XXII : Congratulation, Mr. Livingston

53 12 1
                                    

Negara Tora mulai membaik setelah banyak kejadian buruk yang menimpa dari pilar pemerintahan. Satu persatu sudah berjalan dengan semestinya. Setelah keadilan ditegakkan, kabar mencanangkan kembali hadir kala Perdana Menteri Kelan mengundurkan diri dari posisi Ketua dari Partai XINK dan sisa melanjutkan posisinya sebagai Perdana Menteri walau penuh akan kontroversial. Pemilihan Umum pun tetap akan berlanjut sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan--setiap masyarakat Negara Tora akan diberikan kesempatan untuk menggunakan suara mereka untuk masa depan Tora pekan depan nanti.

Dalam hal tersebut, tidak mengganggu Ocean yang ternyata pada hari ini harus melaksanakan wisuda setelah jadwal yang keluar tiba-tiba. Bahkan, ia pun telah bergelar dengan nilai IPK teratas--summa cumlaude dan mendapatkan penghargaan khusus dari Perigi National Tora sebagai Mahasiswa Terbaik dan Berprestasi.

Suatu kebanggaan bagi Ocean sendiri kala ia mendapatkan hasil dari kerja kerasnya sendiri. Terlebih kala ia mendapat kesempatan untuk menyampaikan sepatah kata di atas podium.

Ocean tersenyum tipis seraya mengamati sekitar. “Sebelumnya, selamat untuk kita semua yang telah berada dititik saat ini. Bukan perkara mudah untuk menyelesaikan banyak hal dan menyandang gelar yang diinginkan. Saya pun bisa berada di podium untuk mengatakan beberapa hal juga bukan semata-mata karena hasil usaha saya seorang diri. Ini juga berkat dukungan keluarga saya, Ibu dan Nenek yang membuat semangat saya terus bergelora. Jadi, apa yang saya dapat saya ini dengan tangan terbuka kuberikan kepada mereka.”

Perkataan Ocean langsung mendapatkan suara tepukan tangan yang begitu gemuruh yang membuatnya lantas menundukkan kepala. “Terima kasih. Saya hanya berharap untuk kalian semua yang tengah mengejar mimpi, teruslah membakar semangat yang ada dalam diri kalian. Capai tujuan itu, walau mungkin terasa mustahil, tetapi semua memiliki cerita dengan porsi yang berbeda. Jangan membuat semangat yang membara, padam begitu saja. Karena, hidup pada dasarnya mengajarkan kita untuk terus berusaha dan tahan banting akan setiap cerita yang akan kita lewati.”

Kemudian, pidato itu menjadi penutup Ocean. Ia meninggalkan podium setelah mengatakan beberapa kalimat dan acara wisuda berlanjut hingga selesai.

Di sisi lain, Swan tampak anggun dengan gaun berwarna lilac seraya memegangi buket bunga mawar. Kali ini, Swan tidak seorang diri. Qia juga ikut bersama dirinya setelah memaksa untuk melakukannya. Swan sebenarnya heran sendiri. Jika sebelumnya Qia seperti kesal jika ia dekat dengan Ocean, tetapi kini berbeda seratus delapan puluh derajat.

“Tidakkah ini aneh?”

Qia mengangguk. “Kau harus mendekati Ocean. Jangan menutup celah. Jangan biarkan gadis lain mendekati Pangeranmu.”

Alhasil, Swan menaikkan sebelah alis. “Ada apa dengan dirimu sebenarnya? Tiba-tiba bertingkah seperti ini!” Swan jelas tidak bisa menutupi rasa penasarannya.

Lihat saja! Qia malah tertawa seraya merangkul pundak Swan. “Swan, dengarkan aku, Ocean seperti memiliki rasa dengan dirimu dan aku memerhatikan interaksi kalian dari kejauhan. Apalagi saat di pemakaman. Kau membutuhkan Ocean, begitu pun sebaliknya.”

Namun, Swan diam. Ia mendengar sangat jelas. Hanya saja, kali ini nalurinya serasa tidak ingin menolak seperti biasanya. Sangat aneh dan Swan menyadarinya.

“Tidak bisa, itu hanya bantuan kecil saja. Aku tidak bisa membuat sebuah hubungan. Aku takut hal itu terjadi padaku.”

Bayangan masa lalu tidak bisa terlepas dan menjadi ketakutan Swan untuk membuka lembaran bersama lawan jenis sejak dulu. Qia tersenyum tipis lalu membuat Swan berhadapan dengan dirinya seraya ditepuknya.

Qia kembali mengangguk. “Swan kau harus memahami satu hal, kau tidak akan menemukan sosok pria seperti Ocean lagi ke depannya. Bukankah dia tahu soal kasus Ayahmu?” Dengan spontan, Swan mengangguk.

