Matahari muncul dari balik awan, alarm terus berbunyi nyaring membangunkan seorang gadis yang baru saja bangun dari tidur lelapnya. Liya merengangkan badannya sekejap, badannya sering pegal sejak menggunakan alat bantu untuk berjalan. Walaupun kakinya sudah 80% sembuh, tetap saja ia tidak bisa bergerak dengan bebas karena dokter menyuruhnya agar ia tetap menggunakan tongkat nya kemana-mana.
Setelah selesai bersiap, gadis tersebut keluar dari kamarnya, terlihat betapa berserakannya rumah ini, dengan pecahan kaca di mana-mana, bantal sofa yang sudah tidak di tempatnya lagi, dan beberapa pasir pot yang berserakan di mana-mana, membuat kepalanya seketika menjadi pening. Siapa lagi yang akan membereskan kekacauan ini selain dirinya?
Suara pintu tertutup membuyarkan lamunan Liya, tampak Luna dengan tas ranselnya di punggung ia terburu-buru keluar rumah, entah apa yang kakaknya itu rasakan, tapi Liya berharap kakaknya baik-baik saja.Klakson mobil berbunyi dari arah luar membuyarkan lamunan Liya setelah Luna pergi dari balik pintu keluar, dengan segera Liya menjalankan tongkat nya keluar rumah untuk segera bertemu dengan Ferland.
Usapan lembut di kepala menyambut Liya setelah gadis tersebut berdiri di hadapan Ferland, hatinya kembali membaik, kecemasan dalam dirinya mulai pudar melihat hadirnya Ferland di dekatnya. Mungkin jawaban yang akan Liya berikan nanti tidak akan membuatnya kecewa.Mobil melaju menjahui pekarangan rumah, Liya di sepanjang jalan hanya bercerita tentang kenangan indahnya bersama Rere tanpa ragu. Entahlah, ia hanya ingin selalu mengenang sang sahabat sepanjang waktu.
Mobil terparkir di parkiran sekolah, Liya turun dengan hati-hati di bantu dengan Ferland agar gadisnya merasa aman. Setelah mengucapkan terimakasih, keduanya berjalan menuju kelas."Oi Land!!" Keduanya menoleh, menatap seorang laki-laki yang memegang lututnya sambil mengatur nafas. Sepertinya ia mengenal orang itu, tapi? Ah, Kevin?
Benar saja, itu Kevin! Seseorang yang mengantarkan pulang kak Luna beberapa hari yang lalu."Makanya jangan lari-lari, cape sendiri kan lo!" Ketus Ferland, Liya hanya terkekeh singkat melihat interaksi keduanya.
Mata Kevin menatap Liya dari atas sampai bawah membuat gadis tersebut merasa risih, Ferland yang paham akan tatapan sang teman, ia merangkul Liya dengan posesif sehingga pandangan Kevin teralihkan.
"Mainan baru lo?" Tanya Kevin, Liya menyengit bingung, apa maksudnya? Mainan baru? Apa dia pikir Liya adalah game yang bisa di mainkan kapan saja?
"Jaga omongan lo anjing, dia cewe gue!" Tegas Ferland, "lo mau apa? Capet ngomong, gue harus nganterin cewe gue ke kelas." Lanjutnya lagi.
Kevin terkekeh kecil, "santai bro. Gue mau ngomong aja sih, lo di panggil pak Santoso buat bahas lomba nanti." Jawabnya kemudian.
"sekarang?"
"Kagak anjing, taun depan! Ya sekarang lah bego. Lagian lo di panggilin dari tadi kaga nyaut nyaut malah sibuk pacaran!" Geram Kevin menatap temannya yang sangat menjengkelkan.
Tatapan Ferland mengarah pada Liya meminta persetujuan, gadis tersebut mengangguk sebagai jawaban. "Kalau ada apa-apa segera kabari aku, ya?" Ucapnya lalu mengusap kepala Liya kemudian pergi bersama Kevin menuju kantor guru.
Setelah Ferland hilang dari pandangan, Liya kembali berjalan menuju kelas, beberapa orang memang memperhatikan nya, tapi ia mengabaikan itu semua karena menurutnya tidak penting.
"Eh si cacat, pagi cacat!" Seseorang merangkul pundak Liya dari samping kiri itu Arin, salah satu teman Vanda, di sebelah kanan Liya ada Maura dengan pakaian feminimnya. Sedangkan Vanda berdiri di hadapan Liya sambil mengunyah permen di mulutnya.Maura memainkan rambut Liya, ia seperti anak kecil yang sedang bermain rambut boneka. Tangannya di tempis oleh Airin membuat gadis tersebut meringis kecil, "apasih Airin! Aku kan cuman mau mainin rambutnya Liya, emang salah ya? Lagian rambut dia cantik banget, lurus hitam gitu." Ucapnya dengan suara di imut-imutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I PROMISE
Fiksi RemajaSELESAI, LENGKAP✅ TERBIT ✅ Selesai : [ 20 Agustus - 6 Desember 2020 ] Revisi : [20 Desember 2022-15 September 2023] ...o0o... Setelah ayahnya berpulang, Liya tinggal bersama mama dan kakaknya, kehidupan kedua saudara tersebut tidak rukun sehingga se...