Count of Philip merasa terdesak dengan kehadiran Duke of Astello yang tiba-tiba datang ke rumah. Raut wajahnya seketika berubah ketika Duke of Astello memperlihatkan kelicikan yang dilakukan oleh Count of Philip termasuk penggelapan dana pajak yang dipungut di wilayah kekuasaan pria tua itu.
Dia kelabakan melihat kertas yang secara sengaja dibuang dan jatuh berhamburan di udara memperlihatkan nominal angka yang tidak sedikit.
"Count of Philip, kau ditangkap atas penggelapan dana pajak, kenaikan harga alat sihir yang terlalu tinggi, dan memperkerjakan anak di bawah umur. Kau boleh tetap diam dan memanggil pengacara selama proses penyelidikan apapun. Tetapi, itu tak kan membuahkan hasil," tukas Duke of Astello sembari memberi kode kepada ksatria istana untuk menangkap Count of Philip.
"Selain itu, kau juga memfitnah adikku tanpa bukti. Semua kesalahanmu tidak akan cukup dengan dirimu yang membusuk di penjara bawah tanah dan pencabutan gelar kebangsawanan serta penyitaan harta keluarga."
Dia menatap Count of Philip dengan tatapan tajam yang telah dipegang kedua tangannya erat oleh ksatria kekaisaran. "Bawa dia."
Count of Philip beserta istri dan kedua anaknya dibawa paksa oleh ksatria kekaisaran. Mereka memberontak tetapi pegangan ksatria di kedua lengan bagian atas masing-masing terlalu kencang sehingga usaha yang mereka lakukan pun menjadi sia-sia. Kemarahan Duke of Astello tidak sampai di situ saja ketika mengingat bagaimana adiknya difitnah.
Mengeluarkan pedang dari sarung, dia menghancurkan barang-barang yang ada di kediaman Count. Membelah dua lukisan; Menghancurkan patung dan tembok rumah; Menendang vas bunga dan dekorasi lain; Membakar habis gaun istri dan putrinya.
Semua dia lakukan untuk memuaskan dahaga kemarahan yang ada dalam hati meskipun itu saja belum cukup.
"Kakak, sudah hentikan!"
Seseorang yang berteriak tak lain adalah Lady Diana yang berlari menuju kediaman Count setelah mendengar bahwa sang Kakak menjadi ketua dalam penyelidikan Count of Philip.
"Diana."
Yang dipanggil lantas menggaet lengan Duke of Astello sebelum dia benar-benar terlambat bertindak menghentikan kehebohan yang dilakukan Kakaknya. "Ayo kita pulang. Jangan menghabiskan tenaga yang tidak perlu di tempat ini."
"Tetapi—"
"Count of Philip beserta keluarganya telah ditangkap. Yang aku perlukan adalah uang dari hasil penjualan properti milik Count, bukan Kakak yang merusak rumah indah ini!"
Sementara yang diomeli hanya terbahak sebelum berjalan duluan melewati sang adik yang masih misuh-misuh tidak jelas karena perbuatannya. "Ayo." Lady Diana pun mengikut di belakang sang Kakak dan memegang tangannya saat memasuki kereta kuda.
"Pakaian Kakak rapi. Habis ini mau ke mana?"
"Istana. Ada yang harus kulaporkan mengenai para monster sekaligus si brengsek tua bangka itu," balasnya dengan nada kesal. "Kau juga pulanglah langsung ke rumah dan jangan dulu ke toko alat tulis sebelum persidangan selesai."
"Baik, Kak."
Kereta Astello tiba di kediaman sebelum beranjak menuju istana kekaisaran. Lady Diana menatap kepergian sang Jakak sebelum masuk ke dalam mansion. Hari ini pasti sangat sepi, pikirnya.
Dia pun melangkahkan kaki menuju kamar tidur diikuti oleh Anne, pelayan pribadinya. Rencananya, dia hanya akan membaca novel di dalam kamar sembari memakan cemilan dan meminum teh hangat.
Sementara itu, sesampainya di ruang kerja Yang Mulia Kaisar Hamon, setelah memberi salam Duke of Astello memulai laporannya mengenai para monster yang telah dia basmi bersama pasukan di bawah kendali Duke.
Laporan tersebut mengatakan bahwa para monster memiliki mata yang sangat merah dan terasa mana aneh keluar dari dalam tubuh mereka. Hal tersebut sangat berbeda dengan tahun lalu saat pembasmian monster yang juga dipimpin Duke of Astello yang menandakan memang ada sesuatu yang berbeda dari para monster tahun lalu dan para monster tahun sekarang.
"Kalau begitu, apa yang dikatakan oleh Lady Diana tidak menutup kemungkinan akan benar-benar terjadi. Kita harus mencegah hal tesebut bagaimana pun caranya," tandas Yang Mulia Kaisar Hamon. "Saat ini, Lady Diana sedang mengusahakan penemuan dua jiwa yang saling mencintai begitu pula denganku."
Duke of Astello menaikkan satu alis. "Jadi, apa kau sudah menemukan belahan jiwamu?"
"Bukankah sudah jelas?"
"Apanya?"
"Aku sudah menemukan orangnya."
"Lalu, siapa dia? Apa dia orang yang kukenal?"
Yang Mulia Kaisar Hamon mengangguk antusias. "Ya, dia Lady Diana."
Brak!
Duke of Astello menggebrak meja kerja Kaisar yang hanya direspons orang itu dengan tersenyum kikuk. Jauh-jauh hari dia telah menyiapkan mental untuk hari ini. Tetapi, tetap saja apa yang dia bayangkan ternyata lebih mengerikan dari kenyataannya. Perlakuan sang calon saudara ipar ternyata sangat buruk.
"Jangan bercanda," katanya sembari menekan setiap kata.
"Aku tidak pernah bercanda."
Tatapan itu sudah seperti menembus jantung Yang Mulia Kaisar Hamon sementara yang bisa dia lakukan hanyalah menunggu sang Duke untuk merespons perkataannya.
Sedangkan yang ditunggu-tunggu hanya menatap tajam Yang Mulia Kaisar Hamon seakan menilai apakah dia sungguh cocok untuk bersanding dengan Lady Diana. Tentu saja Yang Mulia Kaisar Hamon tidak punya pilihan lain selain menyiapkan kata-kata yang mampu membuat kemarahan sang Duke di hadapannya ini lenyap.
"Aku sungguh-sungguh mencintainya, sobat. Tak bisakah kau memberiku kesempatan untuk mendekati dan meluluhkan hatinya?"
Dia mendengus sebelum menoleh ke samping seraya melipat kedua tangan di depan dada. "Jadi, dia belum membuka hatinya untukmu, ya?"
"Benar."
Duke of Astello kemudian menoleh kembali memandang Yang Mulia Kaisar Hamon. "Baiklah. Jika adikku tidak ingin maka jangan memaksanya. Kau tau benar sifatku jadi tak peduli jika kau seorang Kaisar saat ini atau bukan, aku takkan pernah membiarkanmu lolos begitu saja kalau kau sampai memaksanya atau membuat dia menangis."
Yang Mulia Kaisar Hamon menghela napas lega. Rasanya seakan dia telah diberi lampu hijau meskipun sebenarnya ini hanyalah berupa lampu kuning. Tetapi, itu saja sudah cukup untuk membuatnya sedikit merasa bahagia karena telah diberikan kesempatan sekali lagi.
"Baiklah, kalau begitu kita kembali ke inti pembicaraan kita sebelumnya. Mengenai monster itu, kita akan melakukan pembasmian sekaligus penyerangan untuk persiapan rencana cadangan jika itu benar-benar perlu dilakukan. Oleb karena menurut Lady Diana, bahwa akulah yang ditakdirkan untuk menghentikan kehancuran dunia, maka ketika Lady Diana benar-benar tidak menginginkanku maka aku rela untuk mencari wanita lain dan akan belajar untuk mencintainya."
"Kau yakin bisa merelakannya begitu saja?" selidik Duke of Astello. "Pasalnya, tak semudah itu untuk merelakan seseorang pergi." Sebab dia telah merasakannya ketika mendiang Yang Mulia Putri Elora hadir dalam kehidupannya. "Seperti Princess Elora."
"Aku paham. Tetapi, ini adalah takdirku."
"Dan kau harus paham bahwa kita tak punya banyak waktu.
Yang Mulia Kaisar Hamon terdiam cukup lama sebelum mengiyakan perkataan Duke of Astello. "Kau benar."
Dalam lubuk yang paling dalam dia berniat untuk melakukan segala cara agar dapat meluluhkan hati Lady Diana sebelum kehancuran dunia benar-benar terjadi. Ini bukan hanya sebuah tujuan demi menyelamatkan dunia tetapi dia sungguh mencintai Lady Diana.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
99 Cara Membujuk Permaisuri
FantasíaThe Best Gift From Me to You: Book #2 Kaisar Adenium dari generasi ke generasi dikenal sebagai sebuah legenda peperangan. Terutama, sejak kepemimpinan mendiang Kaisar Sebelumnya-Altair de Adenium-yang memiliki julukan iblis berdarah dingin. Akan tet...