chapter 10 - drama kecil

89 27 56
                                    

Ada banyak sekali orang yang datang ke Hutan Peri untuk sekedar menikmati pemandangan alam atau menghirup udara segar. Meski di ibukota, udara segar juga ada, tetapi tidak ada yang seistimewa udara di Hutan Peri sebab konon katanya para peri menjaga udara di tempat ini agar senantiasa bersih. Maka dari itu, tempat ini cukup populer di semua kalangan apalagi di kalangan lansia.

Chriss sendiri mengajak Lady Diana untuk menikmati pemandangan di danau Hutan Peri tepatnya di bawah pepohonan sembari menikmati bekal piknik mereka. Setelah memilih tempat dan menggelar tikar di bawah salah satu pohon yang di depannya tepat memandang ke arah Danau Peri, mereka menata makanan yang dibawa sebelum mengambil tempat duduk masing-masing.

Lady Diana kemudian mengeluarkan sandwich, roti, dan sebotol susu rasa strawberry dari dalam keranjang kemudian dia melihat ke arah keranjang Chriss sembari bertanya,

"Apa yang Anda bawa? Kelihatannya itu sangat banyak."

Dia mengeluarkan satu demi satu jenis makanan yang dimuat di dalam keranjangnya. "Scotch eggs, cornish pasty, scones, sandwich telur, sausages roll, custard tart, potongan buah apel, anggur, dan kesemek, serta sebotol susu. Saya tidak tahu apa yang Lady suka, jadi, saya membawa semuanya."

"Astaga, haha. Tetapi, itu terlalu banyak."

Chriss mengangkat kedua bahu. "Yah, kita hanya akan makan semampunya saja kalau begitu."

Lady Diana menceritakan banyak hal dari saat dia pertama kali bertemu dengan Lady of Bouvier hingga dapat bekerja menemani sang sahabat di toko alat tulis. Sementara Chriss hanya duduk mendengarkan sembari sesekali menimpali perkataan Lady Diana dengan candaan khas bapak-bapak.

Ketika Lady Diana ingin memasuki Hutan Peri lebih dalam lagi, Chriss melarang karena terlalu berbahaya. Padahal, banyak anak-anak yang piknik bersama kedua orang tua mereka di sana. Sikap Chriss tersebut lantas membuat pertanyaan di benak Lady Diana. Dia merasa sangat dejavu dengan sikap overprotektif dari Duke of Astello dan Yang Mulia Kaisar Hamon.

"Sikap Anda terkadang suka berubah-ubah. Apa Anda sadar?"

Alisnya saling tertaut sebelum menanyakan, "Apa yang salah?"

"Yah, misalnya, sikap Anda seperti seseorang yang saya kenal."

"Siapa?"

"Kakak saya, Duke of Astello."

Sadar akan sesuatu yang dapat menyusahkan di masa depan, Chriss pada akhirnya mengubah topik pembicaraan. "Ngomong-ngomong, ada sesuatu yang ingin saya tunjukkan kepada Anda, Lady." Lalu, dia meraih sesuatu di dalam kantung mantel terdalam dan mengeluarkan sebuah lukisan Lady Diana. Kali ini, dia mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menuang rasa suka ke dalam lukisan tersebut.

Lukisan yang diterima Lady Diana saat ini jauh lebih baik dari sebelumnya. Masing-masing terdapat tanda tangan dan inisial penggambar di atas kertas. Lalu, Lady Diana mulai menyadari sesuatu.

"Ternyata Anda pandai menggambar, ya?"

"Tentu saja." Dia kemudian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sebenarnya kemarin, saya hanya ingin mengetesmu. Maaf." Setelah jeda cukup panjang, dia melanjutkan, "Sebenarnya ada yang ingin saya beritahu kepada Lady. Saya hanya ingin mengakui sesuatu."

"Apa itu?"

"Bahwa saya adalah Hamon Quante de Adenium."

"Yang Mulia Kaisar?"

"Dengar, maafkan saya, Diana. Tetapi—"

Lady Diana tidak merespons selain memasukkan kembali sandwich buah, roti, dan susu strawberry ke dalam keranjang. Dia bergegas pergi meninggalkan tempat itu tanpa memedulikan teriakan Yang Mulia Kaisar Hamon yang juga sedang berberes-beres sebelum pergi mengejar Lady Diana. Tetapi, pria itu kehilangan jejaknya.

Langit sudah mulai mendung dan angin bertiup cukup kencang hari ini namun Yang Mulia Kaisar Hamon belum menemukan Lady Diana. Dia yakin sekali bahwa gadis itu belum meninggalkan Hutan Peri dan tanpa sadar pergi ke arah Hutan Terlarang.

