Bab 6. Firasat Buruk.

69 24 0
                                    

Kelanjutannya...



"Kemarin kamu dimana? apakah kau bolos sekolah?" tanya Joo So Min.

"Tidak," jawabku singkat sembari menundukkan kepala.

"Aku di rumah saja," imbuhku sedih.

"Orang tuaku meninggal. Aku tidak sanggup sekolah dalam keadaan kehilangan seseorang yang aku sayangi." jelasku seraya menundukkan kepala.

"Maafkan aku, aku tidak tahu." ungkap Joo So Min seraya memegang pundak Dita.

"Tidak apa-apa. Maafkan aku juga karena tidak memberimu kabar." ucapku.

"Aku menyesal," ucap Joo So Min.

"Menyesal kenapa?" tanyaku bingung..

"Menyesal karena membuatmu sedih." sahut Joo So Min seraya tersenyum paksa.

"Ahh sudahlah tidak apa-apa. Lagipula aku harus belajar tegar untuk menerima semua ini walaupun menyakitkan." ucapku sembari menahan tangis.

"Semua akan kembali kepada-Nya," ucap Joo So Min menggenggam tanganku.

Aku hanya merespon dengan senyuman lalu menundukkan kepala.

"Jadi, kau jangan merasa bersalah." ungkapku. Joo So Min tersenyum lega.

Genggaman hangat menyentuh tanganku. Iya, Joo So Min menggenggam tanganku begitu tulus.

"Walaupun sekarang kau anak yatim piatu, aku yakin kamu masih punya kerabat dekat yang akan menemanimu." tukas Joo So Min.

Aku tersenyum.

"Jangan merasa bahwa kamu hidup sendiri," sambung Joo So Min.

"Aku tidak merasa kesepian, karena ada kamu." ungkapku senang.

Tak lama Joo So Min pun melepaskan genggamannya lalu mengalihkan pandangannya.
Selang beberapa menit kemudian, Joo So Min kembali menatapku.

Diam sejenak...

"Dita, boleh aku bercerita?" tanya Joo So Min.

"Ceritalah," sahutku.

"Mungkin bagimu ini tidak penting. Tapi aku ingin sekali mengeluarkan unek-unekku yang melelahkan ini." ungkap Joo So Min dengan ekspresi menahan tangis.

Melihat gelagat Joo So Min seperti itu, spontan membuatku khawatir dengan keadaannya.

"Keluarkan saja apa yang ingin kau curahkan, selagi itu membuat perasaanmu lega." ujarku cemas namun harus tetap terlihat tenang dihadapannya.

"Kamu memang perlu berbagi cerita kepada orang yang kamu percayai," sambungku.

"Hmm..."

"Menurutmu, apakah aku seburuk itu?" tanya Joo So Min tanpa basa-basi.

"Tidak," jawabku tanpa berpikir panjang.

"Kau sama sekali tidak seburuk apa yang dikatakan orang tentangmu. Aku yakin kau orang yang sangat baik." imbuhku yakin.

"Jawab saja yang jujur. Kau tidak perlu membohongi dirimu sendiri tentang aku." tukas Joo So Min.

"Aku tidak berbohong. Aku sangat nyaman dengan keadaanmu kapanpun itu." jawabku jujur.

"Kamu bicara seperti ini karena aku teman satu-satunya yang kau punya, kan?" tanya Joo So Min mengintimidasi sembari menahan tangis.

"Hei! Sejak kapan aku menanggapmu musuh?" tanyaku heran.

"Sejak bertemu denganmu, aku merasa berbeda." tukasku.

"Berbeda apa maksudmu?" tanya Joo So Min bingung.

School 2023Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang