8

680 61 18
                                    

"Dia itu lebih baik dari pada dirimu"

"Seharusnya sejak awal aku tidak menikah denganmu"

"Kapan kamu kasih kita cucu padahal kamu sudah lama menikah tapi kenapa sampai sekarang kamu belum punya anak"

"Kenapa sih bukan ***** saja yang jadi anakku"

"Atok janji ya jangan tinggalin Ufan"

"Lihat ***** baru menikah sudah hamil, tapi kamu sudah lama menikah sampai sekarang belum hamil juga. Jangan-jangan kamu mandul-"

"Hah hah"

Taufan terbangun dari mimpi buruknya, nafasnya terengah-engah dengan keringat membasahi tubuhnya. Dia menyenderkan tubuhnya pada kasur dan menetralkan nafasnya.

"Sial, mimpi buruk lagi"

Dia menatap sekeliling kamarnya yang sudah diterangi cahaya matahari, kemudian melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 07:15 pagi. Sepertinya kedua anaknya tidak masuk sekolah lagi. Taufan bangun dan membuka jendela kamarnya, membiarkan udara segar masuk.

Taufan melihat pemandangan dari kamar lantai 2 nya, tatapannya tidak sengaja melihat pasutri dan anaknya sedang mengunjungi rumah keluarganya. Terlihat seorang wanita dan pria tua yang baru saja keluar rumah terlihat sangat bahagia melihat kedatangan pasutri tersebut. Ah, betapa harmonisnya mereka, Taufan jadi iri. Dia memegang dadanya yang mendadak terasa sesak. Matanya memanas dan bulir cairan bening jatuh dari kelopak matanya.

Kemudian, dia duduk di tepi kasur dan menutup wajah dengan tangan berusaha agar tidak menangis. Namun, dia gagal dan suara isakan lolos begitu saja. Taufan teringat dengan mimpi buruk yang dialaminya. Sebenarnya mimpi yang dialami Taufan ada kaitannya dengan masa lalunya. Masa lalu yang tidak akan pernah dia lupakan dan akan selalu terngiang di kepalanya.

"Semoga dia tidak datang menemuiku"

•••••

Bunyi bel rumah membuyarkan perhatian (Name) yang sedang menonton televisi. Dia bangkit dari duduknya dan mengintip lewat jendela untuk melihat siapa yang datang.

"Uncle Mari!"

(Name) segera membuka pintu dan menyambut kedatangan sahabat ibunya.

"Yey, uncle Mari datang," (Name) memeluk kakinya dengan manja. Jujur saja dia sangat menyukai kadatangan pria ini. Sudah kaya, tampan, tinggi, gentleman, baik, sopan, kurang apa lagi coba.

Maripos tersenyum, kemudian berlutut untuk menyamakan tingginya dengan gadis kecil di depannya. "Apa ibumu ada?" tanyanya ramah.

"Ada, ma ada uncle Mari!"

"Ya!" Tak lama kemudian Taufan datang. Melihat sahabatnya datang Maripos segera menghampirinya.

"Kau darimana saja hah? Tiga hari lebih kau menghilang tanpa kabar. Asal kau tau semua orang di kampus menerorku termasuk muridmu gara-gara dosen kesayangannya hilang tanpa kabar. Mereka mengira kau bersamaku karena kita sangat dekat"

Maripos mengguncang tubuhnya membuat bahu Taufan terasa ngilu. Maripos yang menyadari ekspresi kesakitan sahabatnya langsung melepaskan tangannya.

"E-eh maaf, kau baik-baik saja?" tanyanya panik.

"Iya"

Taufan mendudukkan tubuhnya di kursi. Setelah merasa agak lebih baik, dia menjelaskan alasan mengapa dia menghilang tanpa kabar. Tentu saja Maripos yang mendengarnya sangat terkejut dan marah.

"Apa! Kau ditembak oleh perampok!"

"Iya tapi sekarang aku baik-baik saja kok"

"Hah, seharusnya kau mengajakku jadi kau tidak terluka seperti ini kita kan sudah lama berteman"

He's My MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang