Ocean memberikan sebuah dokumen penting pada Pak Justin yang harus ditandatangani. Ditatapnya begitu lekat seraya menanti pekerjaan yang akan selanjutnya ia selesaikan. Namun, Pak Justin tidak memberikan dokumen itu. Malahan beberapa dokumen yang harus ia terima terima dengan spontan.
"Bawa ini ke ruangan Sekretaris Perdana Menteri. Ini harus dilegalisasi dan bawa kembali kepadaku," ucap Pak Justin dengan tenang.
Ocean mengangguk. Bergegas melaksanakan sesuai yang diperintahkan. Ruangan yang dimaksud pun cukup jauh, berada di lantai atas. Namun, tidak membuat Ocean mengeluh. Hanya pekerjaan kecil, walau ia harus menaiki anak tangga karena lift yang dalam proses perbaikan.
Ocean mencoba maklum. Bahkan, tidak terasa ruangan dicarinya telah ia temukan. Ia hendak mengetuk, tetapi tidak sengaja melihat ruangan Perdana Menteri yang memang berada di Gedung Parlemen DEPARA. Pertemuan pertama kepada waktu itu, menciptakan beribu pertanyaan dibenak Ocean.
Ia mencoba untuk tenang, seraya mengetuk pintu yang ada di depan mata. Secara bersamaan, suara menginterupsi terdengar. Perlahan, Ocean membuka pintu. Namun, sedikit terkejut melihat eksistensi seorang pria yang baru saja ia pikirkan.
"Selamat siang, Tuan Fillbert. Maaf jika mengganggu, saya ke sini untuk meminta legalisasi atas perintah dari Pak Justin." Ocean seraya memberikan beberapa dokumen yang ditaruh di atas meja.
Kelan yang memang kebetulan berada di sana, mengamati Ocean terlebih dahulu lalu dokumen itu secara bergantian. Ia mengangguk. "Selamat siang. Biar aku saja. Sekretarisku memiliki urusan di tata usaha beberapa saat yang lalu." Diraihnya dokumen itu sembari membuka laci. Ia mengambil stempel--bersiap untuk memberikan cap dan membubuhi tanda tangan.
Ocean menunduk dan diam. Lantas, mengamati begitu lekat. Ia tidak banyak bicara--tidak tahu harus mengatakan apa.
"Bagaimana kesan pertamamu terjun pertama kali di politik, Ocean? Kuharap, kau tidak begitu kesulitan." Kelan spontan berujar kala tengah melakukan aktivitas yang tidak berselang lama akan selesai. Akan tetapi, Kelan juga membaca sekilas dokumen itu.
"Sangat baik. Saya menikmatinya walau sedikit mengalami kesulitan."
Kelan mengangguk. Dokumen itu langsung ia sodorkan pada Ocean. "Kuharap akan seperti itu. Kau hanya harus menebalkan diri. Terkadang, apa yang terlihat seperti musuh bukanlah musuh yang sebenarnya. Sebaliknya, teman dan orang terdekat bisa lebih berbisa dari seekor ular."
"Jangan terpedaya."
Ocean menerima dokumen itu dengan pikiran yang berkecamuk. Pertemuan kedua, membuat Ocean semakin tidak mengerti soal Kelan. Akan tetapi, Ocean mencoba untuk tenang--menunduk sebagai bentuk hormat dan berbalik. Sebelum dirinya benar-benar meninggalkan tempat itu, Ocean melihat Kelan menatapnya begitu lekat. Seolah, ada kisah yang tidak bisa pria itu katakan.
Setiap langkah yang ia ambil menuju ruangan yang ia tempati, perkataan itu terus saja teringan--ia memikirkannya, tidak menyadari ruangannya telah ada di depan mata dengan pintu kali ini sedikit terbuka.
Ocean mengembuskan napas pelan. "Jangan terperdaya dengan dia, Ocean. Mereka adalah ular yang sebenarnya." Kemudian, Ocean mendorong sedikit gagang pintu untuk masuk. Ia ingin mengintip untuk memeriksa. Ternyata, Pak Justin tengah membelakanginya dan tengah menempelkan ponsel di telinga kiri.
"Kita sudah berada sejauh ini. Semua pencapaian itu, atas kerja keras kita selama ini. Kita tidak tahu bukan, takdir mana tahu kala Tuhan ternyata menjemputnya secepatnya itu."
Pak Justin begitu tenang berbincang. Belum menyadari kehadiran Ocean dan ia sendiri mendengar begitu seksama percakapan itu.
"Ayolah, Vector! Masa lalu tetaplah masa lalu. Jangan takut. Lagi pula, kasus itu sudah ditutup dan tidak akan pernah naik lagi. Sudah, aku harus melakukan rapat. Akan kuhubungi lagi nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince and The Swan
Roman d'amourTentang Swan--seorang balerina yang bermimpi untuk memiliki tempat pelatihan balerina sendiri. Swan yang tidak percaya akan pria dan ikatan pernikahan atau cinta sekalipun akibat kejadian di masa lalu, nyatanya harus terlibat masalah dengan seorang...