Awal Dari Sebuah Pertemanan
"Baik Dika, ini adalah hari pertama mu bekerja di sini." Ucap Pak Frank yang baru keluar dari ruangan nya.
"Siap Pak! Mohon bantuan nya."
Sore ini Aku melakukan hal yang belum pernah ku lakukan sebelum nya, yaitu menjadi pekerja magang. Pak Frank langsung membawa ku kedapur dan mempertemukan ku dengan kepala koki disini. Tampan dan berkharisma adalah kata pertama yang terbesit di pikiran ku saat ku melihat sang kepala koki ini."Perkenalan kan, ini adalah kepala koki kita. Mulai hari ini, kamu akan sering bantuin dia ya Nak Dika." Ucap Pak Frank Memperkenalkan ku.
Ia berjabat tangan dengan ku, "Perkenalkan nama saya Rafi Pratama, kamu bisa manggil saya chef Rafi." Ucap nya dengan ramah.
"Baik Chef, mohon kerja sama nya." jawabku dengan senyum tulus. Tampaknya Chef Rafi adalah sosok yang ramah dan santai.
Pak Frank melanjutkan, "Baguslah. Chef Rafi akan memberimu panduan dan pengarahan mengenai tugas-tugasmu di dapur. Cobalah untuk belajar sebanyak mungkin dari pengalamannya."
Kami berdua mulai berbincang tentang rencana pekerjaan dan bagaimana tugas-tugas magangku akan diatur. Chef Rafi dengan sabar menjelaskan prosedur, tugas-tugas yang harus ku lakukan, dan memberi nasihat mengenai bagaimana bekerja dengan efisien di dapur.
Selama beberapa jam pertama, Chef Rafi tetap mendampingiku, menjelaskan berbagai hal dengan detail dan memberikan contoh langsung. Dia sangat terbuka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaanku dan selalu memberi pujian ketika aku berhasil menyelesaikan tugas-tugas dengan baik.
"Seperti ini Chef?" Tanya ku kepada nya saat aku membuat sebuah Dessert pisang coklat yang diatas nya di taruh sebuah buah cherry merah yang nikmat dan di sekeliling nya di tambahkan cream.
"Hmm bagus sekali, kamu memang berbakat membuat Dessert ya? Bagus, bagus lanjutkan usaha mu. Aku yang akan bertugas membuat Appetizer dan Main Course." Ucap nya memberi apresiasi kepada ku.
"Terima kasih chef, aku sangat bahagia dengan pujian anda."
Kemudian Dessert itu aku suguh kan kepada pelanggan yang memesannya, ternyata yang memesan adalah seorang ibu dengan anak nya. Cafe ini sedang ramai, suasana cafe sangat tenang dan nyaman dengan diiringi oleh nada-nada piano yang dimainkan gadis itu. Aku datang di hadapan nya dengan senyum di wajah ku, kemudian aku taruh makanan itu di atas meja dan kemudian aku mengatakan.
"Selamat menikmati makanan penutup ini." Ucap ku kepada mereka berdua.
"Terima kasih nak, kamu anak baru ya? Kaya belum pernah liat." Tanya ibu itu kepada ku
"Oiya bu, kebetulan saya baru aja di terima." Jawab ku dengan ramah dan juga senyum di wajah ku.
Ibu tersebut tersenyum, "Oh, begitu ya. Semoga kamu bisa beradaptasi dengan baik di sini."
"Amiin, terima kasih bu." jawabku sambil memberikan senyuman ramah.
Aku melihat ibu dan anaknya dengan penuh perhatian, berharap bahwa makanan yang telah aku sajikan akan membuat mereka senang. Setelah beberapa saat, mereka selesai menikmati dessert tersebut. Ibu itu tersenyum dan mengangguk ke arahku.
"Rasanya enak sekali, Nak. Kamu memang memiliki bakat dalam membuat makanan," katanya dengan tulus.
"Sangat senang mendengarnya, bu. Jika kalian puas, itu membuat saya bahagia," jawabku dengan rendah hati.
Tiba-tiba, Chef Rafi datang ke meja tersebut. "Bagaimana semuanya? Apakah makanannya memuaskan?" tanya Chef Rafi dengan ramah.
"Iya, Chef. Dessert ini enak sekali!" sahut ibu tersebut dengan antusias.
"Saya senang mendengarnya. Terima kasih sudah mencicipi makanan dari dapur kami," ucap Chef Rafi sambil tersenyum.
Setelah berbincang sejenak dengan ibu dan anak tersebut, Aku dan Chef Rafi kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya. Aku merasa senang dan bangga bisa membuat makanan yang disukai oleh pelanggan. Ini adalah awal yang baik dalam karir magangku di kafe ini.
"Nah bagaimana? sudah merasakan hal yang sama seperti ku Dika?"
"Maaf chef, maksud anda apa ya?"
"Ya gitu, ketika seseorang menikmati masakan kita. Pasti ada sesuatu yang membuat kita senang, ya itu yang aku alami selama ini."
"Kau benar chef, melihat mereka menikmati masakan kita adalah sebuah sesuatu yang membuat ku senang."
Akhirnya waktu istirahat pun tiba, Aku dan Chef Rafi pun pergi ke ruang istirahat karyawan. Didalam ruangan istirahat, sudah ada gadis pianis bersama pelayan yang ada di bar sedang beristirahat.
"Oh hai kalian berdua! hari ini sangat lelah ya." Sahut gadis pelayan yang ada di bar.
"Ha, oiya kalian berdua belum mengenal kan nama kalian berdua loh." ucapkan chef Rafi
"Kau benar, hallo nama ku Rara Dewi Wulandari. Panggil aja Kak Rara," Ucapnya dengan ramah tersenyum manis terlukis di wajah nya. "Hey ayo lah, perkenalakan dirimu juga."
"Hmmph, buat apa aku berkenalan dengan orang yang masuk ke ruangan wanita." Ucapkan gadis dengan nada sinis dan juga menolehkan pandangan nya ke arah jendela.
"Apa benar begitu Dika?" Tanya chef Rafi.
"Bukan seperti itu chef, aku cuma salah masuk ruangan saja tadi." Jelasku kepadanya.
"Baiklah, ceritakan kepada kami." Ucap chef Rafi
"Hey! Buat apa kalian mendengarkan cerita bodoh seperti itu. Lupakan saja tentang itu, nama ku Nadia Pramudita puas?" Ucap Nadia dengan nada marah.
Kemudian Pak Frank membuka pintu dan langsung menenangkan kami.
"Ada apa semua ini, tenang lah Nadia dia kan anak baru disini jadi tolong maaf kan dia. Semua orang juga pernah melakukan kesalahan, seperti kau minggu lalu yang merusak Tuts yang membuat nya di service."
"Maaf kan aku pak..." Ucap nya menyesal dan menundukan pandangannya.
"Hal yang sudah berlalu, biarlah berlalu..." kata Pak Frank dengan lembut, mencoba menenangkan situasi.
Nadia mengangguk dengan ekspresi penyesalan. "Baik, Pak Frank. Aku minta maaf atas sikapku tadi."
"Baiklah, sekarang semuanya sudah baik-baik saja. Mari duduk dan beristirahat sejenak," kata Chef Rafi dengan senyuman, mencoba untuk meredakan ketegangan.
Kami semua duduk di meja di ruang istirahat, suasana agak tegang awalnya, tetapi seiring waktu, canda dan obrolan ringan mulai mengisi ruangan. Nadia pun tampak lebih santai dan berusaha berbicara dengan lebih ramah, ikut tersenyum dan berbicara dengan hangat kepada semua orang.
"Aku senang bisa bekerja di sini. Cafe ini begitu nyaman dan memiliki atmosfer yang baik," Ucap ku dengan rasa antusias. "Terlebih dengan diiringi nada piano yang lembut membuat cafe ini semakin nyaman." Sambungku.
"Ya kau benar Dika, cafe ini sudah berubah sejak pertama kali aku disini. Benar begitu Pak Frank?"
"Well, kau benar Rara. Tempat ini sudah banyak berubah sejak kematian ayah ku, namun seperti nya jika beliau ada disini mungkin ia bangga melihat kita."
"Aku yakin seperti itu Pak, kita ini seperti bahan masakan. Yang berada di sebuah dapur yang harmonis seperti resep yang sempurna, semua bahan harus saling berbaur.
Kami semua setuju dengan perkataan Chef Rafi, dan suasana semakin nyaman di ruang istirahat. Kami bercerita tentang diri kami masing-masing, tentang bagaimana kami berada di kafe ini, dan berbagi pengalaman kami selama bekerja di sana. Rara memiliki cerita lucu tentang pelanggan yang terlalu banyak bertanya tentang menu, sedangkan Nadia menceritakan tentang momen-momen unik dengan para pelanggan yang meminta request.
"Sekarang aku merasa lebih lega. Awalnya aku khawatir kita tidak akan bisa berdamai setelah insiden tadi," kata Nadia sambil tertawa.
"Semua orang bisa membuat kesalahan, yang penting adalah bagaimana kita mengatasinya dan berusaha memperbaikinya," ucap chef Rafi.
Kami nikmati akhir waktu istirahat dengan obrolan dan canda tawa, sebelum kami bekerja kembali. Bekerja menjadi sebuah pelajaran tambahan yang aku dapat selain di sekolah, Aku sangat senang bisa bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until You Look At Me!
RomanceSinopsis : Seorang pemuda yang pemalu dan lemah sedang mengalami pembullyan di kantin sekolah. Namun, datang lah seorang gadis pemberani melindunginya seperti ksatria penyelamat. Gadis itu membuat hati pemuda itu terpicut, dengan keberaniannya. Ga...