Chapter 10

7 5 0
                                    

Liya membersihkan wajahnya dengan hand sanitizer pemberian Ferland. Iya, lelaki tersebut yang datang beberapa menit yang lalu. Setelah mengucapkan terimakasih, Liya kembali mengembalikan hand sanitizer tersebut pada lelaki di hadapannya.

"Eh tunggu, ini masih ada sisa." Ucap Ferland lalu menuangkan kembali hand sanitizer di atas kapas dan mengusapnya pada bagian rahang bawah membuat Liya mematung di tempat karena jaraknya dengan Ferland sangat dekat, bahkan hanya beberapa centimeter saja.

Kedua matanya saling bertubrukan hingga beberapa detik kemudian seseorang mendobrak pintu masuk kamar mandi membuat keduanya terkejut lalu menjauhkan diri. Ferland kembali menyimpan hand sanitizer nya di saku dan berusaha menormalkan ekspresi nya yang terlihat salah tingkah, begitu juga dengan Liya. Pipi gadis tersebut sudah memerah karena menahan malu.

"Li, lo gak papa kan?" Ucap Davin khawatir.

Liya menoleh dan mengangguk mantap, "aku baik-baik aja kok. Tadi ada kak Ferland yang bantuin." Jawab Liya lalu menunjuk ke arah lelaki yang masih berdiri menatap luar WC.

"Kak!" Ferland menoleh lalu tersenyum canggung dan melirik arlojinya sekilas.

"Gue ke kelas dulu ya, Li. Ada yang mau gue urus." Pamitnya dan di jawab anggukan oleh Liya.

Setelah Ferland pergi dari balik pintu, Davin menatap Liya sinis membuat senyum Liya memudar lalu menatap lelaki di hadapannya dengan bingung, "kamu kenapa ngeliatin aku kaya gitu?"

"Lo gak pernah tuh manggil gue pake embel-embel, kak. Padahal lo adek tingkat gue." Protes Davin.

Liya tertawa kecil, "kita seumuran, heyy. Kamu aja yang sekolahnya kecepetan." Jawabnya di akhiri kekehan.

Davin menghela nafasnya panjang, "iya udah. Tapi lo bener gak papa kan? Vanda ngebully lo lagi?"

Liya mengangguk, "iya, tapi gak parah seperti sebelumnya kok. Muka ku di coret-coret aja sama dia. Tapi sekarang kan udah bersih, berkat kak Ferland." Jawab Liya sambil tersenyum manis.

"Lo suka sama Ferland?" Tanya Davin tiba-tiba. Liya mengejapkan matanya beberapa kali lalu menggelengkan kepalanya cepat, sehingga gadis tersebut terlihat lucu.

"Gak ya, ngadi-ngadi kamu!"

"Jangan terlalu cepat jatuh sama laki-laki ya, Li? Lo gak bakal ngerti sifat dia di balik lo gimana. Bisa aja depannya baik, tapi belakang nya busuk." Liya mengangguk sambil tersenyum, Davin mengacak rambut Liya gemas membuat gadis tersebut mendengus kesal.

"Udah jangan kesel gitu. Ayo ke kelas, udah bel tuh." Davin bangkit dari posisi jongkok nya lalu mendorong kursi roda Liya menuju kelas.

Bel pulang sekolah berbunyi, saat hendak menjalankan kursi rodanya, seseorang mendorong dari belakang membuat Liya terkejut sekilas lalu menoleh ke belakang dan tersenyum kecil.

"Tumben banget, gak ada rapat hari ini, Re?" Tanya Liya pada gadis remaja di belakangnya yang masih sibuk mendorongnya sambil membalas sapaan beberapa orang yang mengenalnya.

"Gue capek kali di suruh kumpul mulu. Bolos sekali-kali gak papa kali, ya?" Jawabnya sambil terkekeh pelan.

"Gimana hubungan lo sama Davin, Li? Ada kemajuan?" Tanya Rere tiba-tiba.

Liya mengedikan bahunya, "aku gak punya hubungan apa-apa kok sama Davin. Dia cuman sekedar temen aku aja, aku pun nganggap dia udah kayak saudara sendiri, ga lebih. Lagipun, kamu juga tau kan siapa yang aku taksir?"

Kursi roda terhenti, Rere berpindah tempat lalu berjongkok di hadapan Liya sambil menatap sahabat nya penuh menyelidik, "lo lagi naksir sama seseorang? Siapa? Ayo cepet kasih tau gue!" Desak Rere.

I PROMISE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang