Ocean masih fokus pada amatan yang ada di depan mata. Keusilan yang dilakukan oleh Martin membuatnya berada dalam masalah. Sepupunya itu, dengan sengaja mendorong Ocean untuk ke area dansa sembari mencari pasangan dansa. Ocean tentu saja menolak dan bersikukuh, tetapi Martin nyatanya tidak mau kalah, sehingga di sinilah Ocean sekarang.
Dengan kedua mata yang mengerjap, mencoba memahami keadaan sekitar sembari menahan pinggang seorang gadis yang hendak jatuh karena bentrokan dari tubuhnya.
“Kau ....” Ucapan gadis tersebut menyadarkan Ocean dari lamunannya. Lantas, mengingatkan Ocean pada suatu hal.
“Kau gadis itu,” ucap Ocean dengan tatapan dingin. Masih dengan posisi yang sama, tidak mereka sadari jika kini menjadi pusat perhatian.
“Hei, apa kalian tidak ingin berdansa? Musiknya dari tadi mengalun.” Seseorang menyahut. Ocean dan gadis tersebut menoleh sekilas, mereka benar-benar tidak sadar akan sekitar. Semua mata memandang.
“Ini semua itu gara-gara kau! Kau yang menabrakku,” ucapnya. Ocean terdiam sesaat sebelum mengubah posisi nyaman untuk dirinya dengan gadis asing yang tidak lain adalah Swan.
Swan tersentak kala kini jemari kekar tersebut tidak lepas dari sisi pinggangnya. Lalu tangan sebelah pria yang tidak dikenalnya--Ocean--meraih jemarinya ke atas. Swan tidak menyadari kala sebelah tangannya kini memilih tumpuan di pundak Ocean.
“Apa yang kau lakukan?”
Ocean hanya terdiam. Berusaha untuk tampil tenang. Apa yang terjadi sebenarnya di luar kendali. Ia pun mengambil gerakan spontan saja, setelah mendapatkan sebuah sahutan.
“Perhatikan sekitarmu. Kita sudah menjadi pusat perhatian sebelumnya. Lakukan saja untuk memperbaiki citra,” ucap Ocean dingin.
Swan tidak terima. “Peduli apa anda dengan citra? Kau yang menabrak juga! Apa itu seperti modus?” tanyanya spontan.
Ocean belum menjawab, sembari melangkah pelan mengikuti irama musik yang mengalun, Ocean melepas genggaman lalu menaikkan sebelah tangan, hingga membuat Swan memutar--membuat gaunnya berkembang layak mawar yang mekar. Lalu kembali menuntun kedua tangan untuk menumpu di kedua pundak Ocean.
“Modus?” Sembari sebelah alis Ocean naik karena tidak mengerti.
Swan rasanya ingin tertawa. Akan tetapi, ia menahan. “Ya, modus. Lalu, seperti inilah hasilnya. Kau bisa berdansa dengan seorang gadis dengan cepat, setelah membawa nama citra. Katakan saja, pasti semua gadis menolak ajakan dansamu sehingga berakhir melakukan hal gila ini, bukan? Pemaksa, huh!”
Perkataan sarkatis itu, membuat aura dingin kembali melingkupi Ocean. Swan bisa merasakan kala melihat wajah tampan itu, hingga membuat tubuh Swan seketika menegang. Akan tetapi, Swan merasa tidak salah dalam berucap--itu sudah benar.
“Lalu, bagaimana dengan dirimu? Ditinggal oleh teman dansa? Kau kembali tanpa pasanganmu.” Ocean hanya menebak kala Swan hanya seorang diri. Namun, hal itu membuat pupil mata Swan membesar.
“Sok tahu sekali! Kau jangan mengarang cerita yang tidak-tidak ya, karena—“
“Bercermin kalau begitu, kau tidak tahu apa-apa,” ucap Ocean sembari kembali melepaskan diri, lalu mereka memutar dan kembali menautkan tangan. Tarian dansa ini sudah dihapalnya sewaktu berada di Semenat, walau ia tidak suka berdansa. Mereka memiliki kelas dansa.Sementara Swan, ini sudah di luar kepala. Hanya saja, ia tidak mengerti dengan dirinya kala merespon lagu begitu tenang bersama dengan pria asing.
“Kau menjengkelkan!” ucap Swan sebal. Kini, memalingkan wajah.
