Bab 13. Terimakasih, Kawan.

48 15 5
                                    

Happy Reading❤


"Hey!!!"

"Tidakk!!!" teriak seorang siswa itu.

secepat mungkin, seorang siswa itu berlari menghampiri seorang siswi yang sebentar lagi akan menjatuhkan dirinya menembus danau dangkal tersebut.

"Uugghhh!!"

Entah darimana asalnya lelaki muda ini datang, yang dengan sigap dia meraih tubuhku sehingga aku dan dia terhempas secara bersamaan, kami terjatub diaspal jalan raya yang kebetulan jalan tersebut sepi.

Diam sejenak...

"Hey!! lepaskan aku!" bentakku

"Tidak! aku tidak akan membiarkanmu melakukan hal bodoh ini!" tegur seorang siswa sembari memeluk Dita dari belakang.

"Pergi sana!! Uugghhh!!" bentakku. Dengan sigap aku mendorongnya secara kasar.

"Aarrkkhhh!!" pekik siswa itu kesakitan.

Langkahku kembali bergegas menaiki pagar pembatas jalan, tiba-tiba...

"Jangan lakukan itu bodoh!" tegurnya keras.
spontan siswa yang belum diketahui namanya itu bangkit kembali lalu segera menggapai seorang siswi ber-name tag Dita Karang.

"Arrkkhh!!" lirihku dan dia serempak.

"Hey!! kasar sekali kau dengan perempuan hah!" bentakku kesal sambil menggepalkan tanganku.

"Aku tidak akan kasar jika kamu tidak melakukan hal bodoh ini!" ucapnya.

"Kau!"

"Kau tak ada bedanya dengan mereka!!!" sindirku kesal sembari menahan tangis.

"Tak ada beda dengan siapa?" tanyanya dengan gaya menantang sambil menatap Dita tajam.

"Ka.. kau!" ucapku seketika gugup.

Seketika air mataku mengalir kembali dengan derasnya. Kumenangis sejadi-jadinya, menuntut keadilan dalam hidupku yang sedangku jalani ini.

"Menangislah," ujar siswa itu.

"Menangislah jika itu membuatmu lebih tenang." imbuhnya sembari memegang pundak Dita.

Aku tidak bisa berkata apapun selain menangis. Hatiku hancur, sakit dan lelah untuk melanjutkan hidup ini. Aku sudah tidak tahan lagi.

Siswa yang belum diketahui namanya itu hanya menatap Dita dengan tatapan sedih sekaligus kasihan.

Saat suasanaku jauh lebih tenang, akupun beranjak lalu menghampiri seseorang yang memakai seragam sekolah.

"Apa?" tanyanya dingin.

Kuhela nafas lalu menghapus air mataku.

"Mengapa kau membantuku?" tanyaku to the point.

"Hey!! pertanyaan macam apa ini? memangnya salah aku menolongmu?" tanyanya balik dengan nada kesal sekaligus heran.

"Aku merasa aneh saja," sahutku.

"Pasalnya, tidak ada orang yang benar-benar tulus membantukku," imbuhku seraya menundukkan kepala.

"Kecuali kamu," timpalku sembari menatapnya kembali.

Spontan dia membalas menatapku. Entah mengapa hatiku berdebar saat dia menatapku seperti itu. Sungguh ini membuatku merasa aneh, tatapannya membuat jantungku berdebar kencang.

Beberapa menit kemudian...

"Hei!" tegurnya.

Seketika lamunanku buyar saat dia menepuk tangannya tepat diwajahku.

School 2023Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang