Three;

420 73 12
                                    

Berdasarkan aturan Perkemahan Musim Panas 2014 yang Roxy ketahui, barang-barang umum yang dipak peserta akan diperiksa oleh panitia kemah. Makanan-makanan yang dianjurkan untuk dibawa akan diambil oleh panitia untuk dimakan bersama-sama pada waktu luang.

Bagi Roxy, hal itu sangat tidak adil. Bagaimana bisa mereka mengumpulkan makanan yang telah dibawa peserta? Bagaimanapun, makanan-makanan itu adalah hak dan merupakan barang pribadi. Roxy tidak akan rela makanannya dibagi dengan anak-anak lain. Dia bersumpah siapapun yang memakan makanannya, maka orang itu akan buang air berkali-kali.

"Roxy, jangan memperhatikan makanan-makanan itu saja. Cepat periksa lagi barang-barang yang lain. Jangan sampai ada yang ketinggalan," Mariah mengejutkan Roxy. Wanita itu terlihat supersibuk, bahkan saat hanya Roxy yang akan pergi. "Rudy akan sampai beberapa menit lagi. Cepatlah!"

Roxy menghela napas pasrah, masih memperhatikan makanan-makanannya yang sayang-sekali-jika-dibagi-dengan-orang-lain. Sekejap kemudian, sebuah ide terlintas di benaknya. Panitia tidak akan memeriksa tas yang berisi barang-barang yang sangat pribadi. Maka, dengan gerakan cepat, dia memasukkan sebagian besar makanan ringannya ke tas berisi barang pribadinya.

Dengan waktu yang masih tersisa, Roxy kembali mengecek barang-barangnya dan tidak menemukan satu barang pun yang terlewatkan. Roxy tidak niat untuk pergi berkemah, tetapi persiapannya sangat lengkap seperti dia telah merencanakan kepergiannya sejak berbulan-bulan yang lalu.

Roxy melihat ke seluruh isi ruangan, memikirkan betapa rindunya dia dengan rumah saat berada di perkemahan sialan itu nanti. Roxy akan merindukan sofa merahnya yang berada di kamar-sofa yang selalu menjadi dudukannya ketika dia memainkan ponsel. Roxy juga akan merindukan Wi-Fi milik ibunya. Terlalu banyak hal untuk dirindukan di rumahnya.

Rasanya, Roxy bahkan ingin mengendus tiap-tiap sudut rumah agar dia bisa selalu mengingat rumahnya. Atau mungkin mencium... Roxy bahkan ingin menjilat lantai rumahnya. Ah, Roxy pasti akan sangat menyesal pergi berkemah.

Kemudian, ibunya memanggil namanya dan berteriak, "Rudy sudah datang!"

***

Ketika sampai di sebuah lapangan besar yang ada di kota, tempat dimana berkumpulnya peserta-peserta kemah, Roxy ditinggal begitu saja oleh Mariah dan Rudy. Mereka bahkan tidak memberitahu Roxy apa yang harus dilakukan olehnya. Mereka hanya menyampaikan salam perpisahan kemudian pergi.

Roxy merasa seperti anak yang terbuang.

Dengan dua tas besar yang ditentengnya, dia berjalan dengan lambat dan secara terpaksa-Roxy ingin mati saja. Dia berjalan menuju kawanan domba yang sedang berkumpul di dekat sebuah bus raksasa berwarna kuning di salah satu sisi lapangan.

Tidak, bukan kawanan domba yang sebenarnya. Hanya saja, Roxy melihat keramaian peserta kemah yang mengenakan kaos putih dengan celana jins hitam-persis seperti warna domba.

Sebenarnya Roxy bisa saja kabur saat itu juga. Tapi dia tidak ingin mencari masalah lagi dengan Mariah. Roxy ingat, terakhir kalinya dia bertengkar hebat dengan Mariah, Mariah menghentikan akses internet di rumah selama dua minggu lebih tiga hari. Bukan hanya itu, Mariah juga melarang Roxy untuk pergi ke luar rumah selain sekolah.

Roxy semakin mendekat ke arah kawanan domba idiot itu. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Roxy bahkan tidak tahu apa yang sedang kawanan domba itu lakukan. Kalau Roxy menebak mereka sedang berbaris dan mendengarkan pengarahan, maka hal itu jelas salah. Mereka hanya berkumpul dan menimbulkan keramaian, bukan berbaris dengan rapi.

Gadis berambut cokelat tua itu berhenti berjalan saat dia sudah dekat dengan bus. Dia menyapu pandangannya ke sekitar.

Seorang perempuan berusia sekitar 24 tahun menghampiri Roxy saat mata mereka bertemu pandang. Tanpa berpikir panjang, perempuan itu menghampiri Roxy.

Plus Times PlusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang