Hari ke sekian di kegiatan orientasi mahasiswa baru, para senior meminta Fourth dan teman-temannya untuk menemukan teman baru dari kelompok lain. Tugas berkedok permainan ini bertujuan untuk mengakrabkan antara satu dengan yang lainnya.
"Enak sih udah gak ada peloncoan galak-galak, tapi gue malu anjir kenalan sama orang baru!" Keluh Bimbeam menyembunyikan wajahnya di meja kantin.
Satang mengacak rambut legam Bimbeam gemas, "Lo paling cakep diantara kita, masa sih gak ada yang mau temenan sama lo?" Ujarnya gemas. Belum genap sepuluh hari masa orientasi, namun Bimbeam dan Satang yang berada dalam satu prodi tersebut menjadi sangat akrab satu sama lain. Sementara Fourth masih memperlakukan Bibeam seperti saudaranya, sama seperti saat mereka berada di sekolah dasar.
"Minimal tukeran nomer gak, sih? Prodi seni rupa cowoknya cakep-cakep anjir!" Komentar Fourth membuat Bimbeam mengangkat wajahnya yang makin lesu.
Bimbeam menatap Satang dan Fourth bergantian, "Gue gak suka cowok,"
"Ups!"
Bertahun-tahun berpisah dan putus komunikasi, Fourth tidak menyangka jika sahabatnya kini lebih berani dan lugas menyampaikan isi otaknya. Memang dari segi penampilan, rambut panjang Bimbeam yang terikat rapi itu membuat gadis tersebut nampak lebih maskulin meski masih nampak malu-malu dengan orang baru.
"Gue dikecewain berkali-kali sama cowok, akhirnya gue pacaran sama cewek di sekolah, tapi kita putus soalnya ortu dia gak suka gue," Ujar Bimbeam dengan rengekan yang begitu penuh drama.
Tepukan pelan di bahu Fourth berikan pada Bimbeam, sedangkan Satang memasang wajah meledek, "Kayaknya sedih banget cerita lo? Gue kenalin ama temen gue mau? Btw dia green flag," tawar Satang.
Namun siapa sangka, tangisan Bimbeam makin kencang sehingga Satang harus menutup mulut teman barunya tersebut, "Nanti kalo guenya yang red flag gimana?" Gumamnya tidak jelas sambil terus menangis, mengundang atensi beberapa kakak tingkat dan teman-teman mahasiswa baru yang tengah makan siang di kantin fakultas seni yang ramai ini.
"Bimbean udah anjir! Malu!"
Tiba-tiba seorang pria datang duduk di sebelah Bimbeam yang kosong, "Hai, boleh join, gak?" Izinnya dengan santai.
Kecanggungan terjadi, Bimbeam berhenti menangis dan kedua teman lelakinya bersitatap bingung, "Boleh deh, salam kenal, gue Satang, prodi pendidikan mus... eh bujug!"
"Hai! Gue Ryu, prodi seni musik," Ujarnya memperkenalkan diri pada Bimbeam yang menatap aneh lawannya. Sebelum itu, Bimbeam meminta persetujuan kedua teman lelakinya. Fourth dan Satang lekas mengangguk cuek, sambil mengamati bagaimana perangai teman baru mereka.
Akhirnya uluran tangan Ryu disambut canggung, "Gue Bimbeam, prodi pendidikan musik, salam kenal,"
"Yah, nggak seprodi dong kita?"
Bimbeam mengangguk canggung, "Ya... enggak?" Kekehnya hambar bingung menanggapi lelaki di sebelahnya.
Semangkuk soto berkuah santan yang gurih tersebut rasanya lebih menarik bagi Bimbeam sekarang, daripada menanggapi ocehan lelaki aneh yang duduk di sebelahnya, "Er... gue makan, ya?" Pamit Bimbeam canggung.
***
Sepiring pasta makaroni dengan udang dan ekstra keju kesukaan Gemini itu terhidang di meja kecil di balkon, menemani tawa Gemini akibat cerita Fourth tentang sahabat kecilnya yang merengek di tengah ramainya kantin tadi.
"Kayaknya si Captain naksir si Beam, tuh!" Komentar Gemini lalu melahap satu suapan pasta.
Fourth mengangguk heboh seraya menelan makaroni di piring berukuran lumayan besar, "Tadi sama Satang udah mau dicomblangin tuh ke Captain, tapi..."
Deringan ponsel di dekat Gemini itu menarik atensi sepasang cucu Jirawathanakul tersebut, "Beam nih, angkat gih sana!" Ujar Gemini seraya menyerahkan ponselnya.
"FOURTH! Kata gue bagi nomer Captain SEKARANG JUGA! BURUAN!"
Pekikan melengking dari ponsel Fourth membuat si pemilik ponsel menjauhkan ponsel dari telinganya, "Apa sih?! Kenapa lagi sekarang?"
Akhirnya, Fourth menyalakan pengeras suara dan meletakkan ponselnya di sebelah piring pasta, siap mendengarkan curahan hati sahabat cerewetnya tersebut.
"Masa si Ryu Ryu itu maksa gue buat jalan sama dia! Gak waras sumpah! Gue bilang aja kalo gue udah ada cowok, terus dia gak percaya! Anjir Fourth ngeri! Masa dia spam v-call dari ta- anjing!"
Enam tahun berlalu, namun sifat heboh Bimbeam masih saja melekat di dalam diri gadis tersebut. Jujur saja Gemini sedikit terkejut mengetahui sifat sahabat suaminya yang seperti ini karena saat pertemuan mereka kemarin Bimbeam nampak seperti gadis pendiam.
"Fourth ini gimana anjing?! Dia nelpon lagi!"
"Blokir nomer sama sosmednya," Usul Gemini yang tiba-tiba bersuara.
"Gemini, ya? Hai! Sorry gue ganggu kalian lagi pacaran, tapi tolongin gue dulu bentar! Ini gue udah ditelpon pake nomer ketiga dia! Gue udah blokir dua nomer dia anjir! PANIK GUE WOY!"
Fourth memandang suaminya yang sama paniknya, kedua lelaki tersebut tak tahu harus bagaimana menyahuti Bimbeam yang panik setengah mati.
"Err... Beam? Kalo kita samperin aja gimana? Kasian juga takutnya lo di stalk sama si cowo itu," Usul Gemini mencoba mencari jalan keluar yang disetujui Fourth.
"Gak perlu, lo kasih nomer Captain aja atau suruh Captain ke apart gue! Pertolongan dia lebih membantu,"
"Lo tinggal dimana?!"
"Apartemen Flamboyan, lantai sepuluh nomer tiga lima,"
***
Bimbeam yang tengah duduk di sudut kamarnya itu tersentak kaget karena suara bel unit yang terdengar menyeramkan. Tapi kemudian ia berpikir hanya Captain yang mengetahui tempatnya sejauh ini. Ia pikir lelaki itu yang datang.
Buru-buru Bimbeam berlari meninggalkan ponselnya yang berdering terus menerus dengan nomor asing yang tertera.
"Captain! Eh, loh?!"
Gemini dan Fourth di depan pintu, lelaki jangkung di sana meringis pelan melihat tampang frustasi Bimbeam, dengan rambut cepol asal-asalan, celana pendek di atas paha tokoh kartun dan tank top yang tidak terpakai dengan benar. Bimbeam menutup pintu panik, dengan pakaiannya yang tidak senonoh itu ia tidak bisa menemui lelaki sembarangan, sekalipun sahabatnya sendiri. Bimbeam masih keturunan jawa yang memiliki norma berpakaian yang baik dan benar.
Setelah berpakaian dengan benar, Bimbeam kembali membukakan pintu untuk sahabatnya. Kecanggungan diantara tiga mahasiswa baru tersebut berakhir dengan suara dering telpon milik Bimbeam dari dalam unitnya.
"Angkat telponnya, bawa sini," Titah Fourth datar.
Buru-buru Bimbeam kembali ke dalam kamar meninggalkan tamunya yang berdiri menunggu di depan pintu yang sengaja tidak ditutup. Bimbeam kembali dengan raut panik bersama ponselnya, tidak memikirkan bagaimana kedua temannya bisa berada di depan kamarnya kurang dari dua menit.
"Sini!" Ketus Fourth langsung merebut ponsel Bimbeam dan memasang wajah galak, "Lo ganggu banget tau, nggak! Liat jam, udah malem waktunya istirahat! Gak usah lo ganggu adek gue lagi!"
Tut!
Bimbeam merosot ke lantai apartemen yang dingin, kakinya terasa seperti agar-agar ketika Fourth selesai memarahi Ryu dan memutus sambungan, panggilan aneh pun terhenti. Raut kelegaan terpancar jelas di wajah cantik gadis tersebut, "Gem, Fourth, gue berterima kasih banget sama kalian!" Ujar Bimbeam dengan nafas tersengal.
Namun sedetik kemudian Bimbeam tersadar, "Eh? Kalian cepet banget kesini?" Tuding Bimbeam kembali berdiri.
Gemini berdeham kecil, "Kita tinggal di sini juga, di lantai tujuh," jawabnya.
Bimbeam mengangguk kecil, "Thanks a lot guys! Gue kebantu banget sama kalian," Tutur Bimbeam dengan kelegaan luar biasa, "Ya udah ya, besok gue traktir kalian, kalo sekarang gue mau beberes kamar dulu, good night, guys!"
Blam! Pintu tertutup rapat meninggalkan sepasang suami-suami Jirawathanakul yang tertawa kikuk karena kejadian diluar dugaan malam ini.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahsa : Next Chapter Begin [GeminiFourth]
Teen FictionBabak baru dimulai! GeminiFourth Uni-era, makin dewasa makin banyak masalah, tapi selama Fourth punya Gemini, ngapain Fourth takut? Sebagian besar karakter author ambil dari artis Thailand dan beberapa karangan author sendiri. Karya ini murni milik...