Permaisuri Diana telah mendengar semua yang telah dialami Yang Mulia Kaisar dari mulutnya sendiri. Pun dia juga sudah merawat luka-luka yang dia dapatkan pada saat pertempuran tadi.
Sekarang ini, Yang Mulia Kaisar tengah berbaring di kamar tidur dan tak bisa menggerakkan tubuh sesuka hati. Dia sama sekali tak tahu bahwa efek samping dari batu sihir di jantung monster tersebut adalah ini.
"Pokoknya, kau tidak boleh memegang batu sihir itu, Diana," ucap Yang Mulia Kaisar memperingati Permaisuri Diana yang sedang menyeka keringatnya. "Sangat tidak boleh." Dia mempertegas. Sementara yang ditanya hanya mengangguk, mengerti.
Lagi pula, tubuhnya saja sakit-sakitan jadi mengapa dia harus menyiksa tubuhnya dengan memegang batu sihir itu? Dia terdiam, Yang Mulia saja yang sehat bisa tumbang seperti ini apakah kalau dia yang memegangnya dia bukan tumbang lagi malah ke alam baka?
"Ngomong-ngomong, bagaimana keadaan monster itu saat dia mencabut pedangmu dan lari?"
Mendengarnya bertanya seperti itu membuat Yang Mulia Kaisar menjadi semakin masam. Dia bahkan sedang terluka dan istrinya mengkhawatirkan Monster Merah?
Yang Mulia Kaisar tahu betul bahwa Permaisurinya itu sangat memikirkan cara untuk menghentikan kehancuran dunia tetapi dia juga perlu suntikan semangat agar otaknya ini berjalan lancar.
Yang Mulia Kaisar kemudian mendecak dan memalingkan wajah ke kanan. "Suamimu ini sedang sakit karena diserang oleh monster itu dan kau malah memperhatikannya?"
"Aku tidak memperhatikan monsternya. Aku hanya bertanya." Melihat tidak ada respons dari Yang Mulia Kaisar, Permaisuri Diana tersenyum kecil melihat bagaimana dia merajuk dan betapa dia sangat menggemaskan. Sekarang dia ingin menggodanya lebih lama lagi. "Hamon Quante de Adenium. Namamu sangat panjang."
"Sekarang kau memanggil Kaisar dengan sebutan nama ...."
"Mengapa? Kau kan suamiku."
Detik itu juga, Yang Mulia Kaisar Hamon menoleh kembali dan menatap Permaisuri Diana sembari memasang wajah datar. "Duduklah di sampingku," pintanya lemas. Mau tidak mau Permaisuri Diana menghela napas sebelum beringsut naik ke tempat tidur dan masuk ke dalam selimut. Dia duduk sangat dekat dengan Yang Mulia Kaisar sehingga pria itu dapat menyenderkan kepalanya di bahu sang istri.
"Sebentar saja, aku sangat merindukanmu, istriku."
"Baiklah. Jadi, bagaimana keadaanmu? Apa sudah mendingan?"
"Belum."
"Tapi, kau telah menyender kepadaku cukup lama."
"Lima menit lagi, istriku."
Permaisuri Diana mendengus dan melipat tangan di depan dada. "Jadi, bagaimana menurutmu tentang si Monster Merah?"
"Entahlah. Ini hanya opiniku saja tetapi sepertinya Monster Merah yang membuat monster-monster di Hutan Terlarang menjadi aneh dan bermutasi. Sebab, ketika kami ingin kembali hanya ada si Monster Merah tersebut yang menghadang tanpa diikuti oleh monster lainnya. Seperti yang kau tau, monster terkadang berkelompok dan mengikuti siapa yang paling kuat. Mereka sungguh berbeda dengan monster yang pernah kita lawan dulu di Hutan Terlarang."
"Kalau begitu, kita harus segera menghancurkan jantung si Monster Merah." Kemudian dia berpaling kepada Yang Mulia Kaisar sembari tersenyum. "Kau pasti bisa sebab kau adalah orang yang ditakdirkan."
"Kau mempercayai itu?"
Permaisuri Diana mengangguk.
"Baiklah, kalau begitu aku minta jatah malam ini untuk melakukan pembasmian besok." Yang Mulia Kaisar bangun dari posisinya menyenderkan kepala dan beralih menatap Permaisuri Diana dengan tatapan bahagia. Dia kemudian memposisikan dirinya untuk berada di atas Permaisuri Diana.
"Tunggu, dulu. Bukankah tubuhmu sakit?"
Yang Mulia Kaisar mengiyakan. "Tapi, jatahku untuk malam ini harus kuterima."
Malam yang panjang itu pun lewat begitu saja. Matahari di ufuk Timur sudah menandakan sinyalnya untuk segera muncul ke permukaan. Sementara itu, Permaisuri Diana masih terlarut dalam mimpi bersama selimut yang menggulung dirinya. Yang Mulia Kaisar lantas merapikan anak rambut Permaisuri Diana yang membuat wanitanya terusik. Lantas dia mengelus pelan pipi Permaisuri Diana dan membangunkannya.
Dia memajukan wajah dan berbisik di telinga Permaisuri Diana. "Sayang, aku akan pergi. Ayo bangun." Kemudian dia memakai kembali baju tidur yang terjatuh di lantai bersamaan dengan terbukanya mata Permaisuri Diana. Dia tersenyum sebelum bangun dan menatap wajah sang suami.
"Hati-hati."
"Jangan khawatir, aku akan segera kembali."
Pasukan yang dipimpin oleh Yang Mulia Kaisar bersama dengan Duke of Astello berhasil memasuki Hutan Terlarang dengan aman. Sejauh ini mereka belum menemukan satu pun monster yang muncul. Mungkin, akibat serangan kemarin, monster-monster menjadi lebih waspada dan berhati-hati.
Duke of Astello telah mengetahui apa yang menimpa Yang Mulia Kaisar kemarin. Walaupun dapat disembuhkan dengan sihir dan mana Yang Mulia Kaisar, luka itu termasuk luka yang parah. Namun, entah mengapa Yang Mulia Kaisar terlihat lebih segar dari kemarin-kemarin. Apakah sesuatu tanpa sepengetahuannya telah terjadi?
Mereka akhirnya sampai juga di tempat di mana Yang Mulia Kaisar diserang. Duke of Astello segera mengamati tempat itu bersama dengan Devior. Terkadang kepekaan tangan kanan Duke tersebut lebih tinggi dari siapa pun. Untuk itu, dia menjadi wakil Komandan hari ini dalam pasukan gabungan yang dipimpin langsung oleh Yang Mulia Kaisar Hamon.
"Ada mana aneh yang terdapat di sekitar sini," ucap Yang Mulia Kaisar tiba-tiba. Dia kemudian memberi kode kepada semua pasukan untuk bersikap siaga sebab barangkali Monster Merah muncul lagi di tempat ini seperti waktu itu.
Sebab dia mengerti bahasa manusia, maka pada saat rapat sore hari kemarin, mereka setuju menggunakan kode jika terdapat atau merasakan sesuatu yang aneh. Perkataan Yang Mulia pun dibalas anggukan oleh Devior yang merasakan perasaan yang sama.
Semakin dekat, perasaan mana yang kuat dapat Yang Mulia Hamon, Duke of Astello, dan Devior rasakan. Semua pasukan mengambil posisi siaga satu yang berarti siap menyerang.
Kali ini, mereka semua akan menargetkan kaki dan jantung untuk melumpuhkan monster tersebut. Asalkan sang monster bisa jatuh atau ambruk, akan lebih mudah untuk menusuk jantungnya. Tetapi, itu tak semudah yang diperkirakan sebab hal yang mereka takutkan pun terjadi. Semua strategi mereka digagalkan oleh Monster Merah.
Kali ini, tidak ada tanda-tanda bahwa dia membawa rekan monsternya karena mungkin akibat luka kemarin yang belum sembuh. Namun, disitulah letak kesempatan Yang Mulia Kaisar untuk menusuknya sekali lagi. Biar bagaimanapun, hari ini, dia harus membunuh monster itu yang membuat Permaisurinya kelelahan dan sakit-sakitan.
"Matilah, sialan!"
Yang Mulia Kaisar menggunakan mana besar lalu menyalurkannya ke pedang untuk menusuk jantung Monster Merah. Sayangnya, serangan tersebut gagal sebab ditangkis olehnya. Sekali lagi mencoba, pedang berhasil tertancap dan menembus jantung monster tersebut.
Yang Mulia Kaisar segera melompat untuk menghindari ledakan mana yang saling beradu. Hasil dari serangan Yang Mulia berujung pada sebuah cahaya yang menggetarkan daerah di sekitarnya. Hal tersebut membuat para pasukan segera menghindari wilayah tersebut sebelum terjadi ledakan besar.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
99 Cara Membujuk Permaisuri
FantasíaThe Best Gift From Me to You: Book #2 Kaisar Adenium dari generasi ke generasi dikenal sebagai sebuah legenda peperangan. Terutama, sejak kepemimpinan mendiang Kaisar Sebelumnya-Altair de Adenium-yang memiliki julukan iblis berdarah dingin. Akan tet...