“Nah, itu dia! Ocean bahkan masih bersamamu dan tidak menyangkutpautkan dirimu dengan Ayahmu itu. Dia menerima semua masa lalu kelamnya dan berusaha untuk mendekatimu. Aku melihat itu, sehingga aku mendukungmu. Cobalah beri Ocean kesempatan.” Qia kembali berujar yang sekarang menghipnotis Swan.

Kedua matanya mengerjap--sedikit sulit menerima semua hal yang Qia katakan begitu tiba-tiba dan menyuruhnya untuk memberikan Ocean kesempatan. “Tetapi, aku ragu—“

“Jangan ragu! Seandainya bisa, aku ingin berada di posisimu. Awalnya seperti itu, tetapi aku mengamati dari kejauhan dan aku tidak bisa egois jika berkaitan dengan dirimu. Jadi, cobalah memahami hal ini dan lihat! Ocean berjalan ke sini!” Sambil menunjuk seorang pria dengan pakaian wisudanya--begitu gagah dan semakin tampan yang berjalan mendekat.

Swan langsung saja berbalik. Benar saja, itu adalah Ocean dan semakin mendekat ke arahnya. Swan memejamkan mata dengan cepat--debaran jantungnya sungguh berdetak tidak karuan.

“Hai, sungguh, kukira kalian tidak akan datang,” ucap Ocean dengan senyum lebar--memperlihatkan deretan giginya yang rapi dan putih.

Qia pun tersenyum tipis dengan menunduk kepala. “Kami ingin melihat Kak Ocean! Benarkan Swan?!” Seraya menyenggol Swan yang sontak saja mengangguk. Ia jadi salah tingkah. Buru-buru, memberikan buket bunga tersebut.

“Selamat atas gelar barunya.” Swan melakukannya dengan tangan gemetar dan senyum canggung.

Ocean pun lantas meraih buket bunga dari tangan Swan dan tersenyum. “Terima kasih.”

Swan dan Qia mengangguk. Terlihat Qia yang melirik ke arah Ocean yang menatap Swan begitu lekat, tetapi Swan memilih menundukkan kepala membuat Swan terheran-heran. Kenapa Swan seketika menjadi pribadi seperti itu?

Qia menepuk dahinya “Tidak ada perjuangan sama sekali. Ocean dan Swan memang membuatku pusing saja!” Alhasil, Qia merogoh ponsel dari dalam saku dan tersenyum lebar.

“Ayo berfoto!” ucap Qia yang mengalihkan amatan Ocean yang langsung saja mengangguk, lantas mengambil posisi untuk berfoto kala Qia ingin melakukan selfie. Swan bingung, tetapi Qia langsung menarik pergelangan tangan Swan untuk berada di tengah--tepat di samping Ocean yang terkejut kala Swan terhempas ke dirinya.

“Aku minta maaf, Swan. Kau di sana, ya! Kita akan mulai berfoto!” Qia terkekeh.

Sementara Swan mendengus sebal. “Kau memang sengaja, Qia! Bisa-bisanya kau membuatku berada di posisi seperti ini!” ucap Swan dalam hati.

Namun, Swan tidak bisa melakukan apapun selain pasrah. Ia mencoba untuk tersenyum kala Qia mulai mengarahkan kamera ponselnya. Begitu pun dengan Ocean, sehingga foto-foto mulai tercipta dengan banyak gaya dan juga ekspresi.

“Wah, keren sekali!” Sembari Qia mengamati foto-foto tersebut di ponsel miliknya. Swan hendak melihat foto itu, tetapi tidak sengaja kakinya tersandung oleh sepatu hak tinggi yang ia kenakan. Beruntung, Ocean dengan cekatan menahan tangan Swan yang hendak jatuh. Swan dengan ringisan menoleh ke arah Ocean yang begitu khawatir dengan dirinya.

“Kau baik-baik saja?” Pertanyaan yang membuat seluruh kerja otak Swan sontak saja berhenti. Ia mendengar dengan jelas, tetapi Swan memilih untuk diam dengan pikiran berkelana dan mengamati Ocean begitu lekat.

Swan beradu argumen dengan  hati dan pikirannya. Namun, satu hal yang jelas ditangkap oleh kedua matanya. Betapa khawatirnya Ocean pada dirinya. Ia bisa melihat pacaran dari mata Ocean dan entah kenapa terlihat begitu teduh--membuat Swan menemukan sesuatu yang tidak didapat dari pria lain.

"Haruskah aku menerima saran Qia untuk membuka lembaran baru dan satu kesempatan untuk hidupku?”

"Haruskah aku menerima saran Qia untuk membuka lembaran baru dan satu kesempatan untuk hidupku?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hola! Hari ini double update, hehe.

See u pokoknya di bab selanjutnya ya🦋

The Prince and The SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang