ALTHAREZA || SEBELAS

36 30 12
                                    

HARGAI PENULIS DENGAN MEMBACA CERITANYA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HARGAI PENULIS DENGAN MEMBACA CERITANYA.
TINGGALKAN JEJAK SEBAGAI BENTUK APRESIASI ANDA!!!
••••••••

Ela berjalan dengan menenteng tasnya. Bel sekolah telah berbunyi sekitar lima belas menit yang lalu dan sekarang ia sudah bersama Rara diparkiran. Rara memperhatikan Ela yang tampak lesu.

"lo sakit El, atau lo kepikiran omongan anak-anak soal lo ama Rafa tadi pagi?" ujar Rara

"enggak. Cuma lemes doang gue, capek"

"yakin?" ujar Rara memastikan lagi yang hanya dibalas anggukan oleh sang empu.

"mau bareng gue aja gak atau...."

Tin tin!

Suara klakson dari motor seseorang mengalihkan atensi keduanya. Rara menyenggol lengan Ela pelan mengenali seseorang yang tengah memberhentikan motornya.

"balik bareng gue" ujar Rafa tanpa menoleh

"g, gue.."

"gada penolakan. Naik sekarang." Titahnya enggan dibantah

"oke"

Rara memperhatikan keduanya dalam diam. Melihat raut wajah Rafa yang datar membuatnya sukar mengeluarkan suara. Rara mengkode Ela saat sudah naik sempurna diatas motor Rafa. Ela mengangguk mengiyakan.

Selama diperjalanan tidak ada yang membuka suara. Rafa focus mengendarai motornya dan Ela sibuk dengan pikirannya sampai ia tidak sadar bahwa motor Rafa sudah berhenti tepat di depan rumahnya.

"mau sampai kapan lo duduk di motor gue" ujar Rafa menyadarkan Ela.

"eh, maaf"

Ela segera menuruni motor Rafa. Karena terbilang tinggi ia sedikit kesusahan dan kesialan menimpanya. Ia tersungkur. Ditambah lagi badannya yang terasa lemas sekarang.

"awshh" Ringisan keluar dari mulutnya. Dan apakah Rafa perduli? Oh tentu tidak!

"dasar payah!" ujar Rafa kembali menyalakan mesin motornya dan berlalu menuju arah rumahnya sendiri.




•~~•~~•



berbeda jauh dari sebuah ruangan kecil. Seseorang Wanita paruh bayah sedang memberikan arahan terhadap yang lain. Dirasa cukup ia menyuruh semuanya keluar dan kemabli duduk di kursi kebesarannya. Bukan hanya dia sendiri namun bersama seseorang yang merupakan tangan kanannya. Di sisi lain seorang dengan jaget hitam dan topi hitam tersenyum miring kala namanya dipanggil dan dipersilahkan masuk.

"kamu pasti akan sangat senang jika ada kawan yang siap membantu kapan saja bukan?" ujarnya

Seorang lelaki dengan seragam putih abu yang masih setia melekat ditubuhnya dibuat bingung dengan seseorang di depannya.

ALTHAREZA (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang