Four;

419 74 14
                                    

"Hei, bangunlah," seseorang berkata dengan lembut di telinga Roxy. Suaranya benar-benar terdengar lembut sampai-sampai Roxy sudah bisa menebak kalau orang yang membangunkannya adalah perempuan-anak kecil berusia sekitar 4 tahun. "Kita sudah sampai di lokasi perkemahan. Bangunlah."

Roxy membuka matanya, menggeliat pelan dan menguap lebar. Gadis itu memicingkan kedua matanya untuk memperjelas pandangannya. Dia melihat ke luar jendela. Ada beberapa barisan peserta kemah dengan baju putih khas mereka di lapangan perkemahan. Roxy jelas sudah tiba di lokasi Perkemahan Musim Panas 2014 yang berada di bawah kaki pegunungan.

Lalu, Roxy memalingkan wajahnya ke kanan dan melihat seorang anak kecil di sampingnya. Gadis kecil itu memakai gaun putih dengan sepatu kecil berwarna hitam. Rambut merahnya dikucir satu di belakang dengan pita berwarna krem. Dia juga memegang sebuah boneka beruang berbulu berwarna cokelat.

"Halo," kata anak itu, nyaris membuat Roxy memutar kedua bola matanya (Roxy benar-benar malas berada di dekat anak-anak). Gadis kecil itu menatap langsung ke Roxy. Guratan keraguan dan ketakukan terlihat jelas di wajah kecilnya. Dengan suara lembut tapi berhati-hati, dia melanjutkan. "Namaku Blair. Siapa namamu?"

"Apakah aku terlihat seperti ingn mengetahui namamu?"

Roxy melepaskan earphone dari telinganya. Tanpa memedulikan Blair, Roxy keluar dari bus dengan langkah cepat. Dia meninggalkan Blair yang berlari mengikutinya turun dari bus dengan langkah kecil nan pendeknya. Dan Roxy masih tidak memedulikannya. Akan tetapi, dia bertanya-tanya dalam hati. Mengapa panitia malah menyuruh anak kecil untuk membangunkannya?

"Tunggu aku!" seru Blair yang masih berada di dalam bus dan mengejar Roxy, meskipun Roxy benar-benar tidak peduli dengannya.

Roxy berhenti berjalan saat dia sudah berada sekitar tiga meter dari bus. Gadis itu memperhatikan lokasi perkemahan itu. Sejauh matanya memandang, dia melihat hamparan rumput hijau yang luas, yang diisi dengan pepohonan lebat. Setiap pohon tidak tersusun teratur dan berjarak, menghasilkan bayangan teduh di tanah.

Ada beberapa rumah kabin yang berukuran luas. Dindingnya terbuat dari papan kayu yang sudah dihaluskan. Rumah-rumah itu terlihat bagus dengan lampu-lampu yang menghiasi dinding luarnya. Patung-patung berbentuk zombi juga menghias beranda kabin.

Benar-benar Zombi Camp, pikir Roxy. Dia tidak suka perkemahan ini, tapi dia sedikit penasaran dengan maksud dari zombi-zombi itu.

"Aduh!"

Suara teriakan beserta ringisan membuat Roxy refleks menoleh ke belakang. Rupanya itu suara Blair yang terjatuh dari bus. Pantas saja, karena tubuhnya terlalu kecil dan kakinya terlalu pendek untuk turun dari tangga. Untungnya, Roxy tidak perlu repot-repot menolong anak menyebalkan itu karena dia berusaha berdiri sendiri.

Roxy memutar kedua bola matanya dan kembali melihat ke depannya.

Ada juga tenda-tenda besar yang didirikan di lapangan ekstraluas milik perkemahan itu. Anak-anak akan tidur di kabin, tapi mengapa banyak tenda yang didirikan? Apakah tenda-tenda itu hanya sebagai hiasan? Atau... di sanakah markas-markas para zombi?

Plus Times PlusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang