Two;

504 74 13
                                    

Roxy bersandar di rak berukuran raksasa yang berisi selai-selai kacang. Setahu Roxy, tidak ada kamera pengintai di supermarket yang sedang dimasukinya itu. Jadi, Roxy tidak takut kalau-kalau dia menjatuhkan selai-selai itu karena bersandar di raknya. Dia bisa berlari setelah tidak sengaja menjatuhkannya.

Sembari meletakkan selai kacang pesanan ibunya di keranjang, gadis itu mendengus pelan dan mengangkat tangan kanannya yang memegang sebuah kertas. Dia memperhatikan baik-baik brosur itu dan membaca isinya. Brosur itu merupakan brosur mengenai Perkemahan Musim Panas 2014. Roxy baru saja memperoleh brosur itu dari Mariah. Ibunya memintanya untuk membaca fasilitas-fasilitas mengasyikkan yang akan ada di perkemahan musim panas tahun ini.

Dalam brosur itu, dikatakan bahwa kabin-kabin yang akan ditempati para peserta kemah akan lebih bagus dan moderen. Kasur-kasur bertingkat kini sudah diganti dengan yang baru dan ranjang yang lebih empuk. Bahkan ruangannya pun sudah ditata sedemikian rupa agar terlihat berwarna.

Oh, baguslah, batin Roxy, aku bisa tidur sepuasnya di sana. Tidak ada yang boleh menggangguku atau kutebas kepalanya dengan samurai.

Di brosur itu juga tertera gambar api unggun di malam hari yang dikelilingi oleh anak-anak sok ceria. Mereka sedang mengelilingi api itu dengan tangan yang ditepukkan. Roxy berdecak melihat gambar itu. Dia paling benci bagian dimana ada api unggun. Bagian api unggun benar-benar terlihat seperti orang bodoh.

Zombie Camp. Kemudian Roxy membaca dua kata yang tertera setelah kata tema Perkemahan Musim Panas 2015. Apa maksudnya dengan Zombie Camp? Bukankah biasanya perkemahan musim panas tidak pernah bertema?

Ah, Roxy tidak peduli baik itu zombi betulan atau zombi palsu. Selama di perkemahan itu ada kabin untuk tidur, maka dia akan aman dari serangan-serangan zombi-zombi itu. Dasar kemah idiot.

Roxy menghembuskan napas berat dan melihat ke sekelilingnya. Supermarket itu terlihat sangat sepi. Sejauh matanya memandang, dia hanya melihat dirinya dan seorang gadis berambut ungu cerah yang sedang memperhatikan rak sabun. Tidak asing dengan rambut ungu cerah, Roxy berpikir keras. Di kota, hanya ada satu gadis berambut ungu yang sangat menarik perhatian.

Dan satu-satunya gadis yang memiliki rambut ungu cerah adalah Selena Hundred, gadis yang sering mencari masalah dengan Roxy di sekolah. Roxy yakin sekali kalau Selena Hundred adalah bagian dari kelompok Hillary. Mereka merupakan gadis-gadis menyebalkan di sekolah.

Roxy merasa malas melihat Selena di dekatnya. Merasa kesal, dia menyentakkan brosurnya ke bawah. Secara tidak sengaja, tangannya menyenggol salah satu selai kacang dan menjatuhkannya.

"Sial," umpatnya pelan seraya mengambil selai kacang yang untungnya-tidak-pecah itu. Selena pasti mendengar suara gaduh itu dan menoleh padanya.

Roxy baru saja akan pergi menjauh saat Selena sudah berada di hadapannya, membuat Roxy mendengus kesal. Rasanya dia ingin sekali meludahi rambut ungu sialan milik Selena. Roxy bahkan ingin mengguntingnya sampai rusak. Apapun akan dilakukannya untuk membuat Selena merasa tidak pantas hidup di dunia.

"Hai, Roxy," Selena menyapanya dengan nada dibuat-buat. "Jadi, sedang belanja selai kacang, ya?"

"Kau tidak bisa melihatnya?" balas Roxy dengan nada yang dibuat-buat juga. Dia mengambil salah satu selai kacang dari raknya dan menunjukkan isinya pada Selena. "Aku sedang belanja kotoran burung yang berasal dari burung ungu. Burung unguku di rumah harus diberi makan-dengan kotorannya sendiri."

Selena tidak bereaksi apapun, dan itu bagus bagi Roxy. Mungkin Selena diam karena dia merasakan sindiran Roxy tentang burung ungu. Mungkin juga Selena terlalu bodoh untuk mengerti.

Sesaat kemudian, Selena tersenyum miring pada Roxy dan berkata, "Kemana kau akan pergi di musim panas tahun ini?" Roxy tidak mengerti mengapa Selena berkacak pinggang seakan-akan dia baru saja memergoki seorang pencuri.

