Bab 9

1K 102 1
                                    

Brak

Jeongwoo meninju cermin di kamar mandi kamarnya. Meluapkan rasa frustasi yang tiba-tiba saja melandanya. Bahkan sangking frustasinya, darah yang mengalir dan rasa sakit akibat tangan yang meninju cermin kamar mandi sama sekali tak ia hiraukan.

"Bagaimana bisa.....Fuck ! "

Brak !

Sekali lagi Jeongwoo meninju cermin di hadapannya hingga hancur berkeping-keping.

"Pantas saja kau memiliki mata Jihoon hyung, Yoon Jaehyuk.." lirih Jeongwoo pada dirinya sendiri.

"Yoon....cih, realitanya kau juga Park." Ucap Jeongwoo sembari tertawa sumbang.

Ingatannya kembali melayang kala adegan ciuman mesra antara dirinya dan Jaehyuk terjadi begitu saja.

Jeongwoo mengusap surai hitamnya sedikit kasar. Tak dapat ia pungkiri bahwa sejak awal bertemu dengan namja cantik itu, hidupnya seperti terisi kembali. Merasakan kehangatan musim semi yang tak lagi muncul sejak kepergian orang tua dan sang adik.

"Akhiri perasaanmu sekarang Park Jeongwoo, atau kau akan mengecewakan Jihoon dan Hyunsuk hyung." Peringat Jeongwoo pada dirinya sendiri.

Sebenarnya, rasa frustasi bukan hanya terjadi pada Park Jeongwoo saja, Jaehyuk yang kini terduduk dilantai kamarnya juga tengah menahan berbagai gejolak emosi yang membaur menjadi satu.

Rasa rindu pada sang Appa, kekhawatiran akan keadaan sang eomma, dan...perasaan terpendamnya pada sosok yang seharusnya tidak ia cintai.

"Kau benar tuan muda, seharusnya aku menghiraukan peringatanmu waktu itu...." Lirih namja cantik, Yoon Jaehyuk. Ah, lebih tepatnya Park Jaehyuk.

Keduanya sama-sama tersiksa, namun saat ini mewujudkan tujuan dari alasan keduanya bersatu adalah yang utama. Dan baik Park Jeongwoo dan Yoon Jaehyuk, akan memilih untuk bersikap selayaknya tuan dan pengawal. Ya, setidaknya sampai keduanya selesai dalam urusan saling bantu membantu.

--00--

Markas Besar Zelos

Suasana makan malam di kediaman Watanabe kali ini cenderung cukup sunyi. Hal ini dipicu lantaran Watanabe Yedam yang mendiami seluruh anggota keluarga. Bahkan meski kini Yedam masih ikut makan malam bersama, namun aura yang dipancarkan sangat tidak bersahabat. Meski Yedam bukanlah anak kandung, tapi keluarga Watanabe sangat menyanyanginya sepenuh hati. Dan aksi berdiam diri yang dilakukan oleh Yedam adalah salah satu bentuk protes bahwasannya dirinya tidak menginginkan pertunangan antara dirinya dan Park Jihoon terlaksana.

" Yedam-ah...." Panggil sang Appa, Tuan Watanabe. Bisa Yedam lihat bahwa sang Appa berusaha menyampaikan sesuatu padanya.

" Saat pertunangan keluarga Hwang dan keluarga Choi, Appa sempat berbicara dengan tuan Hwang.....Hah, Sebaiknya lupakan perasaanmu pada pewaris Black Eagle itu, terimalah lamaran dari pewaris Wolf bane." Ucap sang Appa yang seketika membuat Yedam menjatuhkan sendoknya hingga terdengar bunyi "ting"

"Yedam sudah pernah berkata jika Yedam tidak akan pernah mau bersama dengan Jihoon hyung, Appa." Balas Yedam tak kalah tegas. Yah, Yedam memang terkenal anak yang dewasa, tegas namun juga memiliki sisi lembut dan kepedulian yang tinggi. Sehingga ketika ia merasa dipaksa melakukan hal yang tak dia inginkan, ia tidak akan segan untuk protes, meski kepada Appanya sendiri.

"Tidak bisa nak, Keluarga Hwang akan menjodohkan putri mereka dengan pewaris utama keluarga Kim." Mendengar itu, bukan hanya Yedam yang terkejut, namun juga haruto sang adik dan nyonya watanabe, sang eomma.

"Apa maksud Appa ?" tanya Yedam dengan tatapan menuntut penjelasan.

"Red Demon dan Black Eagle terbilang dekat, Yedam-ah, kita tidak bisa berbuat banyak jika memang keduanya akan saling bertunangan." Jelas sang Ayah yang membuat hati Yedam teriris.

BLACK ROSE (JEONGJAE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang