Swan menggerutu dalam hati setelah mengenakan gaun yang diberikan oleh Qia. Wrap dress dengan bahan chiffon yang bagian atasnya berbentuk V neck dan double layer berwarna merah terpaksa Swan kenakan ke pesta dansa. Padahal, ia lebih memilih gaun hitam sederhana miliknya. Setidaknya tidak mencolok seperti itu, tetapi sekali lagi, Swan terpaksa melakukannya.
Ia memang mengakui keanggunan yang tercipta pada gaun itu, tetapi bukanlah selera Swan sama sekali. “Sial,” ucapnya yang sebal dengan keadaan. Sudahlah dipaksa untuk datang, dipaksa juga mengenakan gaun merah--sangat menjengkelkan.
Qia yang berjalan beriringan dengan lace dress berwarna biru langit yang ia kenakan hanya bisa terkikik. Sebenarnya, sudah menduga jika Swan akan memberikan respon seperti ini.
“Tetapi kau sangat cocok tahu dengan gaun itu. Kau seperti bunga yang baru mekar,” ucapnya lalu tersenyum lebar. “Aku jadi penasaran, siapa yang akan menjadi pasangan dansamu?”
Alhasil, Swan merotasikan bola matanya dengan malas. “Di dalam mimpimu aku akan berdansa dengan seorang pria. Sudah kukatakan bukan, aku tidak ingin melakukannya?” ucap Swan yang lantas pergi begitu saja. Membiarkan sling back heels berwarna perak menuntunnya meninggalkan Qia yang kini memilih diam seraya bersedekap.
“Oke, kita lihat saja kalau begitu. Aku bertaruh, kau akan berdansa dengan seorang pria malam ini.” Sambil menaikkan sudut bibirnya membentuk senyum. Lalu, kembali melangkah--menyusul Swan yang terlebih dahulu memasuki Gedung Aula Universe. Gedung yang menjadi tempat terjadinya berbagai acara penting dan sakral yang digunakan oleh pemerintah atau masyarakat sekalipun.
Kali ini, gedung itu telah disulap menjadi tempat yang berkelas. Dominasi warna putih dengan hiasan bunga baby breath serta hiasan senada untuk memperindah, membuat orang menebak, seberapa banyak pihak keluarga kerajaan mengeluarkan biaya fantastis dalam hal ini. Terlebih, ini kali pertamanya setelah sekian lama perayaan ulang tahun Putra Mahkota di gelar. Itu bisa menandakan jika ada hal lain yang akan dilakukan.Berita yang beredar, sekaligus pengumuman soal perjodohan Putra Mahkota dengan Putri Mia. Hanya saja, masih terdengar rumor karena pihak keluarga kerajaan belum mengeluarkan pemberitahuan apapun untuk memperjelas.
Selain itu, untuk masuk ke dalam acara, nyatanya tidak semudah yang mungkin orang bayangkan. Bahkan siapapun dirimu, jika tidak membawa kartu undangan berwarna emas, tetap saja tidak beri izin untuk masuk oleh pengawal kerajaan yang berjaga menjalankan tugas.
Swan tidak bisa membohongi diri melihat pesta yang digelar oleh keluarga kerajaan setelah diberi izin untuk masuk. Bagi masyarakat biasa, ini kali pertamanya ia bisa ikut serta--itupun karena campur tangan Qia. Walau sebenarnya, Swan tidak terlalu suka dengan acara seperti ini, lebih baik menyaksikan teater balet saja. Sekalian menambah wawasan. Namun, di sinilah ia sekarang.
“Cepat sekali sih, jalannya,” ucap Qia yang mendumel. Berusaha mengatur napas seraya mengamati telapak tangan yang diberi stempel berwarna perak—berbentuk oval dengan inisial MM yang berarti Martin Marcelar.“Untung saja saat proses verifikasi tidak terlalu lama. Jika lama, kau pasti sudah tidak terlihat di mataku.” Qia menambahi. Swan pun hanya menoleh sekilas, kemudian kembali fokus pada pemandangan yang ada di depan mata.
Berkelas. Satu kesimpulan yang ditangkap benaknya melihat aula lebih dalam lagi. Interior yang dipilih begitu cocok dengan Sang Putra Mahkota, tidak terlalu mencolok. Jika menyadari itu, Swan mengingat satu hal. Di antara para tamu undangan yang datang, gaunnya'lah yang paling mencolok. Merah menyala.
Hembusan napas kasar langsung menyeruak, membuat Qia menoleh ke arah Swan yang memasang wajah dongkol. “Walaupun tidak ada dresscode, bukankah gaun yang kukenakan—“
“Tidak, kau sangat cantik dan memesona. Sudahlah, jangan memasang wajah dongkol seperti itu. Lebih baik kita makan dulu sembari menanti Kakakku tiba dan acaranya dimulai,” ucap Qia yang bergegas menarik pergelangan tangan Swan. Walaupun melangkah pelan, Swan tentu jengkel ditarik serta Qia yang tidak menanti balasan atas ucapannya itu.
“Untung kau temanku.” Bukannya merasa bersalah, Qia malah tersenyum lebar. Suasana hati Swan sungguh dibuat hancur begitu saja.
Mereka memutuskan untuk ke jejeran makanan yang tersedia. Terdapat berbagai jenis makanan yang mulai dari makanan pembuka hingga penutup. Hanya saja, mereka lebih tertarik untuk mencicipi cupcake berwarna-warni dengan bentuk yang sama tetapi isian yang berbeda rasa.
“Ini enak sekali. Kenapa aku malah seperti memakan cupcake buatan Bibi Anye?” gumamnya spontan. Lucunya, Swan juga merasakan hal yang sama. Ia tidak bermaksud apa-apa, tetapi ciri khas kue buatan sang Ibu memang begitu melekat dan terkenal di penjuru Tora.
“Entahlah, Ibu tidak berkata banyak soal ini. Ia pun hanya tersenyum kepadaku kala tahu aku memiliki undangan untuk ke sini,” balasnya. Qia mengangguk sebagai balasan. Keduanya pun asik dengan dunia mereka, belum sepenuhnya memerhatikan sekitar karena bagian pembuka belum tersaji di depan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince and The Swan
RomanceTentang Swan--seorang balerina yang bermimpi untuk memiliki tempat pelatihan balerina sendiri. Swan yang tidak percaya akan pria dan ikatan pernikahan atau cinta sekalipun akibat kejadian di masa lalu, nyatanya harus terlibat masalah dengan seorang...