Melihat itu, Ocean dengan tatapan dingin memilih merotasikan bola mata dengan malas. “Tidak tahu diri.” Kemudian iringan lagu berhenti mengalun, digantikan dengan lagu yang lainnya.
Mereka dapat melihat kehadiran Putra Mahkota dengan Putri Mia yang kini menjadi pusat perhatian setelah Swan dan Ocean mendominasi di area dansa. Keduanya tidak ingin melanjutkan dan walau Ocean tidak suka dengan kepribadian gadis yang masih tidak ia ketahui asal-usulnya, Ocean masih memiliki sedikit etika untuk menundukkan tubuh--secara bersamaan mereka lakukan, lalu Ocean menuntun melalui jemarinya untuk membawa Swan ke pinggir area--tanpa mengamati wajah Swan, lalu pergi begitu saja. Setidaknya, masih memiliki etika walau itu sedikit saja.
Swan sebal, kepalanya serasa ingin pecah bertemu dengan pria yang tidak dikenalnya. “Tidak bisakah ini terakhir kalinya aku bertemu dengan pria menyebalkan seperti dia?” ucapnya seraya meraih gelas berisi minuman soda. Tepat diwaktu bersamaan, Qia kini berada di hadapan Swan dengan raut yang tidak bisa Swan tebak.
Lantas, Swan menaikkan sebelah alis. “Qia, kau--“
“Sejak kapan kau mengenal Pangeran Ocean, maksudku Kak Ocean? Kau tidak pernah cerita soal ini,” ucapnya langsung. Bahkan, memangkas perkataan Swan, sehingga membuat Swan semakin bingung. Soalnya, nama yang Qia sebut begitu asing.
“Aku tidak mengerti maksudmu, coba jelaskan!”
Terlihat, Qia yang berusaha meredam sesuatu yang ingin meledak dalam dirinya. Diambilnya begitu banyak oksigen, lalu menghembuskannya dengan pelan. “Itu, teman dansamu! Dia adalah Ocean Livingston. Ya, salah satu keluarga kerajaan juga, tetapi dia enggan menggunakan gelarnya. Kemudian, aku bertanya, sejak kapan kalian saling mengenal? Saat kalian berdansa, kalian terlihat begitu akrab.”
Mendengar penjelasan Qia membuat otak Swan sejenak berputar--memikirkan maksud dari Qia, hingga ia langsung membesarkan pupil mata. “Akrab dari mana? Dia itu sangat menjengkelkan, tahu! Tadi itu kami berdebat, tidak sengaja berada dalam kondisi yang membuat kami terpaksa berdansa. Aku juga baru tahu kalau dia yang namanya Ocean,” ucap Swan jujur.
Jelas, Swan tahu siapa itu Ocean Livingston. Pria yang sering diagungkan banyak orang dan bahkan mendapatkan tiket magang di Pemerintahan. Belum lagi, dia yang merupakan salah satu keluarga kerajaan yang cukup dekat dengan keluarga kerajaan inti.
Dengan spontan, Swan menepuk kepala. “Pantas saja dia berdebat terus denganku dan tidak mau kalah, ternyata dia Ocean yang memang jago berdebat,” ucapnya lagi menambahi.
Qia masih mencoba memahami setiap perkataan Swan yang membuat suasana hatinya memburuk. Tatapan lekat yang ia berikan, malahan menarik kecurigaan dalam benak Swan.
“Kau serius tidak memiliki hubungan lebih dengan Ocean?” tanya Qia memastikan sekali lagi.
Pertanyaan itupun membuat Swan menghela napas. “Kau seperti tidak mengenalku. Aku tidak tertarik untuk membuat hubungan dengan lawan jenis atau jika kau menganggapku menyimpang, itu juga tidak benar. Aku hanya ingin sendiri saja dan lagi, kenapa tiba-tiba seperti ini? Apa jangan-jangan kaulah yang menyukainya?” ucap Swan yang sebenarnya tidak salah. Itu cukup benar setelah melihat respon Qia hingga seperti ini. Padahal, ia sudah menjelaskan semuanya.
Lihat saja, Qia langsung salah tingkah. Secepat kilat, mengusa lehernya yang sebagai pelampiasan lalu menggeleng. “Tidak, itu tidak benar!” ucap Qia.