Sembari menenteng dua keranjang dan sebuah tikar, dia memasuki Hutan Peri lebih dalam lagi untuk mencari Lady Diana karena sebentar lagi akan hujan sedangkan orang lain telah berbondong-bondong keluar dari Hutan Peri.

Memasuki Hutan Peri lebih dalam lagi, awan di langit semakin gelap dan angin semakin kencang berhembus. Akan segera turun hujan dan Lady Diana belum juga ditemukan. Yang Mulia Kaisar Hamon mulai merasa sangat bersalah. Akhirnya, dia melakukan sihir pemanggilan dan memanggil Juno agar beban yang dia bawa semakin ringan. Mereka kemudian terbang tinggi menyusuri Hutan Peri dari atas sembari mengedarkan pandangan ke seluruh hutan.

Tak jauh dari tempat terbang mereka, terdengar suara nyaring yang membuat Yang Mulia Kaisar Hamon mengerahkan kecepatan penuh ke lokasi tersebut. Tepat sebelum kuku monster itu menyentuh wajah Lady Diana yang sudah tersungkur, Yang Mulia Kaisar Hamon membelah dua monster tersebut dengan pedang miliknya. Kini, penampilan Yang Mulia Kaisar telah berubah total secara keseluruhan sihir penyamarannya telah terlepas.

Lady Diana yang masih marah akhirnya menolak tangan Yang Mulia Kaisar Hamon ketika dia menengadahkan tangan untuk membantunya berdiri. Tetapi, keputusan tersebut malah membuat dia menyalahkan dirinya sendiri sebab dia telah membuat Yang Mulia Kaisar Hamon menjadi tameng hidup ketika ada panah yang mengarah kepada Lady Diana.

"Yang Mulia!"

Masih setengah sadar, Lady Diana segera memapah Yang Mulia Hamon meski berat tubuhnya terasa dua kali lipat lebih berat dari tubuhnya sendiri. Dengan nada lirih, pria itu memanggil, Juno.

Lady Diana yang tanggap segera membantu menaikkan Yang Mulia Hamon ke atas Juno dan mereka pun terbang mencari tempat berteduh sementara karena hujan sudah mulai turun sedangkan kondisi Yang Mulia Kaisar Hamon sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Entah berapa lama Juno bisa bertahan dengan sihir pemanggilan.

Dari atas sana, Lady Diana melihat sebuah goa dan memutuskan untuk meneduh sembari menunggu hujan reda. Saat sudah turun, Juno membantu Lady Diana membawa Yang Mulia Kaisar Hamon ke bagian dalam goa. Dia melihat ngeri ke tempat di mana panah tersebut bersarang sebelum menarik panah tersebut dengan keberanian yang telah dikumpulkan.

Darah mengucur deras dan Lady Diana sigap merobek gaunnya untuk membalut luka Yang Mulia Kaisar Hamon. Sementara itu, dia menyimpan anak panah tersebut sebagai barang bukti. Dia kemudian mengambil perbekalan yang masih ada di atas tubuh Juno dan meminumkan susu yang dibawa Yang Mulia Kaisar tadi meski harus bersusah payah.

Akibat racun yang sudah mulai berefek di tubuh Yang Mulia Kaisar Hamon, pria itu menjadi lebih lemah dari seekor singa yang terluka. Mana besar yang berada di tubuhnya lah yang membuat dia setidaknya dapat bangun dan meminum seteguk susu pemberian Lady Diana setelah terbangun dari pingsan.

"Anda sudah bangun, Yang Mulia?"

Pria itu hanya menjawab dengan dehaman. "Anda baik-baik saja?" tanyanya sembari memegang bagian bahu sebelah kanan yang terkena anak panah.

Lady Diana yang entah mengapa menjadi sangat marah dan kesal tetapi air mata malah jatuh dari kedua kelopak mata yang indah itu. Melihat hal tersebut, Yang Mulia Kaisar Hamon sertamerta mencoba menegakkan diri sembari menghapus air mata Lady Diana.

"Hei, jangan menangis."

"Dasar bodoh."

Tetapi, Yang Mulia Kaisar Hamon hanya terkekeh. "Anda bisa dihukum karena telah menghina Kaisar, My Lady."

"Anda tidak mungkin menghukum saya ...."

Sembari menahan sakit, Yang Mulia Kaisar Hamon masih berusaha tersenyum dan bercanda seraya berusaha menghapus air mata yang terus turun dengan sendirinya dari mata Lady Diana. Hatinya sungguh sakit melihat Lady yang dia cintai menjadi sedih seperti ini karena dirinya yang bodoh. Tetapi, demi keselamatannya, dia sangat rela bahkan jika itu harus mengorbankan dirinya sendiri.[]

99 Cara Membujuk PermaisuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang