05

328 31 7
                                    

Ternyata aku tidak terkena blue balls sama sekali. Aku menemui gadis yang kukenal di coffeehouse malam itu. Dia adalah seorang instruktur yoga.

Puas.

Apa? Ayolah, jangan seperti itu. Aku memang menginginkan Renjun, tidak di ragukan lagi. Tapi jangan berharap aku akan bersikap seperti orang suci sampai hal itu terjadi.

Yang tidak di pahami wanita adalah bahwa seorang pria bisa menginginkan seorang wanita tapi masih bisa meniduri wanita yang lain. Bahkan, seorang pria bisa mencintai seorang wanita dan masih bisa meniduri sepuluh wanita lainnya. Begitulah kenyataannya.

Seks adalah sebuah pelepasan. Fisik semata. Itu saja. Setidaknya bagi pria seperti itu.

Oke, Oke—tenang dulu—jangan melempar sepatu atau benda apapun kearahku. Setidaknya untuk pria yang seperti aku, sudah puas, kan?

Mungkin kalian akan memahami sudut pandangku jika aku menjelaskannya seperti ini: kalian menyikat gigi, kan? Well, misalkan pasta gigi favorit kalian adalah Pepsodent. Tapi di toko habis. Yang tersedia hanya Ciptadent. Apa yang akan kalian lakukan? Kalian akan menggunakan Ciptadent, kan?

Kalian mungkin ingin menyikat gigi dengan Pepsodent, namun pada akhirnya kalian menggunakan apa yang kalian punya untuk membuat gigi tetap bersih seputih mutiara. Paham cara berpikirku? Bagus.

Sekarang, kembali ke kisah duka dan penderitaanku.


Aku tidak pernah merayu seorang wanita sebelumnya. Kutahu ini mengejutkan.

Biar kujelaskan. Aku tidak pernah merayu seorang wanita sebelumnya, tidak dalam arti yang umum. Biasanya, aku hanya melihat, mengedipkan mata, tersenyum. Sebuah sapaan yang ramah, satu atau dua gelas minuman. Setelah itu satu-satunya pertukaran verbal yang terlibat hanyalah satu kata pendek seperti lebih keras, lagi, lebih rendah...kalian pasti mengerti maksudnya.

Jadi, segala hal tentang rayuan dengan seorang wanita untuk mengajaknya ke ranjang merupakan konsep yang cukup baru bagiku, kuakui. Tapi aku tidak khawatir. Kenapa tidak?

Karena aku bermain catur. Catur adalah permainan strategi, perencanaan, berpikir dua langkah ke depan untuk langkah berikutnya. Mengarahkan lawanmu tepat di mana kalian menginginkannya.

Selama dua minggu setelah pertemuan hari pertama, berhubungan dengan Renjun, bagiku persis seperti bermain catur. Beberapa kata sugestif, belaian biasa tapi menggoda. Aku tidak akan membuat kalian bosan dengan setiap detil percakapan. Aku hanya akan mengatakan semua berjalan dengan baik, segalanya berjalan sesuai rencana.

Kurasa semuanya akan memakan waktu satu minggu—maksimal dua minggu—sampai aku dapat mendapatkan harta diantara paha kenyalnya. Aku sudah tahu bagaimana hasilnya nanti. Pada kenyataannya aku telah menghabiskan waktu berjam-jam, membayangkannya, berkhayal tentang itu.

Ingin tahu khayalanku?

Cerita ini terjadi di kantorku. Suatu malam ketika aku dan Renjun berdua bekerja lembur—satu-satunya orang yang masih di kantor. Dia pasti lelah, kaku. Aku akan menawarkan memijit lehernya. Dan dia akan mengizinkanku. Kemudian aku akan menunduk dan menciumnya, mulai dari bahunya, naik sampai lehernya, merasakan kulitnya dengan lidahku. Akhirnya, bibir kami akan bertemu. Dan itu setelah itu akan menjadi panas—membara. Dan dia akan melupakan semua alasan tentang kenapa kami tidak seharusnya melakukan ini, tempatnya bekerja dan tunangan bodohnya. Satu-satunya hal yang akan dia pikirkan adalah aku dan apa yang akan dilakukan oleh kedua tangan ahliku padanya.

Aku punya sebuah sofa di kantorku, sofanya dari bahan suede— bukan kulit. Apakah suede bisa bernoda? Semoga tidak. Karena di sanalah kami akan berakhir—pada sofa terbengkelai yang menyedihkan itu.

messy [noren]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang