Aku yang menentukan nasibku sendiri. Kehendak. Kendali. Aku menentukan kemana jalan hidupku. Aku memutuskan kegagalan dan kesuksesanku. Persetan dengan nasib. Takdir bisa enyah selamanya.
Jika aku sangat menginginkan sesuatu, aku bisa mendapatkannya. Jika aku fokus, berkorban, tidak ada yang tidak bisa kulakukan. Kalau kalian tanya, apa maksud dari sikapku? Kenapa aku terdengar seperti pembicara utama pada konvensi swadaya?Sebenarnya apa yang coba kukatakan?
Singkatnya: aku mengendalikan kejantananku. Kejantananku tidak dapat mengendalikanku. Itulah yang telah kukatakan pada diri sendiri selama satu setengah jam terakhir.
Lihat aku di sana, di mejaku. Bergumam tak jelas seperti penderita skizofrenia kehabisan obat? Aku sedang mengingatkan diri sendiri pada prinsip hidupku, keyakinan suci yang membuat aku bisa sampai sejauh ini dalam hidup.
Prinsip yang telah membuatku sukses tak terbantahkan di ranjang dan di kantor. Prinsip yang tidak pernah mengecewakanku sebelumnya. Prinsip yang setengah mati ingin kubuang ke keluar jendela. Semua karena wanita yang berkantor diseberang lorong.
Huang Renjun. Bicara tentang masalah terkutuk ini. Caraku melihatnya, aku masih bisa meraih yang lebih tinggi. Secara teknis pertemuan pertamaku dengan Renjun bukan di tempat kerja; aku bertemu dengannya di sebuah bar, itu berarti dia bisa terlepas dari label 'rekan kerja' dan mempertahankan status 'kencan yang tak terduga' seperti yang awalnya kutunjukkan padanya.
Apa? Aku seorang pengusaha; sudah tugasku untuk menemukan celah. Jadi, dalam teori setidaknya, aku bisa bercinta dengannya dan tidak merusak prinsip hidupku sendiri. Masalah dengan teori itu? Tentu saja adalah apa yang terjadi sesudahnya. Seperti lirikan kerinduan, mata penuh harapan, upaya yang menyedihkan untuk membuatku cemburu.
Pertemuan secara 'kebetulan' di lorong, pertanyaan tentang rencanaku, terlihat santai berjalan melewati pintu kantorku. Yang semuanya pasti akan meningkat menjadi perilaku semi-penguntit yang meresahkan. Beberapa wanita dapat mengatasi kencan satu malam. Yang lain tidak bisa. Dan aku pasti berada di ujung yang salah dari orang-orang yang tidak bisa.
Ini tidak menyenangkan. Jadi, kalian paham, tidak peduli betapa parahnya aku menginginkannya, tidak peduli betapa keras nafsu mencoba menguasaiku. Semua itu bukan sesuatu yang akan kubawa ke tempat bisnis. Tempat suciku-rumah keduaku. Itu tidak akan terjadi. Titik. Itu saja. Diskusi selesai. Kasus ditutup.
Huang Renjun secara resmi dicoret dari daftar potensialku. Dia terlarang. Tak tersentuh. Sama sekali takkan pernah. Tepat disebelah daftar mantan pacar teman-temanku, putri bos, dan sahabat baik kakakku.
Well, kategori terakhir sedikit masuk wilayah abu-abu. Ketika aku berumur delapan belas tahun, sahabat Doyoung, Kim Sejeong, menghabiskan musim panas di rumah kami. Tuhan memberkatinya—gadis itu memiliki mulut seperti alat penghisap debu. Untungnya bagiku. Si Menyebalkan tidak pernah tahu bahwa sahabatnya datang ke kamarku pada jam dua malam. Kalau sampai dia tahu, akan ada konsekuensi yang mengerikan—aku sedang membicarakan tentang siksa neraka—jika dia punya.
Omong-omong, sampai di mana aku? Oh benar. Aku menjelaskan bahwa aku telah mengambil keputusan yang tegas bahwa Huang Renjun adalah gadis yang, sayangnya tidak akan pernah aku tiduri. Dan aku baik-baik saja dengan itu. Sungguh.
Dan aku hampir saja percaya pada diriku sendiri. Sampai dia muncul di pintuku.
Ya Tuhan. Renjun memakai kacamata. Dengan jenis bingkai yang gelap. Versi perempuan dari Superman. Kacamata itu akan terlihat culun dan tidak menarik untuk kebanyakan wanita. Tapi tidak untuk Renjun. Pada batang hidung bangirnya, ditambah bulu mata yang indah, dengan rambut yang di sanggul sedikit longgar, secara keseluruhan sangatlah seksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
messy [noren]
Fanfiction[Remake story] Original story Tangled by Emma Chase Sinopsis; Lee Jeno adalah bankir investasi jagoan. Pria tampan dan angkuh yang menjadi anak emas di perusahaan ayahnya dan juga salah satu playboy paling terkenal di kota Seoul. Ia punya teman seti...