah gedeg banget sama mantan pacar lo itu. Sekarang gak usah nangis-nangis lagi! Lupain Aksara, okay!!" Sela Dara cepat.
Agatha menghela nafas pelan sebelum mengusap air mata dan memalingkan wajahnya keluar jendela. Ia tau sahabatnya itu tengah emosi sekarang. Tapi kenapa rasanya sakit saat mendengar kalimat buruk untuk Aksara.
Secara logika Agatha memang seharusnya mendengarkan ucapan Dara. Tapi hatinya menolak mentah-mentah.
"Kamu kenapa, Aksara? " Lirih Agatha.
Setelah itu perjalanan mereka benar-benar sepi. Dara yang tadi sibuk menenangkan Agatha memilih diam guna memberikan waktu untuk sang gadis. Juga Agatha hanya bisa menatap rintikan air pada kaca mobil sambil sesekali mengusap seolah bisa mengurangi basahnya.
"Dar, gue berhenti di perusahaan bokap yah" Ucap Agatha tiba-tiba.
Dara menoleh lalu menimbang ragu. Di luar kini sedang hujan, lagi bagaimana jika Agatha berbohong dan malah datang ke tempat lain.
"Lo yakin? Di luar lagi hujan, Tha! Terus gimana kalau bokap lo gak ada di perusahaan? Bukannya lo sendiri yang bilang kalau bokap lo itu super sibuk?" Ucap Dara.
Agatha mengangguk setuju. Ya, papa nya memang super duper sibuk sampai ia sendiri jarang memiliki waktu untuk hanya sekedar mengobrol bersama.
"Nanti gue telpon papa dulu kok" Jawab Agatha mencoba meyakinkan.
"Perusahaan om Reno udah gak jauh dari sini! Sekarang telpon papa lo di hadapan gue yah, Tha! Loudspeaker sekalian! " Tegas Dara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Rumit
Novela JuvenilBenangnya sudah terlanjur kusut. Sudah terlanjur berbelit sampai rasanya sangat susah untuk di urai lagi. Tapi, bisakah Agatha dan Aksara mengembalikan untaiannya? Mengembalikan semua seperti sebelumnya. Mengembalikan semua ketempatnya semula. Ini k...