⚠️ADEGAN DEWASA⚠️
~minor minggir dulu~
Perjalanan kembali ke apartemen adalah latihan dari ketangkasan mengemudi. Berusaha mati-matian agar mulutku tetap menempel di mulutnya dan tidak menyebabkan kami terbunuh. Renjun duduk di pangkuanku mengangkangi pinggangku, mencium telingaku, menjilati telingaku—membuatku kehilangan akal. Satu tanganku ada di kemudi dan tangan satunya terjepit di antara kami, meluncur di atas perutnya, lehernya, dan payudara sempurnanya yang menggodaku melalui kemejanya yang setengah terbuka.
Jangan coba ini di rumah, nak.
Roknya tersingkap tinggi di atas pahanya saat dia menggesek dirinya pada kejantananku yang keras. Renjun begitu panas di atas tubuhku, aku harus menggunakan segenap tekad yang kumiliki agar mataku tidak terbalik. Aku menciumnya dengan keras dan memperhatikan jalan dari balik punggungnya. Dia bergerak naik dan turun, memasturbasiku perlahan dengan tekanannya. Demi Tuhan, saling menggesek sambil mengenakan pakaian lengkap belum pernah senikmat ini.
Kontrol? Penendalian diri? Mereka sudah lama menghilang.
Akhirnya, aku menepi di garasi parkir dari gedungku. Aku menggenggam tempat yang pertama kulihat dan menyeret kami keluar dari mobil. Tanganku di pantatnya, kakinya melingkari pinggangku, aku mengangkat Renjun ke arah lift, bibir dan lidah kami menari dengan berapi-api.
Aku tidak mengunci mobilku. Kurasa aku juga tidak mengunci pintu apartemenku.
Persetan.
Siapapun dapat mencurinya. Aku punya urusan yang lebih penting sekarang.
Aku tersandung masuk ke dalam lift dan menekan tombol menuju lantai paling atas sebelum mengempaskan Renjun menempel ke dinding dan mendorong tubuhku ke arahnya seperti yang selama ini sangat kuinginkan. Dia mengerang dengan panjang dan dalam di mulutku. Ini seperti adegan film Fatal Attraction, tapi tanpa sesuatu yang menyeramkan.
Sesampainya di pintu apartemenku, aku menggerayangi sakuku mencari kunci dengan satu tangan masih mengangkat Renjun di atas tubuhku. Renjun menggigit kecil telingaku dan berbisik, "Buruan, Jeno."
Aku mungkin akan menendang pintunya terbuka pada saat ini jika saja kuncinya tidak berputar. Kami jatuh masuk ke dalam apartemen, dan aku menendang pintunya tertutup dengan kakiku. Aku melonggarkan kakinya dari pinggangku, dan kakinya meluncur turun ke lantai, menciptakan gesekan nikmat dalam prosesnya. Aku perlu membebaskan tanganku.
Dengan bibir kami masih menyatu, aku mulai membuka kancing blusnya. Renjun tidak begitu terampil—atau ia hanya tidak sabar. Dia memasukkan jarinya ke dalam bagian depan kemejaku dan menyentak. Kancing bertebaran di atas lantai.
Dia merobek kemejaku terbuka begitu saja.
Betapa seksinya ini?
Aku menemukan kait branya dan membukanya. Aku ahli dalam urusan ini. Siapa orang yang menemukan kait depan bra? Tuhan memberkatimu.
Renjun menarik lepas bibirnya dan menempelkan telapak tangannya di atas dada dan turun ke perutku. Matanya dipenuhi dengan ketakjuban saat mengikuti gerakan tangannya. Aku memperhatikannya bersamaan saat jariku meluncur dari tulang selangkanya, turun ke tengah-tengah dari payudaranya yang mulus, dan di atas lembah yang sangat kusukai sebelum akhirnya berhenti di pinggangnya.
"Ya Tuhan, Jeno. Kau sangat..."
"Indah." Aku menyelesaikan ucapannya.
Aku menarik tubuhnya ke arah tubuhku, melingkarkan lenganku ke tubuhnya dan mengangkat kakinya dari lantai saat aku berjalan mundur ke arah sofa. Apakah kupikir menari dengannya rasanya seperti surga? Tidak. Dada telanjangnya menempel didadaku—Ini adalah bagaimana rasanya surga. Persetan dengan nirwana.

KAMU SEDANG MEMBACA
messy [noren]
Fanfic[Remake story] Original story Tangled by Emma Chase Sinopsis; Lee Jeno adalah bankir investasi jagoan. Pria tampan dan angkuh yang menjadi anak emas di perusahaan ayahnya dan juga salah satu playboy paling terkenal di kota Seoul. Ia punya teman seti...