Swan menyipitkan mata, mencoba mencari kebenaran, tetapi entahlah. Ia juga tidak ingin mengambil pusing soal kisah percintaan dari Qia. “Ya sudah kalau begitu.” Qia pun hanya mengerucutkan bibir karena mendengar perkataan Swan yang seperti tidak peduli.***
Ocean meregangkan tubuh sebelum membuka pintu rumah. Masih dengan tuxedo lengkap yang ia kenakan dari pesta dansa, kini melangkah pelan dan spontan berhenti karena kehadiran salah seorang pelayan di kediaman yang ia tinggali.
“Selamat malam, Tuan Muda. Apakah Tuan Muda memerlukan sesuatu?” tanya wanita paruh baya dengan pakaian lengkap ala pelayan.
Ocean menggelengkan kepala. “Di mana Nenek?”
Pelayan itu langsung memberikan arahan melalui tangannya. “Beliau ada di ruang perpustakaan. Beliau juga sempat menitipkan pesan, menyuruh anda untuk menemuinya,” ucap pelayan tersebut, bergegas Ocean ke sana tanpa basa-basi. Menelusuri lorong yang ada setelah menaiki tangga sebab ruang perpustakaan itu ada di lantai atas.
Alhasil, setibanya di depan pintu, Ocean mengetuk terlebih dahulu. Hanya saja, tidak ada yang bersuara. Sedikit membuat Ocean panik, hingga lekas membuka. “Nenek?” Ocean memanggil kala masuk di ruangan perpustakaan yang agak gelap, karena sensor lampu yang menyesuaikan mode mata dalam membaca.
“Ocean, kau sudah kembali.” Suara itu lekas membuat Ocean bernapas dengan lega. Dengan pelan menarik langkah untuk mendekat ke sebuah sofa yang membelakanginya. Terdapat sang nenek yang sudah berusia lanjut--rambut yang dulunya hitam panjang kini berubah warna menjadi putih. Tidak lupa, Nenek mengenakan kacamata untuk membuatnya tetap bisa mengenali sesuatu dengan baik.
“Baru saja. Pelayan tadi menyampaikan pesan,” ucapnya. Kini berhadapan dengan nenek yang tengah duduk di sofa.
Eleanor Marcelar, Putri bungsu Raja Baldwin Marcelar (Raja XIII) kini menatap sang cucu semata wayang--keturunan satu-satunya dengan lekat seraya bangkit dari duduk.
“Eh, nenek duduk saja—“
“Dasar anak nakal! Kenapa tidak bilang kalau kau ternyata memiliki hubungan dengan putri Anyelir?” Eleanor memangkas perkataan Ocean sembari memberikan pukulan. Sontak saja, Ocean dibuat tersentak juga tidak mengerti.
“Apa maksud Nenek? Siapa Putri Anyelir?” tanyanya, berusaha menghindari pukulan dari Neneknya.
Alhasil, membuat Eleanor berkacak pinggang. “Lihat anak nakal ini! Kau bahkan tidak mengenali Ibu dari kekasihmu? Entah bagaimana bisa gadis itu mau dengan pria tidak romantis sepertimu, hm? Sudahlah tidak mengatakan jika ternyata sudah memiliki seorang kekasih? Kenapa seperti itu?”
Omelan dari sang Nrnek, membuat Ocean frustrasi. Ia juga tidak mengerti maksud dari neneknya. “Apanya yang seperti apa? Dari mana Nenek tahu berita tidak jelas seperti itu? Siapa yang meracuni otak Nenek?”
Tanpa ingin menjelaskan lebih lanjut, Eleanor dengan tubuh yang mulai renta memberikan ponselnya. Ocean meraihnya. Ia mengecek dan melihat pesan dari Martin.
[Putra Mahkota Martin] : Nenek, selamat malam. Aku hanya ingin mengirimkan gambar Ocean yang berdansa dengan pujaan hati.[Putra Mahkota Martin]: sent a picture.
Detik itu juga, Ocean serasa ingin menghempaskan kekesalannya pada Martin. Tidak peduli jika sepupunya itu adalah sosok yang diagungkan oleh Tora.
Halo guys! Aku update~~
Tetap stay ya sama kisah mereka.
See you🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince and The Swan
RomanceTentang Swan--seorang balerina yang bermimpi untuk memiliki tempat pelatihan balerina sendiri. Swan yang tidak percaya akan pria dan ikatan pernikahan atau cinta sekalipun akibat kejadian di masa lalu, nyatanya harus terlibat masalah dengan seorang...