ALTHAREZA || LIMA BELAS

26 18 3
                                    

INGAT!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

INGAT!

TANDAI TYPO

AYOK ABSEN PAKE EMOT 👊🏻

~•••~~•••~•••~•••~

"Bukan lagi tentang kita. Tapi tentang semesta yang menginginkan kesukaran untuk kita bersama"

~~££££~~






Karicuhan kembali terdengar didalam sebuah apartement. Siapa lagi kalau bukan ulah lima sekawan yang tak lain Rafa dan kawan-kawan. Terlihat ricuhnya Vero dan Mahen tengah asik bermain kartu uno. Keduanya tampak ricuh padahal hanya bermain berdua saja. Gavin yang tengah asik memakan kacang sembari memperhatikan keributan dua manusia didepannya dan Arpan yang masih memegang buku biologi dengan hapalan mengenai alat reproduksi.
Jangan tanyakan kemana Rafa. Ia baru saja menyelesaikan ritual mandinya. Ia berjalan mendekat dan duduk di samping Gavin.

“lo kalah bwahaha. Kelazzz” tawa Mahen menggelegar. Ia menertawakan Vero yang begitu bodoh bermain kartu uno. Vero terus saja mengumpat menyumpah serapahi Mahen yang begitu songong menurutnya. Vero menggerutu, mulutnya  ia biarkan manyun – manyun.

“gak usah sok imut lo. Jijik gue” celetuk Gavin melempar kulit kacang mengenai wajah Vero.

“gue emang  imut woi!”

“dih”

Gavin beralih menatap Rafa di sampingnya yang tengah asik mengotak atik benda pipih ditangannya.

“Ela kemana. Kok belum datang, padahal gue dah kirim alamatnya” ujar Gavin mengecek kembali pesan yang ia kirimkan ke Ela. Rafa hanya mengedikkan bahu.

Ting tong!

Suara bel berbunyi. Gavin segera beranjak. Gavin mengetahui itu Ela karena gadis itu mengatakan sudah berada di depan pintu melalui chat. Gavin mempersilahkan Ela masuk. Sejauh ini Ela baru mengetahui tentang keberadaan apartement ini. Jika dipikir banyak yang berubah. Vero dan Mahen melambaikan tangan ke arah Ela.

“hai El” sapa Vero

“hai” sahut Ela mendekati keberadaan Vero dan Mahen.

Atensi mereka beralih ke  arah Arpan yang tengah memakai jaketnya.

“bro. gue balik” ujar Arpan meraih kunci motor di meja.

“lah tumben cepet” heran Mahen
Arpan hanya diam. Ia menampilkan layar ponselnya yang tengah tersambung panggilan telepon dari Sindy.

ALTHAREZA (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang