chapter 5 - tuan putri

157 69 395
                                    

"Apa tidak apa-apa jika aku menggunakan nama Astello dan menempati mansion utama?" Lady Diana memperhatikan gaunnya yang sangat sederhana. "Maksudku, lihatlah rambut dan mata ini yang sangat jauh berbeda dengan para Kakak."

Duke of Astello kemudian membalik tubuh Diana, menggenggam erat kedua pundaknya, lantas berujar, "Apapun gosip yang beredar ke depannya, kau adalah seorang Astello. Maka dari itu, tinggalkan semua hal yang berkaitan dengan hal-hal di luar dari Astello. Jika ada yang ingin mengusirmu, maka kau berhak atas penghukuman apapun yang terjadi. Kau mengerti Diana of Astello?"

"Ya." Diana mejawab sembari mengangguk.

Di sepanjang baris telah berdiri seluruh pelayan, pekerja, serta Butler mansion yang langsung menyambut kedatangan mereka. Ketika Duke of Astello berjalan, para pekerja, pelayan, dan Butler mansion utama menunduk diam.

Dari samping Duke of Astello yang seperti itu, aura mencekam dan kuat menguar dari dalam tubuhnya seperti parfum yang membuat mereka diam sejenak. Duke of Astello yang saat ini menjabat sebagai kepala keluarga saat ini mungkin dipilih karena kegagahan Duke of Astello bahkan saat berjalan.

"Selamat datang di mansion, My Lady," sapa Butler begitu Lady Diana menginjakkan kaki di halaman mansion. "Sekarang, ikutlah bersama salah satu pelayan yang akan melayani Anda selama berada di ibukota."

"Ah, iya."

"Karena kedatangan Anda yang tiba-tiba, jadi, maafkan kami karena hanya ini yang dapat kami siapkan, My Lady." Pelayan itu berkata sembari menyisir rambut Diana di depan cermin hias. Meski dia mengatakan ini sangat terlalu sederhana dan disiapkan secara mendadak, tetapi gaunnya jelas sangat mewah bagi Lady Diana.

Walaupun gaya mewah sangat tidak cocok dengannya, tetapi Lady Diana memuji gaun berwarna biru tua ini sebab sama seperti dengan simbol warna keluarga Astello.

"Siapa namamu?"

"Nama saya Anne, My Lady."

"Kalau begitu, terima kasih Anne. Gaunnya sangat indah."

Anne tersenyum penuh hangat. "Anda tidak perlu berbicara sopan kepada saya, My Lady. Selain itu, Anda juga tak perlu berterima kasih untuk hal-hal kecil."

"Tetapi, rasanya agak sedikit aneh." Kemudian, Lady Diana memandang dirinya sendiri melalui pantulan kaca di cermin hias. "Apa kau tau bagaimana sifat Kakak?"

"Beliau selalu terlihat tampan dan gagah di setiap kegiatan," jawabnya setelah beberapa saat berpikir.

***

Ketika pintu ruang makan dibuka oleh pelayan, Duke of Astello sudah duduk di kursi kepala keluarga sementara pelayan menarik kursi tepat di sebelah kanan Duke.

Menu makan malam kali ini terlihat lebih ke arah pesta selamat datang dibanding makan malam keluarga. Berbagai macam menu disiapkan mulai dari makanan pembuka, makanan utama, hingga dessert.

"Aku tidak tau kau menyukai makanan apa jadi aku menyiapkan semuanya." Perkataan Duke of Astello memecah keheningan yang terjadi ketika Lady Diana mulai melihat makanan dari ujung kiri ke ujung kanan.

Lady Diana tersenyum, ragu. "Aku suka semuanya. Tetapi, bukankah ini terlalu banyak?"

"Tidak ada yang terlalu banyak di Astello." Duke of Astello tersenyum. "Anggap saja ini perayaan selamat datang jadi makanlah yang banyak."

"Baik."

Lady Diana memakan daging steak dengan perasaan campur aduk. Rasanya perlu adaptasi besar-besaran di kediaman ini. Ngomong-ngomong, rasa steak yang dimakan olehnya sekarang terasa jauh lebih lezat dibanding sebelumnya. Padahal, menu ini bukanlah hal pertama yang dia makan di kediaman Duke of Bouvier. Apa mungkin karena pada akhirnya dia makan bersama dengan keluarga aslinya?

"Bagaimana kehidupanmu di kediaman Duke of Bouvier?"

"Saya hidup berkecukupan tanpa kekurangan sedikit pun."

"Jadi, mana yang lebih baik? Di sini atau di sana?"

