Bab 2. Kabar Duka.

111 31 0
                                    

*Happy reading everyone*
.
.
.
.
.
.
.

Draftop. Ya, draftop adalah tempat paling ternyaman untuk menyendiri. Walaupun area draftop adalah tempat yang rentan akan bahaya, tetapi aku sangat nyaman ditempat ketinggian ini.

"Mengapa hidupku seperti ini Tuhan?" batinku bertanya seraya menatap langit dengan wajah yang sendu.

Seketika air mata kembali menetes.

"Apakah Engkau melahirkanku ke dunia ini untuk memberikan penderitaan?" tanyaku lagi.

"Kuberharap penderitaan ini cepat berakhir," tukasku pasrah sembari menundukkan kepala.

Aku menundukkan kepalaku sambil melayangkan kedua kakiku dengan posisi duduk namun kaki tidak menyentuh tanah.
Tanpa sengaja, aku melihat dari kejauhan ada seorang siswi melamun, berdiam diri tepat disisi draftop.

"Oh tidak!" pekikku panik dan bergegas menghampiri siswi itu.

Overthingking pun melanda, pikiran sudah mulai tidak karuan.

"Aku berharap dia tidak nekad!" batinku berlari menghampirinya.

Diam sejenak...

"Hey kamu!" panggilku

"Tetaplah di sana! jangan bergerak!" imbuhku panik.

Spontan siswi yang tidak diketahui namanya itupun menoleh kearah Dita yang tampak kebingungan seperti orang yang sedang mencari sesuatu tapi tidak ketemu apa yang Dita cari.

Seketika aku terdiam dan kembali menoleh kearahnya. Dia melihatku dengan raut wajah yang datar sekaligus heran.

"Ka..kau ba..baik saja,kan?" tanyaku gugup dengan pikiran yang tidak karuan.

"Menurutmu?" tanya siswi itu datar.

"Ke..kenapa kau berdiri disana?" tanyaku heran.

"Itu sangat berbahaya!" imbuhku ketakutan.

"Kamu siapa? apa pedulinya kamu?" tanyanya heran.

"Aku Dita, siswi kelas 10A." jawabku memperkenalkan diri.

Siswi itu hanya terdiam dengan tatapan datar.

"Bi..bisakah kau turun?" pintaku menyuruhnya untuk turun.

"Ay.. ayo. Kita bisa bicarakan ini secara baik-baik." lanjutku.

"Aku tidak mau," ucapnya datar.

Siswi yang tidak diketahui namanya itupun membalikan badannya lagi.

"Pergilah, aku ingin sendiri." usirnya halus.

"Kau jangan seperti itu. Apakah kau sedang ada masalah?" tanyaku penuh khawatir.

Siswi itu tidak menjawab.

"Kalaupun ada, ayo ceritalah. Anggap saja aku adalah temanmu." ucapku.

"Hahaa!! lucu!" tukasnya heran seraya tertawa tipis.

"Mengapa kau tertawa? Adakah yang salah dengan perkataanku?" tanyaku heran.

School 2023Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang