Brakk...
Suara gebrakan meja membuat aktivitas keduanya terhenti.
"Ga malu lo masih dateng ke sekolah?!" ucap Yola yang berhasil mendapat perhatian seluruh siswa di kantin.
"Kenapa harus malu?" jawab Mala santai.
"Lo kan PELAKOR!!" Yola sengaja memperjelas ucapannya agar semua orang dengar.
"Pelakor!! Pelakor!!" sahut Dewi membalas mengebrak meja sembari berdiri. "Mereka itu udah ni.." dengan cepat Mala langsung meraih tangan Dewi.
"Udah apa?!!" tanya Yola menyolot ketika Dewi menggantungkan kalimatnya.
"Pergi ga lo. Atau mau masuk BK lagi?!" timpal Mala yang ikut berdiri menyamai Yola.
"Mulut sampah kayak kalian itu ga pantes sekolah disini!!" tunjuk Dewi yang tersulut emosi.
"Apa lo bilang!!" sahut Vania menjambak rambut Dewi yang juga dibalas oleh Dewi.
Mereka berdua saling menjambak sedangkan Yola dan Mala saling adu mulut. Beberapa siswa datang menghampiri berusaha melerai, tapi keempatnya tidak mau berhenti.
"ADA APA INI!!" sentak pak Agus, guru olahraga tak sengaja lewat dan mendengar kegaduhan yang terjadi di kantin.
Mereka yang ada disana berhenti dan terdiam mendengar bentakan pak Agus.
"Dia duluan nih pak!" tunjuk Vania lalu mendorong keras bahu Dewi.
"Lah, orang lo duluan yang mulai!" Dewi yang tak terima membalas mendorong Vania. Keduanya kembali bertengkar.
"CUKUP! Kalian berempat ikut saya!!" titah pak Agus dengan suara tegas.
Sampai di lapangan mereka berempat dihukum berlari mengelilingi lapangan sebanyak lima kali. Mereka sempat melayangkan protes, tapi karena ancaman pak Agus yang akan melapor ke guru BK jika tidak menuruti perintahnya. Akhirnya mereka menurut saja dari pada harus berurusan dengan guru BK yang pastinya hukuman akan lebih berat.
"Sial!! Rasanya pengen gue robek itu mulut!" ucap Dewi yang masih kesal sembari menaiki motornya. Karena Yola dan Vania dirinya harus dihukum.
"Kenapa lo ga beritahu aja yang sebenarnya tentang hubungan lo sama Raka?" sambung Dewi.
"Gue ga bisa" jawab Mala.
Mana mungkin ia akan memberitahu kepada semua orang di sekolah tentang hubungannya dengan Raka, yang ada ia akan dicap sebagai anak tidak benar karena menikah terlalu belia. Belum lagi nantinya akan bermunculan rumor-rumor tidak benar yang bisa membuat reputasi kedua keluarga buruk.
"Bau apa nih guys" ucap Yola dengan kepala keluar dari kaca mobilnya.
"Bau-bau pelakor!" sahut Vania tertawa keras.
Dewi ingin melempar helmnya jika saja tidak ditahan oleh Mala.
"Sabar, sabar" Mala mengelus punggung Dewi.
Mobil Yola berlalu begitu saja, yang masih terdengar gelak tawa puas dari dalamnya.
............
Rumah yang sunyi kini bertambah sunyi menyisakan Mala seorang diri, duduk termenung menatap ponsel yang sepi. Ia terus menunggu pesan dan telepon yang tak kunjung mengabari. Mala menghela napas panjang lanjut memakan masakannya sendiri tanpa menunggu seorang pria yang selalu ia tunggu.
17 jam perjalanan, kini Raka sudah duduk di mobil menuju hotel. Raka masih sibuk mengecek pekerjaannya tanpa menghiraukan sekeliling, padahal suasana malam di Jerman mampu menyita perhatian banyak orang. Tapi tidak dengannya, sebelumnya Raka pernah sekali ke Jerman untuk berlibur bersama ayah serta mendiang ibunya. Dan kelihatannya langit malam Jerman masih sama seperti saat itu hanya bedanya sekarang ia pergi kesana sendiri.
Mobil terhenti didepan sebuah hotel ternama di Jerman. Ia memesan dua kamar VVIP untuk dirinya dan Roy. Karena mereka sama-sama butuh privasi, itulah alasan ia memesan dua kamar.
Raka yang selesai mengecek jadwal untuk besok langsung membanting tubuhnya ke kasur. Ia mengeluarkan ponselnya mulai mengirim pesan kepada Mala. Tak lama, ia terlelap dengan baju yang belum terganti.
Tingg...
Mala meraba meja disamping tempat tidurnya. Ia membuka perlahan mata yang sebenarnya masih mengantuk, tapi suara notif pesan dari Raka mampu membuatnya kembali terjaga.
Mala sangat senang membuka pesan dari Raka yang mengabari bahwa dia telah sampai. Meski pesan yang dikirimnya singkat dan terkesan cuek, tapi ia tetap bahagia setidaknya setelah semalaman menunggu kabar dari Raka akhirnya ia tahu bahwa lelaki itu baik-baik saja. Ia merasa lega karena suaminya sampai di Jerman dengan selamat.
Mala melihat jam di layar ponselnya. Karena sudah hampir memasuki waktu subuh, ia tidak bisa melanjutkan tidurnya atau dia akan bangun kesiangan dan terlambat datang ke sekolah. Mala memilih pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, dilanjutkan melaksanakan sholat subuh.
Hari ini adalah hari pelaksanaan ujian sekolah sebelum bel pertanda masuk berbunyi tepat jam setengah 8 pagi.
Setengah jam sebelum dilaksanakannya ujian sekolah, di kantin terisi penuh para siswa yang begitu lahap menyantap sarapan. Mereka sadar saat tidak dipaksakan untuk sarapan maka akan mengurangi daya konsentrasi mengerjakan soal nantinya.
Mala dan kedua temannya, Dewi dan Vano tampak asik menyantap sarapan mereka masing-masing. Mala memilih sarapan di kantin dengan teman-temannya dari pada sarapan sendiri di rumah yang pastinya sangat sepi.
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
AMALA [Hiatus]
Teen FictionNigista Amala Pradivtha merupakan gadis cantik jelita dan penuh keceriaan. Tapi kehidupannya harus berubah seratus delapan puluh derajat ketika ia menikah dengan cinta pertamanya. Seorang pria bernama Kalendra Raka Bimantara. Raka, sosok pria yan...