"Aku akan keluar kota dengan ibuku," balas Roxy cuek, tidak peduli dia sedang berbohong.

"Lalu, apa itu?" Selena menunjuk ke arah tangan kanan Roxy, tepat pada brosur Perkemahan Musim Panas 2014. "Kau akan pergi ke perkemahan payah itu? Sudah kuduga, Roxy. Kau memang salah satu dari anak-anak culun di sekolah."

"Jahit mulutmu itu," tukas Roxy cepat. "Ini brosur yang aku dapatkan dari ibuku untuk dibaca adik sepupuku nanti. Jadi, jika kau tidak tahu apa-apa kau lebih baik menjahit mulutmu saja hingga berdarah-darah. Aku sangat senang jika kau mati di hadapanku-dan karena saranku."

Awalnya Selena menautkan kedua alisnya mendengar ucapan Roxy, tapi setelah itu dia kembali tersenyum. "Kau bisa lebih sarkastik lagi, Roxy. Tapi aku bisa melihat kebohonganmu meskipun kau memang ahli dalam menutupinya. Kita lihat saja nanti."

Roxy memutar kedua bola matanya, persis sekali seperti tidak berbohong. Kemudian, gadis itu melihat sebaris selai blueberry di rak dan menyambar salah satunya. Dengan gerakan cepat, dia melempar selai itu pada Selena.

"Makan kotoranmu ini."

Sialnya bagi Selena, gadis itu tidak dapat menangkap selai itu dengan baik. Gadis berambut ungu itu membiarkan selai itu jatuh dan pecah di lantai. Dia berdecak sebal berkali-kali.

Roxy pergi menjauh, membelok di ujung blok tanpa peduli apapun yang akan terjadi pada Selena. Seorang pegawai supermarket mungkin akan mendatangi Selena dan mengira kalau gadis itu yang memecahkan selainya.

Roxy tertawa dalam hati.

Gadis itu berjalan menuju rak deodoran dan menemukan Rudy di sana, sedang berjongkok dan terlihat sedang mempertimbangkan harga.

Melihat Roxy berjalan ke arahnya, pria itu berdiri. "Hei, sudah selesai mengambil selai kacang?"

Roxy mengangguk pelan seraya berjalan mendekat pada Rudy. Dia memperhatikan kedua deodoran yang dipegang oleh pria itu. "Yang warna merah saja. Kau kan lebih suka yang wangi dibandingkan yang hanya membuat ketiak tidak basah."

"Baiklah," kata Rudy. Pria itu mengembalikan salah satu deodoran pada raknya dan merangkul Roxy. "Kalau begitu ayo kita ke kasir."

Rudy Dillon adalah tunangan Mariah. Mereka sudah berhubungan selama kurang lebih 5 tahun. Roxy tahu mereka juga akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat, mungkin beberapa bulan lagi. Mengetahui hal itu, Roxy tidak merasa sedih. Akan tetapi dia pun tidak merasa bahagia.

Meskipun Roxy tidak terlalu bahagia atas pernikahan ibunya, dia juga tidak mempunyai alasan untuk membenci Rudy. Gadis itu justru menyukai sifat pria itu. Rudy adalah pria yang baik hati.

Selama lima tahun terakhir ini, Rudy mengantarkannya ke sekolah. Rudy mengajaknya ke kebun binantang. Rudy membelikannya kado tiap ulang tahunnya. Rudy pula yang menemani Roxy membeli ponsel pertamanya. Selama lima tahun ini pula, Roxy merasa ia memiliki seorang ayah.

Roxy bersumpah demi Tuhan kalau dia sungguh menyukai hal yang dilakukan Rudy padanya, Roxy sayang sekali pada Rudy. Akan tetapi justru hal itulah yang membuat Roxy enggan bahagia untuk pernikahan Rudy dan Mariah. Roxy menginginkan ayahnya yang asli. Roxy ingin Thomas Kibler lah yang memeluknya dengan bangga saat dia menjadi juara kelas. Roxy ingin Thomas yang membacakannya dongeng sebelum dia tidur saat dia berumur 4 tahun.

Sayangnya, Roxy harus membuang jauh-jauh harapannya itu. Thomas, ayah kandungnya, sudah meninggal karena kecelakaan pesawat terbang. Peristiwa itu terjadi saat Roxy masih berumur setahun. Jelas Roxy tidak tahu apa-apa mengenai peristiwa itu. Dan, Roxy pun tidak ingin mengetahuinya karena dia tahu hal itu akan sangat menyakitkan baginya.


[A/N]: HAHAH iya tau kok chapter ini gaada apa-apanya, dan pendek pula. Cuma filler doang kok hehe. Oh iya, jangan lupa divomment ya, jangan jadi silent reader. Dan makasih banyak yang udah baca Xx.

Plus Times PlusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang