Mendekor Panggung
Persiapan Festival Sekolah sudah berada di ujung persiapan, maka dari itu demi mengurangi beban dari punggung ku. Dengan terpaksa aku mengambil Izin untuk tidak bekerja selama persiapan sampai Festival itu tiba, karena aku tidak mungkin berada di dua tempat sekaligus di waktu yang sama.
Untuk membuat izin, sekarang aku sedang berada di tempat percetakan(Print) untuk mengambil selembar surat izin tak masuk bekerja agar Pak Frank mengetahui kenapa aku tak masuk bekerja kemarin. Tak hanya memberi surat izin, aku juga ingin memberi selembaran undangan khusus dari Kak Rizka agar sekira nya Pak Frank bisa datang ke Festival Sekolah.
Aku duduk di depan meja percetakan, mengisi formulir izin dengan cepat. Pikiranku melayang pada Festival Sekolah yang akan segera dimulai. Aku benar-benar berharap Pak Frank bisa datang dan melihat hasil kerja keras kami.
Setelah menyelesaikan formulir izin, aku menyiapkan undangan khusus yang telah disiapkan oleh Kak Rizka. Undangan itu dirancang dengan sangat cantik, dihiasi dengan gambar-gambar yang merepresentasikan festival sekolah. Aku ingin memberi undangan ini langsung ke tangan Pak Frank agar dia merasa dihargai dan diundang secara khusus.
Setelah selesai, aku membayar biaya percetakan dan segera meluncur ke cafe untuk bertemu dengannya. Hatiku berdebar-debar, aku takut Pak Frank merasa tidak senang karena aku mengambil izin. Namun, aku percaya bahwa ini adalah keputusan yang tepat. Aku membutuhkan waktu untuk fokus pada Festival Sekolah dan memastikan semuanya berjalan lancar.
Setelah tiba di cafe aku cepat cepat menuju ruangan Pak Frank, aku mengetuk pintu dengan hati-hati. Dia membukakan pintu dengan senyum ramah di wajahnya. "Ada apa, Dika?" tanyanya.
Aku memberikan surat izin dan undangan khusus dengan hati-hati. "Pak Frank, saya ingin memberi tahu bahwa saya tidak bisa bekerja sementara waktu karena persiapan Festival Sekolah. Saya juga ingin mengundang Pak Frank ke acara tersebut."
Pak Frank membaca undangan dengan senyum mengembang di wajahnya. "Terima kasih, Dika. Saya pasti akan datang. Well Saya bangga punya seorang pekerja keras seperti kamu di kafe saya. Semoga acara festival berjalan sukses, semangat!."
Senyum lega terukir jelas di wajah ku, Aku merasa dihargai dan didukung oleh Pak Frank. Setelah berbicara sejenak dengan Pak Frank, aku kembali ke sekolah lagi dengan perasaan puas. "Terima kasih atas dukungan nya pak, kalau begitu saya pamit ."
Karena membuat panggung tak segampang mendesainnya, aku merasakan semangat yang membara. Tugas dekorasi panggung jatuh padaku dan Kak Rizka. Dia adalah sosok yang sangat berpengalaman dalam seni dekorasi, dan aku merasa beruntung bisa belajar darinya. Seseorang seperti Kak Rizka memang cocok menjadi ketua OSIS, Dia kakak kelas yang baik.
Namun tiba-tiba Kak Rizka mendapat panggilan dari Safira lewat telepon, lalu Kak Rizka tersadar bahwa ia adalah ketua pelaksana yang harus memimpin pertemuan. Sebelum sempat diangkat, panggilan itu sudah di matikan. Karena ia sadar sudah ada yang menunggunya , ia cepat-cepat menarik tangan ku untuk ikut bersama nya ke pertemuan tersebut.
"Kak Rizka? ada apa? Apa ada sesuatu yang salah sampai kita buru-buru seperti ini Kak?" Ucap ku tergesa-gesa.
"Iya, hari ini kan ada pertemuan buat persiapan Festival Sekolah. Jadi jangan banyak ngomong dulu ya, ayo cepat lari Dika!"
Kami berdua berlari menuju aula sekolah dengan hati yang penuh semangat. Setiap langkah yang kami ambil adalah bagian dari keseriusan kami dalam menjalankan tanggung jawab kami sebagai panitia dekorasi untuk Festival Sekolah. Meski hati kami berdebar, kami tahu bahwa pertemuan ini adalah pertemuan yang menjadi langkah kedua setelah persiapan.
Ketika kami tiba di aula, suasana sudah sangat ramai. Para panitia dari berbagai bidang sibuk mengatur detail terakhir, Lalu terlihat Safira yang sedang kesal menatap layar ponsel karena panggilan telepon yang tak di balas oleh Kak Rizka.
Lalu akhirnya ia segera menghampiri Kak Rizka dan Dika. "Kak Rizka tau kan rapat nya udah di mulai dari tadi? Kenapa gak langsung ikut rapat nya?" ujar Safira dengan suara tegas namun serasa gelisah.
"Maafkan kami, Safira. Kami baru aja memantau bagian panggung dan membeli beberapa bahan tadi, jadi mari kita lanjutkan pertemuan ini." Ucap Kak Rizka memohon maaf kepada Safira.
Kak Rizka menuntun ku menuju keatas podium, anggota OSIS yang bertugas di sekitar podium aula segera mencari bangku untuk aku duduk. Kemudian dengan lantang ia berbicara di depan semua orang yang hadir disini.
"Maaf atas keterlambatan yang saya lakukan, sebagai ganti nya mari kita lanjutkan pembahasan kita hari ini!"
Dengan tatapan penuh semangat, Kak Rizka memimpin rapat persiapan terakhir untuk Festival Sekolah. Aku duduk di bangku, mengamati setiap reaksi dan mendengarkan setiap kata yang diucapkan. Safira juga duduk di barisan yang sama, wajahnya tampak serius, menunjukkan betapa pentingnya persiapan ini baginya sembari ia juga mencatat hal penting dari pertemuan ini.
Kak Rizka membagikan lembaran tugas terakhir kepada masing-masing anggota panitia. Dia menjelaskan dengan jelas apa yang diharapkan dari setiap divisi, memberikan motivasi kepada kami untuk memberikan yang terbaik dalam acara ini.
"Kita semua telah bekerja keras, dan sekarang saatnya untuk menunjukkan hasilnya. Festival Sekolah ini adalah milik kita semua, dan bersama-sama, kita akan membuatnya menjadi acara yang tak terlupakan," kata Kak Rizka dengan wajah yang sangat meyakinkan.
Ketika pertemuan hampir selesai, Safira tiba-tiba ia menghampiri Kak Rizka yang ingin mentanda tangani berkas terakhir.
"Kak Rizka, apakah Dika juga terlibat dalam persiapan festival?"
Kak Rizka tersenyum. "Iya, Safira. Dika adalah salah satu perwakilan kelas yang ku tunjuk langsung untuk jadi panitia, dan kami bekerja sama dalam memastikan festival ini sukses."
Setelah mentanda tangani berkas tersebut, Kak Rizka langsung menarik tangan ku untuk kembali ke area panggung yang belum 100% selesai. Namun sebelum aku kembali ke area panggung, aku ingin sekali mengobrol dengan Safira. Namun seseorang dari divisi lain memanggil Safira untuk mereka.
Terlihat jelas di wajah Safira bahwa ada sesuatu yang ingin di sampaikan kepada ku, hal itu juga terjadi pada ku. Aku ingin sekali berbincang dengan Safira sekali lagi, walaupun hanya menanyakan kabar. Acara ini menahan kami dan juga menjauhkan kami satu sama lain. Aku berharap setelah acara ini selesai, aku dapat berbincang dan dekat kembali dengan Safira.
Aku merindukan momen-momen saat aku berdua bersama Safira. Namun, keterbatasan waktu yang membuat kami berdua harus fokus pada tugas kami masing-masing. Ketika melihat Safira sibuk dengan panitia lain, aku merasa kesepian, walaupun berada di tengah keramaian. Dunia serasa hampa tanpa adanya, hari-hari tidak semangat ketika tidak berada di dekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until You Look At Me!
RomanceSinopsis : Seorang pemuda yang pemalu dan lemah sedang mengalami pembullyan di kantin sekolah. Namun, datang lah seorang gadis pemberani melindunginya seperti ksatria penyelamat. Gadis itu membuat hati pemuda itu terpicut, dengan keberaniannya. Ga...