Chapter 32

2 0 0
                                    

Mata sembab Liya menatap Luna penuh tanya, apa Luna sudah tau asal usul orangtua aslinya? Jika benar, mungkin Liya yang menjadi orang bodoh karena tidak mengerti apapun.
"Gue minta maaf karena lancang buka kotak yang barusan lo pegang, awalnya gue kepo kenapa ada foto mama sama tante Mareta di dalam kotak, tapi setelah gue baca sampai akhir, mereka terjebak di satu kasus yang sama dengan mama sebagai pelaku disini." Terang Luna. Bibirnya kelu untuk sekedar menjelaskan sejauh apa yang ia ketahui, ia benar-benar tidak mengerti bagaimana ini bisa terjadi begitu saja.

"Sejauh mana kaka tau kalau aku bukan anak kandung mama? Apa karena ini kaka minta maaf dan berusaha menebus kesalahan kesalahan mama yang udah lalu?" Tanya Liya bertubi-tubi, gadis tersebut kembali menangis tanpa bisa mencegahnya lagi. Luna menatap Liya dengan iba, ia ikut terisak bersama sang adik lalu memeluknya erat.

"Gue minta maaf, gue bener-bener minta maaf. Lo boleh marahin gue, lo boleh ngecaci maki gue, lo boleh mukul gue, tapi gue mohon Li, jangan sampe kita jadi orang asing lagi. Biarin gue ngeganti peran kakak yang sempet hilang dari lo." Jawab Luna dengan isakan yang tak kunjung berhenti. Rasa bersalahnya semakin besar karena mengetahui soal sang mama yang telah menjadi perusak hubungan orangtua Liya hanya karena iri dengki.

Liya melepaskan pelukan keduanya lalu mengusap air mata sang kakak dengan lembut, "heyy, bukan salah kakak disini, aku gak bakal marah sama kak Luna. Mau bagaimanapun kita saudara kak, aku gak mungkin marah sama kak Lun." Jawab Liya di akhiri senyumnya.

Keduanya saling pandang lalu tersenyum manis, "gue sayang sama lo, Liya. Tolong izinkan gue buat jadi kakak yang berguna buat lo." Ucap Luna terdengar tulus dan di jawab anggukan singkat oleh Liya.

Liya kembali mengambil kotak di samping bantalnya, ia belum selesai membaca ini tetapi kakaknya sudah mengetahui banyak hal soal asal-usul keluarganya. Rasanya jahat jika Liya tidak menyadari betapa menyakitkannya fakta yang ada. Tangan Luna menahan jemari Liya yang hendak membuka buku tersebut, gadis itu menoleh seolah bertanya kenapa.

"Gak papa, gue izin pergi keluar dulu biar lo baca buku ini dengan nyaman." Pamit Luna dan di jawab angggukan oleh Liya. Setelah sang kakak pergi, Liya kembali membuka lembar berikutnya.

20 Februari
Anak-anak ku sudah tumbuh dengan baik, hari ini aku beserta keluarga kecilku pergi piknik untuk menghabiskan waktu berdua setelah sekian lama mas Gavin terlalu sibuk dengan istri keduanya. Anak-anak ku terlihat senang dan bahagia, aku tertawa melihat tingkah mereka yang lucu, mereka terlihat menyayangi satu sama lain dan begitu akrab. Sejak mas Gavin pergi, ia selalu memisahkan Deli Dan Davin, mereka seperti di paksa untuk hidup sendiri-sendiri seperti bukan saudara kandung.

Hari itu, tepatnya beberapa hari yang lalu, aku bertemu dengan Paula yang berjalan bersama seorang lelaki dengan mesra, anak mereka berada di gendongan sang lelaki sambil membawa es krim. Aku bingung, itu bukan mas Gavin, tapi kenapa Paula jalan bersama laki-laki lain? Dengan keberanian yang tinggi aku menghampirinya, dan liat saja? Ekspresinya tak menunjukan panik sedikitpun, ia malah terlihat santai lalu tersenyum seolah tidak memiliki dosa. Ia masih senyum dan hal yang membuat rasa sayangku pada Paula menjadi kecewa ialah fakta kalau ia memanipulasi tes DNA agar bisa menikah dengan mas Gavin dan menghancurkan rumah tangga kami. Aku marah, aku kecewa, dia bilang ia begitu iri melihat kebahagiaanku yang dengan mudah direstui orang tua sedangkan ia beserta pacarnya tidak mendapatkan restu, itulah yang membuatnya semakin dengki denganku.

Setiap orang mempunyai kebahagiaan sendiri-sendiri, tetapi beda dengan Paula, ia mengambil segala bahagiaku termasuk salah satu anak dan suamiku. Ia memanipulasi mas Gavin agar tidak pernah pulang ke rumah sehingga seolah-olah ia menjadikan aku istri keduanya, aku benar-benar kecewa dengan jalan fikirannya. Sebelumnya kita sahabat dekat, lalu kenapa ia begitu jahat hanya karena iri?

I PROMISE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang