10

259 27 1
                                    

"Pertama kali kau mabuk?"

"Umur tiga belas. Tepat sebelum pesta dansa sekolah. Orangtuaku berada di luar kota, dan kencanku, Jang Yeeun, berpikir akan terlihat dewasa untuk meminum vodka dan jus jeruk. Tapi yang bisa dapatkan adalah rum. Jadi kami minum rum dan jus jeruk. Kami akhirnya muntah-muntah di belakang gym. Sampai hari ini, aku tidak tahan mencium aroma rum tanpa merasa ingin muntah. Ciuman pertama?"

"Hwang Hyunjin. Kelas enam, di bioskop. Dia memelukku dan menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku. Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Renjun dan aku sedang bermain First and Ten. Bagi kalian yang asing dengan game minuman ini, akan kujelaskan. Satu orang menanyakan tentang segala hal yang pertama kepada lawannya—kapan pertama kali kalian ke Disneyland, pertama kali kalian bercinta, tak ada bedanya. Dan orang lain harus memberikan jawabannya terlebih dulu. Jika mereka belum melakukan itu untuk pertama kalinya—atau tidak mau menjawab—mereka harus menenggak minumannya. Kemudian mereka harus memberitahu kalian sesuatu yang telah mereka lakukan setidaknya sebanyak sepuluh kali.

Siapa salah satu dari kami yang menyarankan permainan ini? Aku sudah melewatkan lima pertanyaan tentang pengalaman pertamaku. Aku tak tahu.

"Pertama kali kau jatuh cinta?"

Hitung jadi enam. Aku mengambil vodka-ku dan menenggaknya.

Kami berada di sudut gelap dari sebuah bar lokal kecil bernama Howie. Ini adalah tempat yang tidak banyak menarik perhatian, mirip seperti Cheers. Para pengunjungnya santai, gampang bergaul. Bukan orang yang mengenakan setelan licin karya perancang terkenal seperti dengan siapa aku biasanya menghabiskan malam akhir pekanku. Tapi aku suka di sini. Kecuali untuk karaokenya. Siapapun yang sedang memainkan karaoke itu pasti orang jahat. Mereka harus ditembak di antara matanya dengan peluru tumpul.

Renjun memiringkan kepalanya ke samping, menilaiku. "Kau belum pernah jatuh cinta?"

Aku menggeleng. "Cinta hanya untuk orang yang lemah, sweetheart."

Dia tersenyum. "Lumayan sinis, ya? Jadi kau tak percaya cinta itu nyata?"

"Aku tidak bilang begitu. Orangtuaku telah menikah selama tiga puluh enam tahun. Kakak perempuanku mencintai suaminya, dan suaminya memujanya."

"Tapi kau belum pernah jatuh cinta?"

Aku mengangkat bahu, "Aku hanya tidak melihat apa gunanya. Ini adalah usaha yang sangat besar dan tidak banyak hasilnya. Peluangmu untuk berhasil melewati beberapa tahun pertama paling tinggi hanyalah setengah-setengah. Terlalu rumit untuk seleraku."

Aku lebih suka yang sederhana dan gampang. Aku bekerja, aku bercinta, aku makan, aku tidur, pada hari Minggu aku harus makan menjelang siang dengan ibuku dan bermain basket dengan teman- temanku. Mudah. Gampang.

Renjun duduk tegak di kursinya. "Ibuku sering berkata, 'Jika itu tidak sulit, itu tidak berharga.' Disamping itu, apa kau tidak merasa...kesepian?"

Seperti sudah direncanakan saja, gadis pengantar minuman berpayudara besar datang ke meja kami dan membungkuk dengan tangan di bahuku dan belahan dadanya di depan wajahku. "Kau perlu apa lagi, manis?"

Itu sudah cukup menjawab pertanyaan Renjun, bukan?

"Tentu, sayang. Bisakah kau membawakan kami minuman lagi?"

Ketika pelayan bergerak menjauh, mata Renjun bertemu dengan mataku sebelum berputar ke langit-langit. "Pokoknya beritahu padaku sepuluh pengalamanmu."

"Aku sudah pernah berhubungan seks dengan lebih dari sepuluh wanita dalam satu minggu."

messy [noren]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang