13

580 60 22
                                    

(Name) menatap satu per satu makanan yang tersaji di meja. Tanpa sadar dia menelan ludah. Saat ini (Name) memang sedang lapar karena sejak pulang sekolah dia belum makan.

"Nah, dimakan"

Halilintar meletakkan piring yang berisi nasi hangat dan ayam mentega. Tak lupa ada lemon tea sebagai minumannya. (Name) pun makan dengan lahap begitu juga dengan Gempa. Halilintar menuangkan wadah berisi sup ke dalam mangkuk lalu membawanya ke kamar Taufan.

"Taufan bangun, makan dulu"

Taufan merintih karena tidurnya terganggu. Dia menatap Halilintar yang duduk dengan semangkuk sup di tangannya. Melihat itu membuat Taufan teringat bahwa kedua anaknya belum makan. Dengan susah payah, dia bangun sambil menahan kepalanya yang berdenyut sakit.

"Kau mau kemana?" Halilintar meletakkan sup itu di meja nakas lalu menahan Taufan yang berjalan sempoyongan.

"Menemui anakku, mereka belum makan sejak tadi"

"Aku sudah membelikan mereka makanan jadi kembalilah istirahat"

Taufan menyingkirkan tangan Halilintar. Dia menganggap kebaikan Halilintar hanya sekedar untuk meluluhkan perasaannya.

"Jangan pura-pura baik, aku tau kau sengaja memanfaatkan kondisiku kan?"

Ya memang benar Halilintar memanfaatkan kondisi ini namun itu tak sepenuhnya benar. Di sisi lain Halilintar mempunyai niat baik untuk menolong Taufan.

"Hei jangan berburuk sangka, aku tulus membantumu,"ucapnya tapi Taufan tak percaya.

"Omong kosong"

Taufan melanjutkan langkahnya, sementara Halilintar mengambil sup di meja dan mengikutinya. Di luar, Taufan melihat kedua anaknya baru selesai makan.

"Mama"

(Name) terkejut melihat Taufan sedang bersandar di tembok. Dia lantas menghampiri Taufan dan membantunya duduk di kursi.

"Mama kenapa keluar? Mama kan masih sakit"

"Mama bosan di kamar terus"

Lalu (Name) melihat Halilintar membawa mangkuk yang isinya belum disentuh sedikitpun. Dia meletakkan sup itu tidak jauh dari Taufan.

"Mama belum makan?"

"Mama tidak nafsu"

"Tapi mama harus tetap makan biar cepat sembuh. Uncle tolong bawa sup nya ke sini"

Halilintar memindahkan mangkuk itu di dekat (Name). Gadis itu menyodorkan sendok yang berisi sayur dan potongan daging sambil meminta Taufan untuk membuka mulutnya.

"Mama bisa makan sendiri"

Ketika Taufan hendak mengambil sendok, (Name) segera menahan tangannya.

"Nggak pokoknya (Name) suapin", (Name) menatap galak namun menurut Taufan tidak ada kesan galaknya sama sekali. Karena tidak bisa dibantah Taufan pun menurutinya.

Pemandangan ini entah mengapa membuat Halilintar senang. Dia jadi ingat momen bersama anak dan istri di rumahnya.

"Kalian pulang, ini sudah malam. Aku tidak mau ada gosip buruk dari tetangga," ucap Taufan membuat Halilintar tersadar dari lamunannya. Dia melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul tujuh lewat.

"Ah, kau benar, kalau begitu kami permisi dulu," kata Halilintar juga merasa tidak enak, apalagi nada ucapan Taufan terdengar seperti mengusir.

"Yuk Fang kita pergi"

"Uncle tunggu!"

Halilintar menghentikan langkahnya, dia terkejut ketika (Name) memeluk kakinya. Bahkan Taufan sendiri melotot tak terima.

He's My MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang