Apa aku pernah bilang bahwa Renjun punya tato? Oh ya. Sebuah label wanita gampangan. Stempel pelacur. Sebut saja apa pun yang kalian suka. Tatonya di gambar tepat di atas tonjolan pantatnya, di punggung bagian bawah. Berbentuk kupu-kupu kecil berwarna hijau dan hitam.Rasanya lezat. Sekarang aku sedang menelusurinya dengan lidahku.
"Oh Tuhan, Jeno..."
Setelah penghinaan pada game Guitar Hero, Renjun memutuskan dia ingin mandi. Dan mengatakan begini—dia bertanya apakah aku ingin mandi duluan.
Gadis bodoh. Mandi sendirian tidak masuk dalam pertimbanganku.
Aku berdiri dan menggodanya dari belakang. Dia lebih panas dari air yang menyemprot kami di semua sisi. Aku menyibak rambutnya ke samping saat aku menyantap lehernya yang nikmat. Suaraku serak saat aku katakan padanya, "Buka kakimu, Renjun."
Dia menurut.
"Lebih lebar."
Dia menurut lagi.
Aku menekuk lututku dan menggeser kejantananku masuk ke dalam. Oh Tuhan. Sudah dua jam sejak aku berada dalam dirinya seperti ini. Terlalu lama—seperti seumur hidup.
Kami mengerang bersama. Payudaranya licin oleh sabun saat aku menggeser jemariku ke putingnya dan memainkannya dengan cara yang kutahu akan membuatnya mendesah. Kepalanya mendongak jatuh di bahuku, dan menggoreskan kukunya di atas pahaku. Aku mendesis oleh sensasinya dan sedikit menambah kecepatan.
Lalu dia mencondongkan tubuhnya ke depan, membungkuk setinggi pinggang dan menyangga tangannya di dinding ubin. Aku membungkusnya dengan tanganku sendiri, menjalin jemari kami menjadi satu. Aku memompa masuk dan keluar tanpa tergesa-gesa. Aku mencium punggungnya, pundaknya, telinganya. "Kau terasa begitu nikmat, Renjun."
Kepalanya berputar, dan dia merintih, "Oh Tuhan, milikmu terasa begitu...keras...begitu besar."
Kalimat itu? Mendengar kalimat itu adalah impian bagi setiap pria. Aku tak peduli jika kalian biksu, kalian tetap saja ingin mendengarnya.
Ya, aku pernah mendengar kata-kata itu sebelumnya. namun berasal dari bibir Renjun—dengan suara manisnya—rasanya aku mendengar kalimat itu untuk pertama dan terakhir kalinya.
Dan kemudian dia memohon. "Lebih keras, Jeno...ayolah."
Aku melakukan apa yang dia minta sambil mengerang. Aku menyangga satu tangan di dinding dan menggerakkan tanganku yang lain ke klitorisnya, jadi setiap kali aku mendorong ke depan, miliknya akan membentur jemariku. Dia merintih oleh sentuhanku.
Kemudian dia menuntut, "Lebih keras, Jeno. setubuhi aku lebih keras."
Ketika perintahnya mencapai telingaku, aku tersentak, seperti atap yang roboh pada kebakaran yang sedang berkecamuk. Aku mendorong ke dalam dirinya sampai dia terjepit ke dinding, pipinya menempel pada ubin yang dingin. Aku mendorong dengan kasar dan cepat. Jeritan kepuasan Renjun menggema di dinding, dan kami klimaks bersama.
Lama, intens dan gemilang.
Ketika kenikmatannya memudar, ia berbalik, melingkarkan lengannya di leherku dan menciumku dengan perlahan. Kemudian kepalanya bersandar di dadaku, kami masih berdiri bersama di bawah semprotan. Aku tak bisa menjaga kekaguman keluar dari suaraku saat berkata, "Oh Tuhan, jadi semakin nikmat setiap kali kita melakukannya."
Dia tertawa. "Kau juga merasakannya? Kupikir hanya aku yang merasakannya." Dia menatapku, menggigit bibir, dan menyibak rambut basah dari mataku. Ini adalah sikap sederhana. Tapi ada begitu banyak emosi di baliknya. Sentuhannya lembut, sorot matanya begitu menyayang, seperti aku adalah hal terindah yang pernah ia lihat. Seperti aku semacam...harta karun.
KAMU SEDANG MEMBACA
messy [noren]
Fanfiction[Remake story] Original story Tangled by Emma Chase Sinopsis; Lee Jeno adalah bankir investasi jagoan. Pria tampan dan angkuh yang menjadi anak emas di perusahaan ayahnya dan juga salah satu playboy paling terkenal di kota Seoul. Ia punya teman seti...