Menelan ludah dengan gugup, Lady Diana merasa atmosfer di ruang makan mendadak berubah. Sekilas wajah para pelayan seperti menampilkan raut kecemasan dan beberapa lainnya adalah ekspresi ketakutan. Beramsusi bahwa seluruh pelayan yang ada di ruangan ini dan juru masak dalam bahaya jika Lady Diana salah menjawab, dengan hati-hati dia berkata,

"Di sini lebih baik karena aku dapat berkumpul bersama Kakak."

Melirik sekilas dari raut wajahnya, sepertinya Duke of Astello dan seluruh pekerja terselamatkan. Kemudian, dia memulai perbincangan dengan ringan. "Kenapa kau tidak muncul dan malah hampir membahayakan dirimu sendiri untuk menolongku?"

"Aku tidak muncul karena aku takut akan dikira menipu dan juga aku tidak membahayakan diriku sendiri. Aku hanya ingin menolong."

Dia menghela napas panjang. "Baiklah. Lalu, bagaimana dan darimana kau mendapat kancing itu?"

Lady Diana mengambil serbet dan mengelap mulu; tangannya tergerak mengeluarkan kancing baju yang dia jadikan kalung selama ini. Dan Ketika dia melepas kalungnya untuk diberikan kepada sang Duke, kalung tersebut bersinar dan memiliki simbol keluarga Duke of Astello yang melayang di udara sebelum lenyap dalam sekejap.

"Ibuku yang memberinya."

Melalui hal ini, Duke of Astello telah mengonfirmasi kebenaran dibalik Lady Diana bahwa memang benar dia gadis yang selama ini dicari. Pria itu kemudian mengembalikan kalung tersebut kepada sang empunya. Sembari tersenyum lebar, dia mengatakan kalimat yang paling membuat hati Lady Diana menghangat,

"Selamat datang di keluargamu, Diana of Astello."

***

"Lady Diana, kau tidak akan melupakan aku, 'kan?"

Lady of Bouvier berbicara dengan gaya bahasa yang dibuat-buat. Saat ini, mereka sedang berada di toko alat tulis sembari berbincang ria. Jujur saja, semenjak Lady Diana pulang ke rumah, semua orang terkejut sekaligus tak percaya, begitu pula dengan kedua orang tua Lady Bouvier yang sudah menganggap Lady Diana seperti keluarga.

Kedua gadis itu juga menjadi sulit bertemu karena Duke of Astello sangat membatasi aktivitas keluar Lady Diana semenjak Lady of Bouvier memberitahu bahwa Lady Diana dapat menjadi sasaran empuk para penculik manusia.

Salahkan dirinya yang sangat bahagia hingga lupa mengontrol cerita yang tidak seharusnya dia bahas di depan sang kakak yang overprotektif.

"Tentu saja."

"Jadi, kau akan mengadakan upacara kedewasaan sekaligus memperkenalkan dirimu di khalayak umum?"

Lady Diana meminum teh bunga mawarnya. "Ya."

"Dan kudengar beliau juga mengundang Yang Mulia Kaisar?" Lady of Bouvier kemudian mengungkan rasa kagumnya dengan menggeleng. "Memang benar upacara kedewasaan skala pahlawan perang itu berbeda, ya?"

"Yah, ... aku hanya berharap para Lady yang tidak suka denganku dapat melupakan semua rumor itu."

Dia menjentikkan jarinya di hadapan Lady Diana. "Hei!" serunya. "Kau ini adik dari pahlawan perang sekaligus teman dari Yang Mulia Kaisar tahu! Yang seharusnya sadar diri itu mereka karena menggunjingkan hal yang tak perlu."

Sementara itu, di lain tempat di waktu yang bersamaan, Yang Mulia Kaisar Hamon Quante sedang menghabiskan waktu istirahat bersama Duke of Astello. Sebenarnya, ini hanyalah dalih untuk mengorek informasi tentang adik kesayangan Duke.

Tetapi pria itu malah enggan dan hanya berkata akan membiarkan Yang Mulia Kaisar melihatnya sendiri pada ucapara kedewasaannya nanti.

"Kudengar dia memiliki rambut dan pupil mata yang berbeda dengan keluarga Astello."

Duke of Astello menyeruput kopinya dan meletakkan cangkir di atas meja. "Ya, dia adalah adik saya, Yang Mulia."

"Kalau begitu, apakah aku boleh mengenalnya lebih dulu?"

Pria itu tidak menjawab dan memilih mengelap mulutnya sehabis minum. Dia menundukkan kepala sedikit; memberi hormat sebelum kembali. "Maafkan saya, Yang Mulia. Tetapi, saya ada keperluan mendesak. Kalau begitu, saya pamit undur diri."

Duke of Astello berjalan tanpa memberi sepatah kata untuk membalas ucapannya Yang Mulia Kaisar. Sementara yang ditidakpedulikan hanya bisa tersenyum sembari menggeleng.

"Kurasa kita kedatangan Tuan Putri baru."[]

99 Cara Membujuk PermaisuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang