Chapter 14

6 2 0
                                    

Nafas Liya memburu saat mengingat mimpi yang baru saja menghantuinya. Jantungnya berdegup kencang, keringat dingin mengucur ke seluruh badannya, pikirannya kalut memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya tersebut. Apa maksud mimpi itu? Kenapa harus Rere? Apa yang terjadi dengannya sekarang?

Tanpa Liya sadari ternyata ia tidur siang terlalu lama, bahkan sekarang menunjukan pukul lima sore, sedangkan ia pulang dari rumah sakit sekitar pukul sepuluh lagi, ia tidak pernah tidur siang selama ini. Tak mau berlarut dalam pikiran buruknya, tangan Liya mengambil ponsel di nakas lalu menghubungi Rere secara berulang kali, ia benar-benar khawatir akan kondisi sahabatnya saat ini.

Berkali-kali panggilan terhubung tak ada satupun panggilan darinya yang terjawab, itu membuat perasaan Liya semakin kalut. Entah mengapa ia tidak bisa berfikir positif sekarang. Ingatannya kembali pada Ferland! Lelaki tersebut pasti mau membantunya sekarang untuk menemui Rere. Ia tidak tau lagi akan meminta tolong pada siapa karena di ingatannya hanya ada Ferland.

Panggilan tersambung, nafas Liya berhembus lega. Seperti ada pertolongan yang akan datang, "halo kak?" Sapanya kemudian. Terdengar suara gaduh dari seberang sana membuat Liya menyengit bingung, apa Ferland sedang sibuk?

"Eh iya, Li? Tumben banget kamu telfon aku. Ada apa?" Tanyanya lembut, Liya mengurungkan niatnya untuk meminta pertolongan Ferland, seperti nya lelaki tersebut masih sangat sibuk. Liya bisa mendengar suara gaduh yang terdengar dari balik telfon membuatnya semakin tidak enak hati.

"Gak papa kak, kak Ferland lagi sibuk ya?" Tanya Liya hati-hati.

"LO BISA DIEM GAK SIH, BANGSAT!!" Bentakan keras membuat Liya terlonjak karena terkejut, sebenarnya apa yang terjadi?

"Kak, everything be fine?" Tanya Liya sekali lagi.

"Eh sorry sorry, Li. Adek aku gaduh banget itu di bawah, mereka berantem terus. Aku jadi gak fokus sekarang, akhirnya kebawa emosi dan ngebentak mereka. Maafin aku ya? Kamu pasti kaget ya tadi?" Liya bernafas lega, ia pikir sesuatu terjadi di seberang sana membuat pikiran nya tidak bisa di ajak kerja sama saat ini.

"Iya dikit."

"Jadi? Kenapa telfon?" Tanyanya lagi, Liya meneguk ludahnya kasar, ah sepertinya tidak untuk saat ini.

"Gak jadi kak. Tadi aku abis mimpi buruk soal Rere, makanya itu aku ngehubungin kak Ferland untuk anterin aku ke rumah Rere sekarang. Aku khawatir banget." Terangnya panjang, ia rasa tidak ada salahnya dengan berbuka sedikit untuk mengatasi cemasnya ini.

"Kamu pasti masih cemas ya sekarang? Maafin aku ya gak bisa sama kamu untuk sekarang. Mama papa aku lagi di luar kota urusan bisnis, mereka ninggalin adik-adik aku di rumah bareng sama aku. Jadi ya gitu deh, aku harus ngurus mereka sekarang." Terangnya, helaan nafas terdengar kecewa dari bibir Liya, tapi gadis tersebut berusaha mengerti dan paham, pati tidak mudah mengurus anak kecil seorang diri.

Liya tampak berfikir sejenak, "rumah kak Ferland dimana? Mau aku bantu ngurus adek gak? Aku mahir loh dalam menjaga anak-anak!"

Kekehan terdengar dari balik telfon, "gak perlu repot-repot, aku bisa kok ngatasin mereka sendiri. Kamu gak perlu khawatir."

Pasrah, Liya hanya mengangguk sebagai jawaban, ia tidak ingin menjadi beban untuk Ferland saat ini, mungkin nanti dirinya akan meminta bantuan lagi saat lelaki tersebut tidak sibuk.

"Ya udah deh! Hati-hati jaga adeknya ya kak. Kalau mereka rewel jangan di marahin, kasian mereka masih kecil." Final Liya kemudian.

"Kamu tenang aja, mereka aman sama aku. Udah dulu ya? Nanti aku telfon lagi, tu anak kayaknya berulah lagi di bawah. Jangan khawatir, Rere pasti baik-baik aja kok di rumah, kamu yang paling ngerti sahabat kamu giman kan? Sudah ya, semua bakal baik-baik aja, percaya deh sama aku." Jawab Ferland membuat Liya merasa lebih baik, entah mengapa lelaki tersebut bisa saja membuat hatinya menghangat hanya dengan sekedar kata-kata semata.

I PROMISE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang